Hai hai
Aku update lagi
Gimana kalian masih nungguin cerita nya gak
.
.
Dan menurut kalian cerita nya
Seru atau ngebosenin
.
Kalau gitu jangan lupa
Komen dan vote
Ya
.
.
Terima kasih
.
Selamat membacaMalam itu, setelah pulang dari kantor Dokyeom, Lisa merasa pikirannya dipenuhi oleh berbagai hal. Ia tidak bisa mengabaikan pernyataan Dokyeom yang tiba-tiba, tetapi ia juga tidak bisa melupakan ekspresi Seung Cheol ketika membuka pintu tadi.
Lisa duduk di meja riasnya, menatap bayangan dirinya di cermin. "Apa yang sebenarnya aku rasakan? Kenapa semuanya jadi serumit ini?" gumamnya sambil memegang liontin kecil yang selalu ia pakai—pemberian dari Seok Jin.
Ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Seok Jin.
Seok Jin Oppa
Beby, aku dengar kau bertemu Dokyeom tadi. Apakah semuanya baik-baik saja?Lisa tertegun. Apakah Seok Jin tahu sesuatu? Ia ragu sejenak sebelum membalas.
Lisa
Semuanya baik, oppa. Hanya pertemuan biasa.Namun, balasan dari Seok Jin datang dengan cepat, seolah-olah ia tahu Lisa sedang menutupi sesuatu.
Seok Jin Oppa
Beby, kau tahu oppa selalu ada untukmu. Jika ada sesuatu yang ingin kau ceritakan, oppa siap mendengarkan.Lisa menghela napas panjang. Ia merasa terhibur dengan perhatian Seok Jin, tetapi ia juga tidak ingin membebani oppa nya dengan masalah hatinya.
---
Di tempat lain, Seung Cheol masih duduk di kamarnya, mencoba mencerna apa yang ia lihat dan dengar tadi. Pikirannya terus melayang ke arah Lisa dan Dokyeom.
"Apa aku sudah terlambat?" pikirnya. Namun, ia buru-buru menggelengkan kepala. "Tidak, aku tidak boleh seperti ini. Yang penting Lisa bahagia."
Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa ia tidak akan bisa terus berpura-pura tidak peduli. Ia memutuskan untuk keluar dan menghirup udara segar. Ia berjalan ke taman kecil yang sering menjadi tempatnya merenung.
---
Pagi berikutnya, Lisa bangun dengan perasaan berat. Ia memutuskan untuk menghabiskan waktu sendiri di luar rumah, mengunjungi kafe yang ia suka. Namun, ketika ia sampai di sana, ia terkejut melihat Seung Cheol duduk di sudut kafe dengan wajah murung.
"Oppa?" panggil Lisa, menghampirinya.
Seung Cheol menoleh, sedikit terkejut tetapi langsung tersenyum kecil. "Lisa? Kenapa kau di sini?"
"Aku hanya ingin keluar dan menenangkan pikiran. Oppa sendiri?"
Seung Cheol tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Lisa untuk beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Aku juga... hanya ingin menyegarkan pikiran."
Lisa duduk di kursi di depan Seung Cheol. Mereka berbicara ringan untuk beberapa saat, tetapi Lisa bisa merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati oppa nya.
"Oppa," panggil Lisa pelan, "apakah ada yang ingin oppa katakan padaku?"
Seung Cheol terdiam, menatap cangkir kopinya. Ia tampak ragu, tetapi akhirnya ia berkata, "Lisa, aku hanya ingin kau tahu bahwa... aku selalu mendukungmu, apa pun yang kau pilih."
Lisa merasa bingung dengan ucapan itu, tetapi sebelum ia bisa bertanya lebih jauh, Seung Cheol sudah berdiri dari kursinya. "Aku harus pergi. Nikmati waktumu di sini, Lisa."
Ia pergi begitu saja, meninggalkan Lisa dengan sejuta pertanyaan di kepalanya.
---
Di sisi lain, Dokyeom sedang berada di ruangannya, memikirkan pernyataannya kepada Lisa kemarin. Ia tahu bahwa perasaannya untuk Lisa semakin kuat, tetapi ia juga sadar bahwa Lisa mungkin masih bingung.
Ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan singkat kepada Lisa.
DK🐻
Lice, aku hanya ingin memastikan kau tidak merasa terganggu dengan apa yang aku katakan kemarin. Aku hanya ingin jujur.Lisa membaca pesan itu dengan hati yang campur aduk. Ia menghargai kejujuran Dokyeom, tetapi ia juga tidak tahu bagaimana harus merespons.
---
Malamnya, Lisa duduk di balkon kamarnya, menatap langit malam yang penuh bintang. Ia memikirkan semua yang terjadi belakangan ini—pernyataan Dokyeom, sikap Seung Cheol, dan perhatian Seok Jin yang selalu ada untuknya.
"Aku harus membuat keputusan," gumam Lisa pelan. Tetapi keputusan seperti apa? Itu masih menjadi pertanyaan besar baginya.
---
Malam itu terasa panjang bagi Lisa. Pikiran-pikirannya bercampur aduk antara kebingungan dan ketidakpastian. Ia memegang liontin pemberian Seok Jin erat-erat, berharap benda kecil itu bisa membantunya menemukan jawaban.
Keesokan paginya, Lisa memutuskan untuk berbicara dengan Seok Jin. Ia merasa bahwa oppanya adalah satu-satunya orang yang bisa memberikan ketenangan saat ini. Ia mengirim pesan singkat:
Lisa
Oppa, bisa bertemu hari ini? Ada yang ingin kubicarakan.Tidak lama setelah itu, Seok Jin membalas.
Seok Jin Oppa
Tentu, Beby. Di mana kau ingin bertemu?Lisa memilih taman kota, tempat mereka biasa menghabiskan waktu bersama. Taman itu penuh dengan kenangan indah, membuat Lisa merasa nyaman.
---
Di taman, Seok Jin sudah menunggu di bangku kayu di bawah pohon besar. Wajahnya terlihat tenang, tetapi Lisa tahu oppanya selalu bisa membaca isi hatinya.
"Oppa," Lisa memulai sambil duduk di sampingnya. "Aku merasa bingung akhir-akhir ini. Terlalu banyak yang terjadi."
Seok Jin menatapnya dengan lembut. "Katakan saja, Beby. Oppa mendengarkan."
Lisa menghela napas panjang. Ia menceritakan pertemuannya dengan Dokyeom, sikap Seung Cheol, dan perasaannya yang tidak menentu. Selama bercerita, Seok Jin tidak menyela. Ia hanya mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Jadi, apa yang sebenarnya kau rasakan?" tanya Seok Jin setelah Lisa selesai berbicara.
Lisa terdiam sejenak. "Aku tidak tahu, oppa. Semua orang tampak peduli padaku, tetapi aku takut membuat keputusan yang salah. Aku takut menyakiti mereka."
Seok Jin tersenyum tipis. "Beby, perasaanmu adalah milikmu. Kau tidak bisa menyenangkan semua orang. Yang penting, kau jujur pada dirimu sendiri."
Kata-kata Seok Jin terasa menenangkan hati Lisa. Namun, di sisi lain, itu juga membuatnya sadar bahwa ia harus menghadapi perasaannya dengan keberanian.
---
Sementara itu, Seung Cheol masih memikirkan pertemuannya dengan Lisa di kafe. Ia tahu ia harus berbuat sesuatu jika tidak ingin menyesal, tetapi ia juga tidak ingin menekan Lisa dengan perasaannya.
Di lain tempat, Dokyeom terus memantau ponselnya, berharap mendapat balasan dari Lisa. Ketidaktahuan ini membuat hatinya gelisah, tetapi ia bertekad untuk memberikan Lisa ruang untuk berpikir.
Malam itu, Lisa kembali menatap langit dari balkon kamarnya. Ia tahu, pada akhirnya, ia harus membuat pilihan. "Aku harus mengerti apa yang benar-benar kuinginkan," gumamnya.
Namun, apa pun keputusan Lisa nanti, ia tahu bahwa tidak ada jalan yang benar-benar mudah. Hatinya hanya berharap, siapa pun yang ia pilih, semuanya akan tetap berjalan dengan baik.
Seru gak
Kalau gitu jangan lupa komen dan vote
Biar aku makin semangat
Nyelesain
Cerita nya
.
.Ditunggu update tan aku selanjut nya
Terima kasih
![](https://img.wattpad.com/cover/372882107-288-k738029.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepolosan
RomanceLisa gadis yang sedikit polos. Ketiga saudara lisa yang teramat sayang, posesif dan mencintai nya. Akan kah kisah lisa berakhir bersama salah satu saudara nya. Atau bersama lelaki yang menjadi pilihan nya.