Chapter 1 : Mysterious place

1.2K 48 0
                                    

Di pagi yang cerah di musim semi. Kastil batu itu tampak seperti bangunan tak terawat dengan tumbuhan liar yang menjalar di beberapa bagian kastil. Bangunan itu pun tampak tak berpenghuni.

"Senri-san, sampai kapan kita hidup seperti ini? Aku tahu kau satu-satunya orang yang kumiliki sekarang, tapi aku ingin hidup normal seperti anak sebayaku. Aku ingin mempunyai banyak teman baru dan pergi mengunjungi beberapa tempat yang belum pernah kudatangi. Seperti negeri seberang yang kau sebut apa itu namanya.." tanya Train kepada pembantu setianya sambil menggoyangkan gelas ditangan yang berisi cairan berwarna merah ke kanan dan ke kiri secara bergantian.

"Maaf Train-sama. Hamba tidak bermaksud lancang, hanya saja coba bayangkan jika Tuan Muda hidup bersama mereka, para manusia. Apa tuan mampu bertahan hidup tanpa adanya keinginan untuk meminum darah mereka? Jikalau tuan mampu melakukan itu, hamba berani melepaskan tuan muda kesana sendirian," jelas Senri, satu-satunya pembantu yang dimilki tuan muda Train untuk saat ini.

"Hemmm,, bagaimana ini? Aku tidak tahu apa aku bisa melakukannya. Aku sendiri tidak tahu sejauh mana kemampuanku menahan aroma khas yang dimiliki oleh para manusia. Tapi tidak ada salahnya untuk mencoba," pikir Train.

"Lalu apa yang akan tuan muda lakukan untuk mengukur kemampuan tuan muda saat ini? Apa tuan muda sudah memikirkannya?" Tanya Senri kemudian.

"Gimana kalau kau undang beberapa manusia untuk datang ke Kastil kecil kita ini? Kita adakan pesta kecil-kecilan tapi meriah. Tapi jangan undang warga Orleans sendiri, mereka pasti sudah mengetahui keangkeran hutan ini. Jadi, mereka tidak akan ada yang datang" terang tuan muda Train.

"Baik, tuan muda. Agaknya saya tahu siapa saja yang akan saya undang. Kapan kiranya pesta itu diadakan? Minggu ini? Atau?"

"Ya. Malam minggu ini, berarti hari sabtu besok. Tinggal beberapa hari lagi Senri-san. Apa kau sanggup mempersiapkan semua itu dalam waktu yang sesingkat ini? Sebenarnya aku tidak meragukan kemampuanmu, hanya saja..."

"Baik, tuan muda. Hal sekecil ini pastilah tidak ada apa-apanya dibandingkan ketika saya membesarkan tuan muda."

"Hahaha.. apa aku terlalu merepotkan Senri-san? Baiklah, semuanya bergantung padamu. Semoga kau mampu menyelesaikan ini secepatnya. Atau... perlukah aku menyewa seorang pembantu lagi untuk menemanimu? Akan lebih baik lagi kalau ada perempuan disampingmu. Pekerjaanmu jadi agak ringan. Bahkan, kau dapat beristirahat sesukamu. Bagaimana?" goda tuan muda Train dengan mengedipkan sebelah matanya berharap pembantunya setuju akan usulnya itu.

Senri jadi salah tingkah dan menjawab dengan terbata-bata. Ia jadi sensitive akan hal seperti itu. Seumur-umur Train juga jarang melihat Senri berjalan dengan seorang wanita. Tidak ada salahnya juga jika ia menanyakannya.

"Eh.. tidak usah tuan muda. Saya-saya lebih ssuka seperti ini. Kalaupun a-ada perempuan pasti-ak-akan lebih merepotkan lagi tuan muda" sahut Senri.

"Oke. Aku mengerti maksudmu. Tenang saja. Aku tidak akan mencampuri urusan pribadimu, hanya saja aku kasihan melihatmu sendirian terus. Lagipula semuanya itu bergantung dengan keputusanmu sendiri. Benar begitu kan, Senri-san?"

"Iya tuan muda" sahut Senri kemudian. Ia merasa lega dan sempat menghembusakan napas beratnya sesaat.

Hal yang paling ditakuti oleh Senri adalah berdekatan dengan lawan jenisnya. Entahlah, apa ada sesuatu yang salah dengan dirinya atau itu hanya perasaannya saja. Ia merasa sedikit canggung bahkan tak berkutik sedikit pun jika ada seorang wanita di sampingnya. Bisa dikatakan ia salah tingkah di dekat mereka.

Disamping itu semua, ia mempunyai alasannya sendiri yang tidak diketahui siapapun bahkan oleh seorang Tuan Mudanya.

***

Langit telah berubah warna menjadi gelap, pertanda malam telah tiba. Kouka bermaksud untuk kembali ke rumah. Ia merasa sudah menempuh perjalanan yang jauh. Ketika ia menyusuri jalan yang ia tak tahu namanya, ada beberapa kejadian yang menurutnya aneh dan tidak biasa.

Terlihat beberapa toko mulai menutup dan anak-anak kecil bahkan berlarian pulang ke rumah masing-masing. Para gadis juga tak jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh anak kecil tersebut. Mereka sudah jarang terlihat di sekitar jalan yang Kouka lewati.

Tak luput juga kereta kuda dan beberapa transportasi umum menjadi jarang terlihat. Ia pun bertanya kepada seorang kakek tua yang tengah bergandengan dengan cucunya.

"Kalau boleh tahu apa yang sebenarnya terjadi disini, Kek?"

"Kau orang baru disini yah?"

Kouka mengangguk perlahan. Tatapan matanya pun tak lepas dari sosok di depannya. Ia penasaran. Belum sampai Kakek tadi menjelaskan kejadian yang sedang terjadi, bulu kuduk Kouka sudah berdiri. Ia memberanikan dirinya untuk menyimak penjelasannya.

"Kejadiannya sudah berlangsung ratusan tahun yang lalu. Saya sendiri juga tidak begitu yakin dengan cerita ini, tetapi masyarakat disekitar sini sangat meyakininya ...," Kakek itu berhenti sejenak,"ceritanya panjang, anakku." Lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah sekitar dengan seksama.

"Hari sudah mulai gelap. Sebaiknya kau segera pulang ke rumah dan jangan pernah keluar hingga sinar mentari pagi muncul dari ufuk timur. Percayalah padaku. Buang jauh-jauh rasa penasaranmu itu. Akan lebih berbahaya jika kau bersikeras untuk mengetahuinya. Kalau kau masih tidak percaya, tanyakan saja pada ibumu dirumah," lanjutnya.

Kemudian ia melanjutkan perjalanan dengan menggandeng tangan kiri cucunya melewati beberapa toko yang tampak remang-remang di bawah langit malam.

Tampak dengan jelas bahwa beberapa lampu jalan rusak. Kouka semakin merapatkan kedua tangan dan jaket kulitnya. Ia ingin segera sampai di rumahnya dan melepaskan segala hal yang mengganggu pikirannya ini. Ia ingin berada di dekat perapian sambil duduk dengan secangkir coklat hangat ditangannya.

"Haduh, masih lama gak ya? Kenapa perjalanan ini terasa semakin jauh. Fiuh, mana udaranya dingin lagi. Haduhh," gumam Kouka sembari melangkah dengan cepat.

Lima belas menit kemudian sampailah dia di rumah klasik yang baru dihuninya. Ia merasa lega hingga mengetuk pintu dengan tidak sabaran.

TRAIN THE YOUNG VAMPIRE RISES (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang