~10

193 56 7
                                    

malam itu, semua di perjelas oleh gracia. 

malam itu arta menjelaskan semuanya, menjawab apa yang ingin di ketahui oleh gadis pemilik gigi ginsul yang begitu indah itu. 

Mereka berbincang di halaman rumah gracia, tidak ada siapapun selain mereka sehingga mereka bisa dengan santai mengutarakan apa yang mengganggu pertemanan mereka akhir-akhir ini.

"Semua yang kamu dengar dari zean dan juga aran itu benar, aku datang karena ingin membalas semua yang telah dilakukan aran dan teman-temannya— walaupun aku tau awal masalahnya bukan dari aran tapi kakaknya, tapi aku harus melakukannya untuk memancing kakaknya untuk keluar dari persembunyiannya"

Gracia benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan saat itu. Hingga satu pertanyaan terbit yanh membuat arta terdiam untuk sejenak.

"Pacar kamu?"

"Kami Backstreet— sebenarnya ini bukan keinginan dia, tapi daddy dan ayahnya mau kami untuk berpisah, daddy memberikan pilihan saat itu — dan aku memilih untuk mengejar aran untuk membalaskan semua sakit hatinya" jelasnya yang membuat gracia menoleh kearah arta yang tersenyum menatap kearah depan.

"Kamu begitu sangat mencintai dia?" Anggukan di berikan arta sebagai jawaban akan pertanyaan yang seharusnya tidak perlu di tanyakan lagi.

"Kami sudah bersama sejak kecil, shania— akan sangat tidak wajar jika perasaan itu tidak ada, aku sangat sayang dengan dia"

Sakit

Tentu, saat itu perasaan sakit yang di rasakan gracia hingga dia hanya bisa terdiam dengan senyuman palsu di wajahnya.

"Perasaan itu bisa berubah, arta" gumamnya tanpa sadar yang membuat arta menoleh.

"Tapi perasaanku pada dia, tidak akan pernah berubah"

Gracia menatap mata sedalam samudra itu, tenggelam hingga lupa akan bahayanya jika dia terjebak di sama.

"Perasaan tidak akan pernah berubah saat pemiliknya sudah menemukan siapa yang di inginkannya, Shania" ujar Arta tiba-tiba "tapi semua bisa berubah saat pemiliknya memilih Mengganti siapa yang akan dibiarkannya menetap"

Deg

Suara itu, tatapan itu, kalimat yang begitu menusuk hingga membuat Gracia seakan kembali kesaat mereka berada di pantai, berbicara tentang senja dan indahnya laut.

Kalimat yang tidak dimengerti Gracia, kini seakan terulang kembali.

"Bagaimana kamu dengan Aran? Dia terlihat marah melihatku ada di depan rumahmu"

Mengalihkan perhatian?

Gracia tersenyum kecut, yah dia tidak bodoh hanya untuk mengetahui kemana arah Arta membawa suasana ini.

"Kami memilih kembali menjadi seorang teman" Arta mengangguk yang membuat Gracia tersenyum "seperti yang kamu katakan, masalah kamu dan Aran tidak sesederhana yang aku pikirkan"

"Kamu memilih untuk memahaminya sendiri rupanya"

"Aku hanya tidak mau terlihat bodoh lagi dimata kamu dan zean, Arta"

Arta menoleh setelah mendengar ucapan dari Gracia, entah apa yang dirasakan pria itu tapi Gracia melihat rasa tidak terima disana.

Tapi kemudian berubah menjadi bersalah,

"Maaf membuatmu berpikir seperti itu"

Entah kenapa, mendengar kata maaf setelah perbincangan panjang mereka, membuat Gracia sedikit tenang— seakan sesuatu yang kosong kini terisi Kembali.

"Arta?" Panggil Gracia dengan lembut "terimakasih untuk roti itu"

Arta menatap dengan diam tapi setelah melihat senyuman Gracia, Arta ikut tersenyum lalu mengangguk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRAGMA Dandelion (Gradel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang