Chapter 12 : Another Intruder

269 18 0
                                    

Seorang gadis tengah berjalan menuju toko roti. Setelah itu ia mampir pergi ke toko buku. Lima belas menit kemudian ia keluar. Berjalan ke arah supermarket lalu keluar dengan membawa satu tas barang belanjaan lagi. Setelah itu melanjutkan perjalanan dengan masih berjalan kaki. Terus berjalan hingga ia melihat ada taman di seberang jalan dan memutuskan untuk pergi kesana. Setelah sukses menyeberang, ia mampir ke kedai ice cream yang letaknya berada di sekitar taman kota tersebut. Lalu duduk di salah satu bangku taman dan membuka buku yang baru saja ia beli. Lalu ia pun membacanya usai ia menghabiskan ice cream di tangan. Sesekali gadis itu membuka smartphone yang bergetar berkali-kali. Ada satu panggilan yang muncul sejak tadi tapi ia tidak segera mengangkatnya. Beberapa menit berlalu dengan begitu cepatnya.  Ia pun menatap keadaan di sekeliling taman yang kini kian ramai akan pengunjung. Dari kejauhan ia melihat sesosok bayangan yang dikenalnya tapi ia menyingkarkannya begitu saja. Karena ketika ia berusaha melihatnya untuk yang kedua kali, bayangan itu menghilang. Setelah itu ia kembali berkutat dengan buku yang dibawanya.

"Hei, kau tidak mengangkatnya? Jahat sekali," ujar Train yang tiba-tiba muncul seraya mengambil buku yang tengah di pegang gadis tersebut dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

Ia kaget dengan kedatangan Train dan kesal dengan sikapnya yang menyebalkan, menurutnya. Ia pun berusaha meraih buku tersebut tapi usahanya gagal.

"Hei, kau. Cepat serahkan buku itu atau aku akan berteriak disini." Train tertawa terkekeh mendengar penuturan gadis di hadapannya. Ia mendekatkan wajahnya kepadanya dan memasang wajah yang semakin membuat gadis itu kesal setengah mati.

"Berteriak katamu? Coba saja. Aku tidak takut," ucap Train setengah berbisik. Ketika ia mencoba untuk berteriak, Train malah mendekap tubuh gadis di depannya dengan erat dalam sepersekian detik berikutnya. Sontak ia kaget. Tak percaya dan berusaha berontak. Hanya saja semakin ia mencoba untuk melepaskan diri, semakin erat pula dekapan Train terhadapnya.

"Tetaplah seperti ini sebentar, Kouka" bisik Train. "Aku tidak akan pernah melepaskanmu," lanjutnya.

Aneh. Apa sesuatu telah terjadi? Apa yang sedang kau sembunyikan? Apapun itu aku akan selalu percaya padamu, batin Kouka. Ia membiarkan Train dan memaafkannya kali ini. Ia akan menunggu Train menceritakan masalahnya sendiri. Sebelum waktu itu datang, Kouka tidak akan ikut campur. Ia pun mengelus punggung belakang Train dengan lembut. Hal tersebut memberikan sensasi tersendiri bagi Train. Sesaat kemudian ia hanyut dengan perasaanya.

Setelah itu tak ada kata yang terucap dari bibir mereka masing-masing. Keduanya pun duduk bersebelahan di bangku taman tadi. Kouka tetap diam terpaku dengan wajah menunduk sedangkan Train, wajahnya tengah menerawang ke atas langit. Ia menatap warna biru dan putih di langit yang saat itu memberikan rasa kedamaian kepadanya. Di sisi lain, ia merasa lega karena tengah berada di sebelah wanita yang membuatnya tenang. Semua masalah yang rumit dan memusingkan kepalanya seakan hilang ketika bersamanya. Meski sesaat tapi Train sangat mensyukuri hal tersebut. Tak ada orang yang mampu membuatnya seperti sekarang ini, bahkan Senri sekalipun. Ia juga tak mengerti mengapa. Hal itu seakan terjadi begitu saja sejak hari pertama ia bertemu dengannya.

"Ehm, kau tadi membeli begitu banyak barang. Lalu berjalan-jalan seorang diri dengan membawa barang berat itu. Apa kau tidak merasa lelah?" tanya Train.

"Eeh, bagaimana bisa kau tahu hal itu? Kau seorang penguntit!" Train tertawa mendengarnya.

"Kau suka sekali memanggilku penguntit. Aku tidak seperti itu," sahut Train yang masih saja tertawa terkekeh. Ia juga sedikit tak terima dengan pernyataan Kouka. Dengan Kouka yang memasang wajah kesal, ia berhenti tertawa. Ia menghembuskan napasnya dan mulai memainkan hape yang sedari tadi digenggamnya. Ia memutar-mutarnnya berkali-kali. Menatap bentuk hape yang tampak horizontal, miring lalu vertical itu secara bergantian.

TRAIN THE YOUNG VAMPIRE RISES (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang