Chapter 14

773 100 5
                                    

"E-elena?"

Aku menongakkan kepalaku dan sedikit terkejut dengan apa yang aku lihat. Aku terdiam.

"Kau disini juga?" tanya Matthew.

"Iya-" Omonganku terputus saat Matthew melanjutkan omongannya.

"Ah iya aku lupa. Kau sekarang kekasih Hayes, dia pasti yang sudah mengajakmu kesini," ucap Matthew sarkastik.

Aku diam. Ucapan Matthew cukup menusuk bagiku. Entah apa maksudnya berkata seperti itu.

"Aku duluan," ucap Matthew lalu pergi.

Aku menarik panjang nafasku. Sakit rasanya, kata-katanya masih terngiang di otakku. Aku berusaha menghilangkan pikiran itu, dan kembali ke tempat Hayes dan teman-temannya.

"Elena, aku kira kau pergi. Aku khawatir," kata Hayes saat aku kembali.

"Kau berlebihan sekali," balasku.

"Karena aku sayang padamu," ucap Hayes lalu mencium bibirku tanpa aba-aba.

Aku yang tadinya terkejut berusaha menormalkan diriku. Ciumannya lembut dan sedikit menenangkan. Aku pun memberanikan diri untuk membalas ciumannya.

"Wow! Seharusnya hal itu tidak kau lakukan disini kawan," seru Carter.

Kami yang menyadarinya langsung melepaskan ciuman itu. Hayes memberikan senyum lebar sedangkan aku hanya tersenyum awkward.

"Aku tau kau iri pada mereka kan haha," ucap Jack Gilinsky pada Carter.

"Sepertinya sudah malam, aku harus mengantarmu pulang. Aku tidak mau membawamu telat pulang ke rumah," kata Hayes seraya mengulurkan tangannya.

Aku tersenyum dan menerima uluran tangannya. "Baiklah,"

"Bidadariku harus pulang tepat pada waktunya. So, aku duluan," ucap Hayes.

"Kami duluan. Terima kasih untuk malam ini," kataku seraya tersenyum pada anggota magcon lain.

"Hati-hati Elena!" balas mereka.

"Hanya untuk Elena? Awas saja kalian ya," ucap Hayes seraya memberi kepalan tangan pada teman-temannya.

***

Kelas terasa sepi. Mungkin karena hari ini aku datang terlalu pagi. Kulihat Matthew yang menenggelamkan kepalanya dengan kedua tangannya diatas meja.

"Matt, are you okay?" tanyaku.

"I can't believe it that you taken by him. Aku baru benar-benar merasakan jika kau bersama Hayes sekarang. Sejak ciuman kalian semalam," jelas Matthew.

Aku menaikkan kedua alisku. "Why you look so care about my relationship?" tanyaku.

"Because when I said I love you, I really meant it," Matthew tersenyum.

Aku tertawa miris. "Too late,"

"I know. Semuanya tidak akan sama seperti dulu. Aku pasti merindukannya,"

"I like you, when we first met. Semua kata-kata romantis, tatapan, dan perhatian itu, Matt. Membuat aku berharap lebih. Tapi selanjutnya aku tahu, kau dan Alexa dekat dan sering sekali bersama. Well, maybe it's called friendzone." jelasku.

Matthew menarik panjang nafasnya. "Aku mau kita saling jujur kali ini. Kau mencintai Hayes?" tanya Matthew to the point.

"Aku mencobanya," jawabku singkat.

"Tiba-tiba saja perasaanku untuk Alexa hilang begitu saja. Itu juga yang aku lakukan, aku mencoba mencintainya lagi. Tapi hatiku berkata tidak, dan hanya untukmu," jelas Matthew lalu mengusap kasar wajahnya.

"So, you with Alexa now?" tanyaku.

"Haha no. I won't stay with that bitch," jawab Matthew membuatku sedikit terkejut.

Aku mengangkat kedua alisku. "Wow,"

"Well, waktu itu aku memutuskan pergi ke rumah Alexa karena dia tidak ada kabar--"

"Perhatian sekali.." kataku memotong cerita Matthew.

"Okay, belum selesai." Matthew menghela nafasnya bersiap melanjutkan ceritanya. "Aku mengetuk pintunya tapi tidak ada jawaban. Akhirnya aku masuk tanpa izin dan melihat Alexa lagi makeout with Michael. End of the story,"

Aku cukup dibuat terkejut dengan cerita Matthew. Aku hanya menggigit bibirku lalu tersenyum canggung padanya. Entah mengapa aku membuat keadaannya menjadi awkward.

"Whoa, I know what you feel," ucapku akhirnya.

Matthew hanya mengangkat kedua bahunya lalu tersenyum. Seakan ia sudah tidak peduli dengan apa yang terjadi saat itu. "Tidak penting lagi,"

Aku terkekeh mendengarnya. Lalu keheningan yang terjadi selanjutnya. Kami berdua diam, mungkin sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Bodoh sekali rasanya.

"El," panggil Matthew akhirnya memecahkan keheningan diantara kami.

"Hm," gumamku seraya menatapnya.

Oh, aku rindu menatapnya seperti ini. Aku rindu dengan tatapannya yang bisa membuatku tenang. Andai aku bisa terus menatapnya seperti ini.

Apa yang sedang kau fikirkan, Elena.

"Mungkin cukup menyakitkan untukku, tapi kau harus percaya. Hayes dan anggota magcon lainnya akan menjagamu, begitu pun aku," kata Matthew akhirnya.

Aku menggigit bibir bawahku. Kata-katanya membuat bibirku seperti tidak mampu berkata apa-apa lagi. Lembut sekali.

Matthew terlihat menarik nafasnya. "Lagipula, tidak mungkin aku mengkhianati sahabatku sendiri," tambahnya seraya tersenyum.

*****

Kembaliii! Btw maaf ya chapter ini agak pendek soalnya yang udah gue tulis sebelumnya keapus gitu. Gue mau nangis itu udah nulis panjang juga kan. Ya akhirnya gue tulis lagi jadi absurd gini:( *curhat*

Mau ngasih tau gitu wkwkwk. Bhay.

can we fall in love? // m.eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang