Home~4

1K 215 21
                                    

Halooo

Bab 4 nih👐
Mana votenyaaa👐

Typo? Kasih tahu akuu👆

Happy Reading✨️👐

~

"Kenapa gue ngangguk ye waktu itu?"
"Lah, anjir! Seriusan ini?"
"Heh! Gimana sih?"
Puspa bingung sendiri dengan respons tubuhnya, kenapa sangat tidak bisa dikontrol.

"Argh! Bego lu Puspa!"
"Gimana kalau om Bimo cuman iseng!"
"Siapa tahu dia cuman mau bales dendam gara-gara kejadian waktu itu!"
"Keknya dia juga belum seratus persen lupain mantannya!"
Siapa pun, tolong share pengalaman kalian memiliki hubungan dengan duda cerai hidup!
Puspa trust issue dengan duda satu itu, sangat-sangat tidak bisa dipercaya, tapi bodohnya malah mengiyakan ajakan pacarannya.

"Argh! Pusing!"
Makin pusing lagi karena Puspa harus menghadapi orang-orang teler yang tidak punya beban hidup.
Seminggu ini, Puspa berhasil menghindar. Karen menduga mereka bertengkar, dan tak jarang menjebak Puspa agar bertemu dengan omnya. Nasib baik masih berpihak pada Puspa, hingga saat ini, dia bisa menghindar.

Puspa selesai mengantarkan minuman, gadis itu termenung di dekat meja pelayanan. Dia yang tak memiliki pengalaman bingung ingin menyikapi Bimo bagaimana. Apalagi sekarang lelaki itu juga gencar mengiriminya pesan, bahkan meneleponnya, dan semua itu tak pernah digubris oleh Puspa.

Puspa tuh takut, takutnya dia di-prank! Tahu sendiri gimana susahnya Puspa bertahan sejauh ini, kan tidak lucu kalau nantinya saat Puspa sudah jatuh hati, dia ditinggalkan. Enggak lucu!

Drrt!

Ponsel dalam saku apronnya bergetar, Puspa meraih benda pipih tersebut.

Apa ada yang salah, Puspa? Kalau ada yang salah, saya minta maaf. Saya jemput kamu sekarang, kita perlu bicara.

Puspa menggeleng kecil, memasukkan kembali ponselnya. Dia sendiri bingung maunya apa, yang pasti butuh diyakinkan!

"Puspa, meja lima!"

"Okey!"

Baiklah! Mari selesaikan pekerjaan ini, sibukkan diri dengan bekerja!
Dengan nampan di tangannya, Puspa berjalan memecah para manusia teler, gadis itu menunduk sekilas menatap tiga lelaki tua yang duduk mengitari meja nomer lima.

"Silakan, Tuan."

Siulan terdengar dari salah satu lelaki, disusul oleh sorakan dari dua lelaki yang lain. Puspa mencoba tetap tenang dan profesional, padahal ingin sekali mencolok mata genit itu yang menatap ke arah kakinya. Sialan! Padahal di antara pelayan lain, Puspa ini berpakaian paling sopan, kemeja putih panjang, dan rok di bawah lutut.

"Tolong, lepaskan!" Puspa ingin beranjak, namun sebelah tangannya yang terbebas dari nampan digenggam oleh lelaki tua berkaos putih.

"Cantik, main di sini aja sama kami!"
Kerlingan itu membuat Puspa mual.

"Iya! Nanti kita bayar! Lima kali lipat dari bayaran kamu di sini!"

"Aw!" Puspa memekik, gadis itu ditarik hingga terduduk di pangkuan lelaki berkaos putih.

"Lepas! Jangan kurang ajar!"
Puspa menginjak kaki lelaki itu, menyikut perut buncit yang seperti ibu hamil sembilan bulan.

"Jangan gerak-gerak cantik, nanti ada yang bangun!"

"Bangsat!" Puspa hilang kesabaran, jangan berharap ada yang menolong, semua orang di sini sama saja.

Bugh!

Puspa terpenjat, nampannya masih melayang di udara, gadis itu menoleh, dan mendapati lelaki jangkung berdiri menjulang di sampingnya.

Tangan Puspa ditarik, gadis itu terbebas dari pangkuan lelaki tua. Tubuh Puspa terhuyung, dengan sigap Bimo menariknya ke belakang, seolah menjadikan tubuhnya sendiri sebagai tameng.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short Story: Our World IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang