Chapter 7

1K 126 0
                                    

"Ternyata ada Elena juga disini,"

Aku menoleh ke arah asal suara. Aku mendapati Alexa yang berdiri tepat dihadapanku.

"Alexa?" ucapku bingung.

"Yap, aku. Kenapa? Tidak perlu terkejut seperti itu," katanya.

"K-kalian p-pergi kesini bersama?" tanyaku.

"Yap. Tepat sekali. Seperti yang kau lihat," ucap Alexa mantap.

Jadi Matt datang ke tempat ini bersama Alexa? Like what the hell, Alexa?

Mengapa Matt hanya tersenyum seakan tidak ada sesuatu hal penting yang terjadi? Ada apa ini sebenarnya?

"Hei, Elena!" ucap Matt yang membuatku terkejut.

"E-eh? Iya ada apa?"

"Kau baik baik saja?"

Tunggu, memangnya apa hal penting yang terjadi? Tidak, tidak ada. Aku nya saja yang berlebihan.

"Aku? Ya, aku baik baik saja," Aku tersenyum padanya.

"Baiklah. Bagaimana jika kit--" ucapan Matt terpotong.

"Hm, maaf. Aku harus pulang sekarang," kataku.

"Ada apa? Baru saja aku ingin mengajakmu pergi pohon sebelah sana," ujar Matt.

"Aku harus pergi jam 4 nanti," kataku lagi.

"Tapi ini belum jam 4,"

"Ayolah, Matt. Mungkin urusannya lebih penting, bukan? Biarkan saja jika dia ingin pergi, lagi pula kau masih bisa bersamaku," kata Alexa seraya merangkulkan tangannya di lengan Matt.

Aku hanya menelan ludahku sendiri melihatnya.

"Y-ya. Kurasa aku harus pergi sekarang. Bye guys, have fun ya!" ucapku seraya sedikit berlari menjauh lalu melambaikan tangan ke arah mereka.

Aku berbohong. Aku tidak ada keperluan apapun sebenarnya. Aku merasa tidak ingin melihat Matt dengan Alexa bermesraan seperti itu. Aku akan membiarkan mereka berdua. Entah, aku masih belum mengerti apa maksud perasaanku.

Alexa, dia wanita terpopuler di sekolah. Siapa yang tidak mengenali dirinya? Seorang model yang cantik sekali. Aku memang harus mengakui itu. Tetapi aku tidak suka dengan gayanya karena terlalu menganggap bahwa ia paling berkuasa. Ew.

Aku memang tidak terlalu dekat dengannya. Tetapi Matt pernah bercerita padaku bahwa Alexa adalah mantan kekasihnya. Alexa yang memutuskan hubungan mereka karena alasan Matt yang sibuk dengan Magcon. Dan alasan lainnya juga ia masuk ke sekolahku itu karena Alexa.

Tak terasa air mataku mengalir di kedua pipiku. Entah apa maksudnya ini semua. Apa yang kau tangisi Elena? Berhentilah.

"Hey," sapa seseorang.

***

Hayes' POV

Aku memainkan skateboard ku disepanjang jalan ini. Sudah lama aku tidak memainkannya. Tiba-tiba aku melihat seseorang yang familiar. Aku menaiki skateboardku lalu melajukannya ke arah seseorang itu.

Dia terlihat sedang menangis?

"Hey," sapaku.

Dia menongak dan melihatku. Sangat terlihat saat itu matanya yang sembab. Kemudian ia langsung menunduk dan terlihat menghapus air matanya.

"H-he-hey," sapanya balik dengan suara serak.

"Kau baik-baik saja, el?" tanyaku dengan nada khawatir.

"Tidak apa apa, hayes," jawabnya.

"Kurasa kau sedang buruk. Lebih baik kita duduk disana sebentar dan kau bisa menenangkan dirimu," saranku.

Elena pun menganggukan kepalanya. Dengan segera, aku pun sedikit memapahnya ke tempat yang aku maksud.

"Terima kasih," ucapnya.

"Dengan senang hati aku melakukannya. Sekarang, kau bisa menenangkan dirimu dahulu," kataku.

Ku lihat dia menarik panjang nafasnya. Aku pun merangkul bahunya dan membiarkannya bersender di bahuku. Terasa sekali nafasnya dangkal dan beberapa kali ia menarik nafas seperti seseorang yang kehabisan oksigen.

"Nafasmu dangkal. Kau butuh oksigen," kataku.

"Tidak perlu. Tolong biarkan aku seperti ini disini untuk tenang," katanya dengan nada yang lemah.

Aku tidak tega melihatnya seperti itu. Apa sebabnya sampai dia seperti ini? Selama ini aku tidak pernah melihat dia sekacau ini.

"Hayes," lirihnya.

"Ada apa, el?" tanyaku.

Tetapi dia hanya menatapku lalu menundukkan kepalanya. Aku menjadi semakin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi dengannya.

"Apa kau sudah merasa lebih baik?" tanyaku dengan nada khawatir.

"Iya sudah. Maaf sebelumnya aku sedikit mengganggumu dan terima kasih," katanya.

"Itu sama sekali bukan masalah," balasku seraya tersenyum kearahnya.

Dia pun juga membalas senyumanku. Terlihat kedua matanya yang sembab, ku pastikan karena menangisnya tadi. Tiba-tiba dia berdiri.

"El, kau mau kemana?" tanyaku.

"Aku ingin pulang, ini sudah terlalu sore," jawabnya.

"Kau pulang sendirian?" tanyaku lagi seraya berdiri di sebelahnya.

Dia menoleh kepadaku. "Memangnya kau lihat aku akan pulang dengan siapa?"

"Sendiri haha. Lebih baik kau aku antar saja ya," tawarku.

"Tidak perlu, aku takut terlalu banyak mengganggumu," balasnya.

"Sama sekali tidak. Bahkan dengan senang hati aku melakukannya," kataku percaya diri.

"Terserah kau saja," ucapnya.

Aku tersenyum puas mengetahui jawabannya.

*****

Aloo gaez!1!1!1! Ketemu lagi dong sama gue sang author azek. Disini ada 662 kata ya tetep, gak termasuk sm ini. Oiya maafkeun dan terimakasih kepada sang readers tersayang apa lagi yg ga sider dah ah udah nungguin ini cerita apdet. Aku padamu pokoknya ah mwa.

Oke kan disini ada moment-nya Elena sama Hayes yomand. Eh tapi maap ya kayanya chapter ini garing terus gak seru juga ya heu lagi seret nih wkwkwk

Ah yaudah ah gitu ae gue gatau mau ngetik apa lagi. ENJOY DAAAHHH



can we fall in love? // m.eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang