Chapter 4 : Bad Dream

502 33 2
                                    

Pagi yang cerah. Sinar mentari menerobos masuk dari bilik-bilik jendela kamar Kuoka.

            "Jam Sembilan pagi? Kenapa mama tidak membangunkanku ya? Aku kan jadi kesiangan begini"

            Kouka keluar dari kamar. Menuruni tangga dengan masih mengucek matanya. Ia menuju ke ruang tamu dan ruang keluarga, namun ia tak menjumpai orang yang dikasihinya itu. Kedua alis matanya menyatu di kening pucatnya.Kouka menjadi sedikit khawatirtapi ia tak menyerah.

"Akh, pasti dia sedang masak di dapur."

Ketika berada di depan pintu dapur, ia membuka pintu itu perlahan. Tak lupa lensa di kedua bola mata birunya segera menyapu ruangan tersebut. Ia mengintip dari balik pintu ketika ia mendapati sosok ibunya yang sedang mengiris bawang, ia menjadi lega dan mengehembuskan napas dengan berat. Ia menghampiri ibunya dan melakukan aksi protes kecil-kecilan karena telah membuatnya khawatir sekaligus ketakutan setengah mati. Anehnya sang ibu tidak menanggapi celotehan putrinya. Ia malah asyik dengan kegiatan masak-memasak. Namun, sesekali ia menoleh kearah putrinya dan secara tak sengaja mata mereka bertemu. Sang ibu masih dengan aksi diamnya dan tak terpengaruh sedikitpun dengan celotehan putrinya tersebut. Merasa tak mendapat tanggapan yang diinginkan, Kouka pergi dari tempat itu dengan muka cemberut.

Ia menuju ruang makan yang letaknya bersebelahan dengan dapur. Duduk di salah satu empat kursi yang mengelilingi meja kayu berbentuk persegi dengan beberapa ukiran di keempat sisinya. Tampak tirai dan jendelanya masih tertutup rapat hingga ruangan makan terlihat sedikit gelap. Ia mengeluh kepada ibunya yang tak segera membuka gorden jendela tersebut. Dengan langkah malas ia membukanya. Sontak, sinar mentari segera menyilaukan pandangan tapi ia merasakan kehangatan. Tak lama kemudian, perutnya berdendang. Dengan segera ia menuju dapur berharap ibunya telah menyelesaikan kegiatan memasaknya. Ia juga bermaksud untuk membantu menyiapkan sarapan pagi itu. Hal aneh kembali terjadi. Kouka tak mendapati sosok ibunya didapur. Barang-barang dapur kembali seperti sedia kala seolah-olah tak seorangpun pernah berada disana. Kouka berkeringat dingin. Ia memanggil nama ibunya dan mencari kesana-kemari tapi hasilnya nihil. Kouka ketakutan berada dirumah itu seorang sendiri. Ia segera berlari keluar dan berusaha mencari pertolongan. Suasana nampak tak jauh berbeda dengan rumahnya. Perumahan itu sepi. Hening. Tak seorangpun berkeliaran. Kouka sendirian. Ia mengumpulkan sisa keberaniannya dan berjalan perlahan berharap ada seseorang yang menjawabnya.

            "Halo? Apa ada orang disini? Mr. John? Ms. Flo? Sony, Patrick or anybody please answer me. Kalian semua ada dimana? Siapapun itu tolong jawab aku!"

            Ia ketakutan. Kouka merapatkan kedua jaketnya dengan kedua tangan saling mendekap satu sama lain. Berusaha menyingkirkan kekhawatiran dan keheningan pagi yang serasa seperti kuburan itu. Beberapa menit berlalu dengan cepat, Kouka pun tampak tak bergerak ditempat. Ia mematung dengan pandangan siap siaga jika sesuatu yang tak diharapkan muncul tiba-tiba.

            Kresek. Kresek.

            "Ah, suara ini lagi. Siapa disana?" teriak Kouka dengan bergerak mencari asal suara.

            Kresek. Kresek.

Dengan hati-hati ia menghampiri semak-semak di halaman rumahnya. Perlahan tapi pasti Kouka membuka dedaunan yang menghalangi pandangannya itu. Dan...

"Astaga, hanya kucing. Aku kira siapa. Hush hush, cepat pergi darisini. Eh, ini jangan lupa ikannya dibawa dong. Aduh, bikin kotor saja" gerutunya.

"Kouka, kamu seharusnya tidak berada disini?" Terdengar suara yang sangat dikenalnya.

"Aku hanya.... AAAAA" teriak Kouka usai melihat wajah mengerikan mirip ibunya. Ia kaget melihat sosok yang muncul di depannya tiba-tiba. Kulitnya pucat,  wajahnya tampak tirus dengan kedua pipi yang mencekung hitam dan mulutnya bersimbah darah. Tak lupa sekilat cahaya bersinar di kedua ujung gigi taring yang tampak menonjol dan tak seperti biasanya itu.

"Kouka, kamu harus.."

"Tidakkk, menjauh dariku" potongnya.

Sedetik kemudian ibunya merintih dan berteriak tak keruan.

"AAARGHH"

Seperti sedang kerasukan, sosok  didepannya kini berubah. Ia seakan menjadi orang yang berbeda. Ia berdiri perlahan dengan wajah masih menunduk hingga poni dan beberapa rambut pirangnya menutupi sebagian wajah itu. Lama tak ada suara hingga terdengar suara terkekeh dari orang mirip ibunya. Wajah itu menatap Kouka tajam dan tersenyum. Sedetik kemudian ia melompat dan menerkam tubuh Kouka tiba-tiba. Ia pun berteriak minta tolong.

"AAAAAAAA. Tolonggg"

"Kouka. Kouka.. Bangun sayang, kamu sedang mimpi buruk apa?"

Ms. Youka berusaha membangunkan putrinya. Ia sudah mengguncang tubuh Kouka berkali-kali dan akhirnya ia terbangun dan memeluk sosok ibunya langsung. Ia menangis sesenggukan dan bersyukur kalau itu semua hanyalah mimpi. Yah, mimpi Kouka yang terburuk diantara lainnya.

Maaf baru bisa posting sekarang. Terima kasih juga sudah menunggu hehe.  I hope you enjoy the story ;)


TRAIN THE YOUNG VAMPIRE RISES (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang