Chapter 17

765 97 3
                                    

Author's POV

"I'm back!" seru Elena saat membuka pintu basecamp magcon.

Semua orang yang ada disana langsung menatap Elena, berusaha meyakinkan diri masing-masing apa yang dilihatnya.

"Elena! Sejak kapan kau sudah pulang?!" tanya Mahogany seraya bangkit dari duduk nya. Ia mendekati Elena lalu memeluknya.

"Tadi pagi," jawab Elena.

Mahogany mengajak Elena masuk ke dalam. Semua anggota magcon saat itu memeluk Elena bergiliran. Setelah selesai, ia merebahkan tubuhnya di sofa.

"Huh, aku rindu kalian dan tempat ini," kata Elena.

"Kami juga merindukan kau pastinya," balas Aaron.

"El, kenapa kau kesini malam?" tanya Matthew.

Elena menoleh ke arah Matthew. "Memangnya tidak boleh ya?"

"T-tidak, bukan itu. Kau pasti lelah, kau seharusnya beristirahat dulu," jawab Matthew.

"Tadi aku sudah istirahat,"

"Sepertinya aku merasakan hawa yang menegangkan," ucap Carter yang duduk diantara Matthew dan Elena.

Matthew menempeleng kepala Carter. Ia berbisik, "kau bisa diam tidak?"

"Aku diancam!" seru Carter lalu bangkit dari duduknya dan sok bersembunyi di belakang punggung Jacob.

Matthew menatap tajam ke arah Carter. Lalu Carter kembali berseru, "Elena! Matt menatapku tajam!"

Semuanya tertawa karena kelakuan Matthew dan Carter. Matthew hanya menahan rasa kesalnya sedangkan Carter merasa menang karena sudah berhasil menjahili Matthew.

"Ashley, Nadine, dan Selena kemana?" tanya Elena akhirnya.

"Ashley pergi ke konser Shawn. Nadine sudah tidur. Selena di club bersam-" ucapan Jacob dipotong oleh Matthew.

"Selena di rumahnya, tadi siang dia baru saja pulang. Tapi dia pasti kesini lagi kok," kata Matthew.

Elena mengernyitkan dahinya. Ia bingung, sebenarnya apa yang terjadi.

"Hayes dimana?" tanya Elena lagi.

"Di rumah Dion. Tugasnya kemarin belum selesai," jawab Matthew.

Elena menatap Matthew dengan tatapan tidak yakin. Hati kecilnya berkata bahwa ada sesuatu yang terjadi.

"Sudahlah, kau tidak perlu memikirkannya. Kau pasti lelah, lebih baik sekarang kau istirahat di kamar yang ditempati Nadine," kata Matthew.

Elena mengangguk dan berjalan ke kamar yang dimaksud oleh Matthew. Disana ia membuka ponselnya dan menelpon seseorang.

"Kamu kenapa sih? Sekarang susah aku hubungin," ucap Elena.

"Sorry, aku sangat sibuk belakangan ini. Sebentar lagi aku ke basecamp," jawab Hayes santai.

"Terserah," balas Elena malas lalu mematikan sambungan telepon.

Elena memilih duduk di sofa kamar seraya menenangkan dirinya. Ia tidak bisa tidur karena pikirannya sedang tidak karuan.

"El? Kau belum tidur?" tanya Cameron yang sudah berdiri di pintu kamar.

Elena hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku boleh masuk?" tanya Cameron meminta izin.

Aku tersenyum dan menganggukkan kepala. Cameron menghampiriku dan duduk di sebelahku.

"Nadine pulas sekali haha," ucap Cameron. Aku hanya tertawa kecil.

"Kau baik-baik saja, El?" tanya Cameron dengan nada khawatir.

"Nash dimana?" tanya Elena balik.

"Dia sedang di apartment. Kenapa?" jawab Cameron diikuti dengan pertanyaan lagi.

Elena menarik nafas. "Cam, kau tahu apa yang dilakukan Hayes? Sudah 1 bulan ini sifatnya berubah. Setiap aku tanya ia menjawab itu bukan urusanku. Aku takut ada sesuatu,"

Cameron menggeleng. "Waktu untukmu saja dia tidak ada, gimana untuk kita. Mungkin dia ada hal yang harus diselesaikan, jangan nethink. Kalo misalnya Hayes menyakitimu, aku, Nash, dan yang lain pasti akan bertindak. Kau tidak perlu khawatir,"

Cameron tersenyum lalu mengusap punggung Elena, berharap kekasih sahabatnya itu tenang. "Jangan banyak pikiran, nanti kau sakit. Lebih baik sekarang kau istirahat dulu,"

Elena tersenyum lalu menganggukkan kepala. "Uhm,"

Cameron bangkit dari duduknya. "Good night, El,"

"Good night, Cam," balas Elena.

*****

Tapi tengah malam Elena terbangun. Seperti ada sesuatu yang memberitahunya. Tapi ia juga tidak tahu apa yang diberitahu itu. Dilihatnya jam dinding menunjukkan pukul 2 dini hari.

Ia keluar dari kamarnya lalu menuruni tangga. Berniat untuk minum.

"Hayes? Kau habis darimana? Kenapa pulangnya malam sekali?" tanya Elena berturut-turut saat melihat Hayes yang tadi membuka pintu basecamp.

Hayes mengacuhkan Elena. Ia langsung duduk di sofa ruang tengah. "Aku lelah. Bisakah kau diam?"

Elena menatap Hayes dengan perasaan campur aduk. "Aku khawatir,"

"Lebih baik kau pergi ke kamar. Daripada kau mengangguku terus," ucap Hayes.

"Kau mengerti bahwa aku khawatir padamu?! Sekarang sudah jam 2 malam, dan kau baru pulang!" ucap Elena yang mulai kesal.

Hayes bangkit dari sofa. "Kau mengerti bahwa aku lelah?! Kau bisa diam tidak, huh?! Mual aku mendengar pertanyaanmu yang tidak berguna itu,"

"Hayes kau-"

Ucapan Elena terpotong karena tiba-tiba saja Hayes mendorong tubuhnya. Alhasil ia jatuh ke sofa.

"Hayes, kau tidak mengerti bagaimana memperlakukan wanita huh?!" bentak Cameron yang tiba-tiba datang.

"Lalu apa urusanmu? Kau tidak perlu ikut campur!" balas Hayes lalu menarik lengan Elena.

"Hayes!" seru Cameron.

"Hayes tanganku sakit, lepaskan!" Elena berusaha memberontak. Tapi hasilnya nihil, karena Hayes sangat kuat memegangnya.

"Aku malas mendengar ocehanmu seperti tadi. Tidak berguna," kata Hayes berhenti di depan kamar-entah kamar siapa. Tapi ia masih memegang kuat tangan Elena.

Air mata mulai membasahi pipi Elena. "Aku mencintaimu, Hayes!"

Hayes kecil namun dengan nada licik. "Oh yeah, berarti aku berhasil,"

"A-apa m-maksudmu?"

"Hayes, Elena? Apa yang kalian lakukan?" tanya Matthew yang tiba-tiba keluar dari kamar.

Rahang Hayes mengeras. "Shut up! Ini bukan urusanmu,"

Hayes menatap tajam Matthew, sedangkan Matthew hanya menatap Hayes dan Elena bergiliran. Penuh dengan tanda tanya.

Wajah Elena terlihat pucat, nafasnya juga terengah-engah.

Elena berusaha memfokuskan pandangannya yang mulai kabur. "Hayes-"

BRUK!

*****

Ayey chapter baru gaez! Udah keliatan kan masalahnya? Pantengin terus yee

can we fall in love? // m.eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang