MATAHARI muncul dengan malu-malu dari arah timur, sebenarnya aku tidak tahu di mana arah timurnya, tapi melihat matahari muncul dari sana, maka itulah timur. Saat jam masih menunjukkan pukul lima, aku sudah terbangun dan akhirnya terdampar di balkon kamar sementaraku ini. Kenapa sementara? Karena kamar ini hanya kutempati tiap kali aku berkunjung ke sini, ke rumah Grandma yang super-duper galak ini.
Mataku mengamati pemandangan pantai yang langsung berhadapan dengan balkon kamarku ini. Suara ombak sejak tadi menemaniku dengan angin pagi hari yang membelai tubuhku membuat bulu kudukku sedikit meremang. Biasanya, keluargaku ini jarang sekali mau menghabiskan liburan di sini. Terakhir kali aku menginjakkan kakiku di gedung rumah ini sekitar usia lima belas belas tahun, dan sekarang, aku sudah tujuh belas tahun. Artinya sudah hampir dua tahun aku tidak kemari. Tapi entah kenapa Mom Anne mendadak memberitahu kami—aku dan Harry—kalau liburan panjang kali ini akan kami habiskan di sini.
Harry menolaknya dengan cepat—aku ingin melakukan hal yang sama, tapi aku juga merindukan Grandma—Aku tahu jelas apa alasannya menolak itu. Grandma ini orang yang sangat amat disiplin. Hidupnya selalu dipenuhi dengan peraturan yang super-duper ketat. Aku merasa kalau banyak anak Grandma yang selalu menentang peraturan itu, yang kemungkinan besar hal itulah yang membuat Grandma menjadi galak seperti sekarang. Ditambah lagi, cucu-cucunya banyak yang sangat amat pembangkang. Dan Harry termasuk salah satu darinya.
Grandma tampak sangat sensitif dengan Harry. Matanya akan menajam tiap kali melihat laki-laki itu, bahkan hanya bayangannya saja. Seperti yang kubilang, Grandma ini sangat disiplin. Tentunya Beliau suka dengan orang-orang yang rapi. Sedangkan Harry bisa dibilang sedikit urakan jika dilihat dari rambut ikal panjangnya itu. Tangan Grandma selalu gatal ingin memotong rambut Harry didetik pertama menangkap sosok Harry yang sudah berada di jangkauannya. Makanya, Harry selalu benci kalau diajak ke sini.
"Louisa!"
Tanpa sadar, aku membuang nafas. Grandma memanggilku. Aku ingin sekali berkata kalau ini masih terlalu pagi untuk berteriak-teriak seperti itu, tapi karena aku tidak ingin dan tidak akan pernah ingin mendapat tatapan maut Grandma, kutelan kembali keinginan mustahilku itu. Aku merapikan sedikit rambutku, lalu melangkah keluar dari kamar.
Wajah cemberut dan mengantuk milik Harry menyambutku. Laki-laki berambut ikal itu sudah duduk di hadapan Grandma. Mulutnya sesekali bergerak, yang sepertinya sedang mengutuk Grandma karena tingkah sok disiplinnya itu. Liburan itu masa-masa di mana kita bisa tidur sepuas kita, tapi Grandma malah menghancurkan angan-angan kami berdua untuk liburan kali ini.
"Duduklah," ujar wanita tua itu tanpa mengalihkan pandangannya Harry. Seperti biasa, tatapannya akan sangat tajam, seolah berharap Harry bisa berubah menjadi abu hanya dengan ditatap olehnya.
Aku hanya mengangguk paham dan mengikuti perintahnya. Ya iyalah, memangnya aku bisa melakukan apa untuk menolak perintahnya? Mengatakan kalau aku malas dan ingin melanjutkan pandangan-memandangku di balkon kamar? Itu sama saja dengan memasukkan diri ke kandang singa. Aku sudah berdoa supaya diberi keberanian yang berlebih oleh Sang Pencipta setiap malamnya, tapi mungkin karena aku kebanyakan merutuk Grandma dalam hati, Dia tidak ingin mengabulkan permintaan sederhanaku yang satu itu. Yang ada nyaliku semakin ciut setiap hari berganti dan satu-satunya untuk keluar dari penjara ini adalah, berharap agar liburan akan segera berakhir walaupun yang tiba itu adalah sekolah. Setidaknya otakku yang diperas setiap kali sekolah, bukannya fisik dan mentalku seperti di sini.
"Liburan kalian masih ada sekitar seminggu." Grandma mulai membuka pembicaraan yang disahut dengan putaran mata dalam diam oleh Harry dan batinku yang mulai menjerit kalau aku danbahkan semua orang di dunia ini sudah tahu akan hal itu. "Jadi, apakah kalian akan meninggalkanku?"
![](https://img.wattpad.com/cover/45752722-288-k792818.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Complex [NEW VERSION]
Fanfiction#1 : narry Iya, aku memang menyukaimu, tapi memilikimu adalah hal yang mustahil. Lantas, apakah aku masih boleh menaruh harapan, sekalipun itu hanya bisa menyakiti diriku sendiri? Cover by: kagraph