Chapter 4

1.2K 133 1
                                    

Elena's POV

Aku sedang mencatat tulisan yang ditulis Mr. Josh di papan tulis. Banyak sekali. Entah kapan selesainya.

"Ah aku lelah menulisnya!" ucap Ashley seraya meletakkan pulpennya kasar.

Nadine menghembuskan nafas berat. "Dia hanya menulis sedari tadi tanpa berbicara apapun. Kapan catatan itu selesai ditulis?!"

"Apa dia tidak merasa lelah menulis? Atau jangan-jangan dia tidak pernah merasa lelah?!" pekik Selena seraya bergidik ngeri.

"Kau selalu saja berbicara aneh-aneh," ucap Nadine dingin.

"Lihat! Dia masih menulis lagi! Ah banyak sekali membuatku malas melanjutkannya!" ucap Ashley.

"Ele? Kau tidak lelah menulisnya?!" tanya Nadine.

"Ya tentu saja lelah. Jika ini tidak penting untuk skripsiku nanti, mana mau aku menulis sebanyak ini," jawabku.

"Oh iya skripsi! Bahkan aku melupakannya. Terpaksa aku harus melawan malasku," kata Ashley lemas.

Nadine dan Selena hanya menghela nafas lalu menulis catatan Mr. Josh kembali. HAHAHAHA

***

Setelah kami selesai dengan catatan panjang milik Mr. Josh, kami langsung merenggangkan otot-otot tangan kami. Pegal sekali.

"Elena!" seru seseorang, Matthew.

Aku menoleh dan menaikkan kedua alisku memberinya kode agar ia melanjutkan kata-katanya.

"Tadi kau menulis catatan Mr. Josh?" tanyanya.

Aku mengangguk. "Iya,"

"Lengkap semuanya?" tanyanya lagi.

"Iya. Memangnya ada apa?" tanyaku bingung.

"Biar ku tebak! Kau pasti ingin meminjam catatan Elena karena kau tadi malas mencatatnya. Benar kan?" tebak Nadine.

"Yap! Tepat sekali! Hahaha." tawa Matthew.

"Pinjam saja catatanku!" seru Selena seraya memberikan bindernya pada Matt.

"Eh? O-oke aku pinjam catatanmu," kata Matt tersenyum.

Selena tersenyum malu dengan pipi yang memerah.

"Selena jangan mulai," ucap Nadine dengan nada tidak suka.

"Mulai apa? Tidak jelas sekali kau," kata Selena.

"Oh ayolah jangan bertengkar lagi," ucapku malas.

"Bertengkar? Kenapa?" tanya Matthew bingung.

"I-itu, hm, B-bukan apa apa. Biasa, hanya masalah wanita," jawab Ashley bingung.

"Jadi pria tidak boleh tahu?" tanya Matt.

"Tentu saja tidak haha," jawabku.

Tiba-tiba Matt menarik hidungku dengan jari telunjuk dan jari manisnya.

"Aw sakit!" pekikku.

"Hidungmu merah seperti tomat sekarang! Hahaha," kata Matt seraya tertawa dan diikuti dengan Ashley dan Nadine.

"Karena kau!" kataku seraya memukul pelan lengan Matt.

"Jika dilihat-lihat, kau lucu sekali," kata Matt dengan senyum manisnya ke arahku.

***

Waktu istirahat pun tiba. Kami -aku, Ashley, Nadine, dan Selena- segera bergegas pergi ke kantin. Perut kami sudah menggonggong minta diisi.

"Ramai sekali!" pekik Selena saat berada di kantin.

"Apa masih tersisa 4 kursi kosong disini?" tanyaku.

"Aha! Selena lebih baik kau sekarang mencari 4 kursi untuk kami," kata Nadine.

"Lalu kalian kemana?" tanya Selena.

"Ya kami membeli makanan," jawab Nadine.

"Lalu maksudmu aku mencari 4 kursi lalu menunggu kalian dan baru membeli makanan. Seperti itu?" tebak Selena.

"Kau pintar sekali!" seru Nadine.

"Hih, tidak! Aku tidak mau! Aku duluan kawan!" seru Selena lalu berlari kecil pergi dari hadapan kami.

"Menyebalkan ya," kata Ashley pelan.

"Memang menyebalkan, menyebalkan sekali!" tambah Nadine.

"Baiklah, sekarang siapa yang mau mencari kursi?" tanyaku.

"Kau tahu kan aku sangat lapar. Perutku sudah berteriak sedari tadi minta diisi," kata Ashley dengan wajah memelas.

"Apalagi aku. Perutku sudah mengganggu organ lain di perutku karena belum diisi," tambah Nadine tidak lupa dengan wajah memelas.

"Ya, ya, ya. Alasanmu tidak masuk akal. Tapi baiklah, aku akan mencari 4 kursi dan kalian beli saja makanan yang membuat perutmu tidak berteriak lagi dan berhenti menganggu organ lain di perut," kataku sedikit menyindir.

"Ah kau bisa saja," ucap Ashley.

"Baiklah terima kasih Elena!" seru Nadine lalu berlari ke arah kerumunan hotdog dan diikuti dengan Nadine yang berlari ke arah kerumunan Spagetti.

Aku melihat ke sekeliling tempat ini. Ramai sekali. Apakah kursi kosong masih tersedia?

Aku berjalan dan langsung menemukan meja dengan 5 kursi kosong. Aku bersiap untuk berlari namun tidak bisa karena tempat ini ramai sekali. Aku pun mengambil langkah secepat mungkin.

"Yeah!" pekikku saat sampai di meja ini.

Aku memejamkan mataku. Nafasku terengah-engah. Aku pun mulai mengatur nafasku.

"Excuse me?" ucap seseorang.

Aku menongak dan terkejut saat menemukan seorang laki-laki yang aku kenal. Aku mulai mengingat kejadian memalukan itu.

*****

Haaaiii! Iya gue tau kok ini lama banget updatenya hampir sebulanan ya? Gue gatau pokoknya abis gue pulang kampung kayak gaada ide cerita gitu/? Curcol dikit boleh yak

Dan ya gue juga tau ini udah late update terus pendek banget kan. Iya maafkan lah karena ide cerita di otak gue munculnya baru dikit. Doain semoga cepet kembali idenya wkwk

Enjoy yeaa!

can we fall in love? // m.eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang