Chapter 19

812 104 6
                                    

"Akhirnya kau keluar juga," ucap Jacob menghela nafas lega saat aku menuruni tangga.

"Where's the jerk?" tanyaku berseru.

"Sepertinya ia pergi lagi. Aku yakin, masalah ini pasti ada hubungannya dengan Alexa," kata Taylor.

"Alexa?" tanyaku mengernyitkan dahi.

"Dan Selena juga ikut andil dalam masalah ini," kata Ashley.

Semuanya menatap Ashley, membiarkannya menjelaskan maksud perkataannya. "Jelaskan semuanya, Shawn," ucap Ashley akhirnya.

Shawn? Oh ya sepertinya yang lain mengabarinya tentang kejadian ini. Alhasil, dia dan Ashley ada disini.

"Okay, jadi aku membaca iMessage Hayes dan Alexa. Kita tahu, Alexa terus mengejar Matt, kan? Kita tahu, kalau Matt dan Elena dekat dan sebenarnya saling suka. Alexa juga tahu akan hal itu, jadi dia berusaha untuk menjauhkan Matt dan Elena. Ya dengan cara menyuruh Hayes untuk memacari Elena. Itu hampir berhasil, kita lihat kan Matt dan Alexa sempat dekat lagi, sebelum Matt melihat kejadian makeout saat itu. Dan Alexa membayar Hayes 2500 dollar untuk itu," jelas Shawn.

"Dan kalian tahu diantara Ashley, Elena, Nadine, dan Selena hanya satu yang selalu histeris dan berusaha tampil secantik mungkin jika bertemu kita, dia Selena. Tapi kebanyakan dari kita tertarik pada Elena. Itu membuat Selena jengkel, karena ia berfikir kenapa kita tertarik pada Elena yang bahkan Elena tidak tahu apapun tentang kita. Kalian semua disini pasti pernah didekati Selena, kan? Nah, tapi hanya Hayes yang luluh. Pokoknya Alexa sama Selena jadi deket, dan berencana menghancurkan kebahagiaan Elena. Karena mereka ngerasa kalo Elena udah ngancurin kebahagiaan mereka," tambah Cam.

Semua yang mendengar penjelasan itu sangat terkejut, terutama aku. Hayes yang kami kenal tidak seperti itu. Ia sangat berbeda sekarang.

"Kalian ingat tidak, saat Hayes berkata bahwa ia akan mendekati Elena. Lalu itu apa maksudnya?" tanya Carter yang masih ingin tahu.

"Hayes tidak bersungguh-sungguh dengan ucapannya itu. Seingatku sebelumnya ia juga berkata bahwa Elena bukanlah tipe wanitanya," jawab Shawn.

Aku benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan Hayes. Tanganku mengepal dan rahangku mengeras. Ingin sekali rasanya memberi pelajaran kepada pria brengsek itu.

"Dia sudah kelewatan," gumamku geram.

"Wait. Matt, remember when Hayes texting with Selena? Dia senyum-senyum sendiri, kan? Setelah itu, ia mengajak kita ke club bersama Alexa dan Selena," kata Aaron membuatku langsung menepuk dahi.

Aku mengusap wajahku kasar. "Ah! Kenapa aku tidak menyadarinya,"

"Apa mungkin Selena menikung sahabatnya sendiri?" tanya Carter tidak percaya.

"Love can make you act look like an angel or a devil. And love made Selena look like a devil," tambah Taylor.

"Kau bicara apa, Tay?" Aaron mendesah pelan.

Taylor menatap tajam Aaron. "HHHH WHATEVER OKAY,"

Beberapa dari kami terkekeh mendengarnya. Disaat suasana serius seperti ini perbincangan mereka membuat kepala kami dingin sejenak.

"Lebih baik kita tunggu Elena tenang. Setelah itu, kita minta penjelasan dari Hayes," ujar Cam.

Mungkin hati Elena akan sakit saat mengetahui kebenarannya. Hayes memang tidak tahu diri. Aku -mungkin kami- sudah muak dengan kelakuannya.

"Saat dia berdiri di hadapanku, aku pasti kan keadaannya tidak aman," kataku geram.

"Matt, Hayes masih bagian dari kita. Kau harus bisa mengontrol emosi," ucap Cam menenangkanku.

"Yaudah. Mending sekarang kita balik ke kamar, istirahat. Nanti aku juga akan mengabari Nash," tambah Cam.

"Aku disini," ujarku lalu diikuti anggukkan dari Shawn dan Jacob. Yang maksudnya mereka juga akan disini bersamaku. Yang lain pun menaiki tangga dan kembali ke kamar masing-masing.

"Tenang. Kita akan membantumu menyelesaikan Hayes," kata Jacob, diikuti anggukkan dari Shawn. Aku tersenyum tipis.

***

Astaga aku ketiduran. Aku tersentak mendengar suara keributan.

"Hayes!" teriak Elena dengan suara seraknya. Kulihat air matanya mengalir deres membasahi pipinya. Ia juga menggigit bibir bawahnya, yang aku yakin untuk menahan tangisannya.

Aku mengikuti pandangan Elena ke ruang tamu. Hayes yang sedang bermesraan dengan Selena diatas sofa. Oh yeah, they're drunk.

Tanpa basa basi, aku bangkit dari sofa. Aku berjalan menghampiri pasangan sialan itu.

"Ada urusan apa kalian datang kesini lagi?" tanyaku tenang.

Hayes menatapku sinis. "Kita... Mau tidur,"

*****

Maaf ya kalo chapter ini dan sebelumnya pendek. Tapi update nya cepet kan? Wkwk. Soalnya emang ide lagi mengalir dan berusaha gue pas-in per chapter.

Ngomong apa sih gue. Ya pokoknya gitu lah heu. Harap maklum wkwk

Thanks for reading! xx

can we fall in love? // m.eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang