Chapter 9 : Love?

380 20 0
                                    

Kenapa tubuhnya dingin sekali? Apa dia sakit? Tapi dia tampak baik-baik saja kemarin. Luka di tangannya itu juga bukan luka biasa tapi dia sanggup menahannya selama itu? Benar-benar tidak masuk akal! Selain itu, wajahnya memang tak tampak asing bagiku, tapi dimana aku pernah bertemu dengannya?

Akhh, bodoh sekali kau, Kouka. Aku juga tak tahu apa aku melakukan hal yang memalukan atau tidak waktu itu. Sungguh menjengkelkan. Siapa sih dia sebenarnya. Batin Kouka frustasi. Ia tengah sibuk dengan pikirannya sendiri. Sejurus kemudian, ia pun segera menyeruput jus alpukat dengan kekuatan penuh.

"Hei, hei. Santai saja. Aku tak akan minta jatahmu kok"

"Argghh, evelyn! Apa yang harus kulakukan? Ada orang yang tiba-tiba datang kepadaku dan mengaku kalau dia mengenalku! Dia juga bilang kita pernah bertemu, tapi aku benar-benar lupa kapan hal itu terjadi padaku," keluh Kouka frustasi.

"Salah orang mungkin, orang aneh juga bisa. Atau jangan-jangan.... Dia Penguntit?"

"Bukan, dia tampak seperti orang baik. Wajahnya juga lumayan, tidak jelek. Bisa dibilang tampan juga kok. Yang paling aku ingat dan kenal darinya adalah wajahnya. Dia tampak familiar, tapi dimana aku pernah bertemu dengannya, aku tidak dapat mengingatnya dengan jelas."

"Dasar, masih muda sudah pikun," komen evelyn dengan menyantap makanan yang ia pesan dengan lahap.

Di tengah-tengah perbincangan mereka berdua, muncullah seorang pria berwajah kharismatik yang mampu menyihir seluruh wanita di kantin tersebut. Ia tiba-tiba muncul dan segera mengisi kursi kosong di salah satu sisi meja Kouka dan evelyn.

"Hai, Kouka! Masih ingat denganku?" ucapnya dengan memberikan senyuman manis. Sontak Kouka yang sedang menyeruput jus favoritnya pun terbatuk-batuk melihat kedatangan seorang pria tak diundang. Evelyn segera menatap Kouka dan berusaha meminta penjelasan. Kedua matanya seolah berkilat melihat keberadaan sosok baru di depannya.

"Siapa dia? Kau tak pernah cerita kalau kau punya pacar!" protes evelyn dengan cepat. Tanpa menunggu waktu yang lama, ia segera mengeluarkan rentetan pertanyaan yang mampu membuat sahabatnya ini sedikit kesal.

"Huft, dia itu cowok yang barusan aku ceritakan kepadamu, eve!" Bisik Kouka.

"Penguntit itu? Ah, tidak mungkin, bagaimana bisa dia.. Haha. So, dia bukan pacar.." Perkataan evelyn segera terpotong oleh orang yang kini duduk di hadapannya.

"Kami baru sebatas teman tapi aku harap bisa lebih dari itu," sahut pria misterius di depan evelyn dengan tersenyum. Tak lupa ia melirik wajah Kouka yang bersemu merah dan tampak kaget dengan pernyataanya barusan. Sejurus kemudian, ia memperkenalkan dirinya dengan sopan kepada evelyn.

"Namaku Train. Aku dan Kouka adalah pasangan yang sudah ditakdirkan bersama. Aku tahu itu dari pertama kali aku bertemu dengannya. Dia tampak berbeda. Kau percaya takdir?" tanya Train kemudian. Evelyn mengangguk perlahan seolah sedang ragu dengan jawabannya.

"Takdirlah yang mempertemukanku dengannya. Kau tahu, dialah cinta sejatiku. Teman sehidup sematiku nanti. Aku sudah mencari dan menunggunya ratusan tahun. Well, aku rasa aku cinta mati dengannya. Dan terakhir, aku harap dia tidak merusak usahaku selama ini," terang pria itu kepada mereka berdua.

What? Apa-apaan dia ini? Kita baru saja bertemu dan kau langsung mengaku kalau aku adalah cinta matimu? Benar-benar tak dapat dipercaya, orang ini sudah kelewatan!. Batin Kouka dengan menggeleng-gelengkan kepalanya ketika mendengar penuturan seorang Train itu.

"Sudahlah, eve! Kau benar, dia memang penguntit dan memang seorang penguntit yang sudah tidak waras. Jangan kau percaya apa yang sudah dikatakannya barusan," sahut Kouka berusaha meluruskan keadaan. Tapi si evelyn ini malah tampak terharu dengan pengakuan romantis nan gentle dari pria di hadapannya. Ia terpesona dengan segala hal yang ada padanya, seperti cara dia berbicara, bahasa tubuh yang diungkapkannya dan lain sebagainya.

"Oh, itu so sweet sekali. Baru pertama kali ini aku melihat ada lelaki yang seroman ini. Meskipun aku tidak begitu percaya dengan takdir, aku akui kalau usahamu itu tidak akan sia-sia. Tak akan kubiarkan sahabatku ini menolak lelaki sebaik dirimu," Kouka tak percaya dengan kejadian yang ada di hadapannya. Ia tak menyangka kalau evelyn begitu mempercayai orang yang baru dikenalnya itu.

Waktu pun berlalu dengan cepat. Hari-hari Kouka dipenuhi dengan rasa khawatir dan was was. Pria bernama Train itu selalu ada dimanapun Kouka berada. Menunggu Kouka tanpa lelah meski ia penuh dengan schedule tugas yang menumpuk. Tak jarang ia juga turut membantunya tanpa imbalan. Namun, terkadang niat baik Train ditolaknya dengan halus. Lama-lama ia pun merasa sedikit bersalah akan pikiran negatif tentangnya. Pintu hati Kouka mulai terbuka sedikit, ia mulai mempercayai apa yang dibicarakan temannya tentang anak baru bernama Train itu.

Ia bagaikan datang tak diundang dan muncul dalam kehidupan Kouka secara tiba-tiba. Baru pertama kalinya ia merasakan rasa bersalah seperti ini. Ia pun merasa tak enak dengan semua perlakuan baik Train terhadapnya. Hatinya pun luluh. Hingga suatu hari, ia ingin tahu alasan Train sebenarnya. Disaat seperti ini, ia jadi rindu akan sosok Peter. Ia ingin berkeluh kesah dengannya tentang Train, mungkin Peter punya jawaban atau nasihat seperti yang akan diharapkannya selama ini. Namun, sosok tersebut sudah lama tak terlihat batang hidungnya dimanapun. Ia bagaikan hilang ditelan bumi. Ia juga ingat akan pesan ibunya tentang orang asing. Yaitu, jangan mudah percaya dengan orang yang baru kau kenal. Apalagi banyak orang jahat berkeliaran akhir-akhir ini. Berita tentang hilangnya dua warga Orleans bernama Ken dan seorang wanita yang tak diketahui namanya, serta penemuan mobil tanpa awak di sekitar hutan lebat Orleans semakin membuatnya waspada akan orang asing. Tak terkecuali dengan kemunculan Train yang tiba-tiba itu, ia menjadi tidak mudah percaya dengan orang orang yang baru dikenalnya tersebut. Wajar, kalau ia bersikap waspada dan hati-hati.

Disamping itu semua, kabar orang hilang memang meningkat signifikan di berbagai kota bahkan dunia. Topik ini pun menjadi topik terhangat dan sering dibicarakan banyak orang.

Kembali ke Kouka. Di sisi lain, Ia mulai meruntuhkan sedikit benteng pertahanannya mengingat Train tidak-atau mungkin belum-pernah berlaku jahat ataupun berniat untuk menyakitinya. Tapi tetap saja, ia juga ingin tahu siapa Train ini sebenarnya. Dia juga tidak ingin menjudge orang dengan mudah sebelum dia tahu jati diri orang itu sebenarnya.

***

"Apa kau tidak tertarik dengan rencana kecilku ini, Grace? Aku rasa kau penasaran dengan orang yang kumaksud disini. Aku tahu dan percaya kalau kau tidak akan pernah menghianati siapapun termasuk aku."

Grace tampak menimbang-nimbang keputusannya. Ia berkali-kali menautkan kedua ujung jari telunjuknya satu sama lain. Ia pun menatap manik mata tajam pria di depannya yang sedang tersenyum penuh kemenangan. Sejurus kemudian, ia menghampiri sosok di depannya.

"Kau benar. Aku sangat penasaran dengannya. Apa dia secantik yang dibicarakan legenda vampire terkenal itu? Huft, kalau begitu baiklah. Aku akan melakukan rencanamu selanjutnya, Peter" Sosok perempuan remaja itu pun berdiri tegap di hadapan Peter seraya menjabat tangan kanannya, pertanda ia menyetujui perjanjian yang terjadi diantara keduanya.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua tanpa mereka sadari di suatu tempat yang jauh.

5:5

TRAIN THE YOUNG VAMPIRE RISES (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang