Dan di sinilah Harry dan yang lainnya, Tuvalu, bersama dengan dua polisi idiot yang selalu memancing amarah Harry. Seperti sekarang ini, dua polisi itu bukannya membantu melacak keberadaan Louisa tetapi malah asik berjoget ria di dalam mobil yang lagi-lagi membuat Harry ingin menonjok dua manusia itu. Ia heran kenapa kepala polisi itu memilih dua polisi itu agar ikut dengan mereka. Harry memejamkan matanya. Perjalanan pesawat yang bisa dibilang dua hari itu sangat melelahkan. Waktu mereka tersisa besok. Tapi sampai sekarang mereka belum menemukan dimana Louisa berada.
Harry masih terus berusaha mencari cara agar bisa mengetahui keberadaan Louisa. Tapi nihil. Semua cara sama sekali tak membantu. "GPS LOUISA HIDUP!" teriak Louis membuat Harry merasa lebih tenang, sedikit. Dengan kecepatan penuh Louis mengendarai mobilnya dibantu dengan Ele yang memberitahu arah-arah menuju tempat Louisa.
Belum setengah perjalanan, mobil yang mereka gunakan itu tiba-tiba jalan dengan tersendat-sendat membuat Louis mengumpat kesal. Louis keluar dari mobil dan berlari ke belakang. Ternyata ban mobil bocor. Harry mendesah, ada saja hal yang menghalangi mereka untuk menemukan Louisa.
Harry tak keluar dari mobil, ia hanya berdiam di dalam. Louis yang melihat itu mendengus, ia tahu jelas bahwa Harry menyayangi Louisa lebih dari seorang adik.
Sedangkan di sudut desa, Louisa mengerang sakit. Tangan dan kakinya sangat sakit karena ikatan tali yang sangat erat itu. Lelaki brengsek yang bersamanya beberapa hari ini menyeringai lebar, lalu berjalan mendekatinya dan mengangkat dagu Louisa. "Kau tau?" Louisa tak menjawab, hanya menatap lelaki itu sinis sambil berusaha menyingkarkan tangan lelaki brengsek itu dari wajahnya.
"Istriku meninggal, sudah lama, sangat amat lama, sewaktu kau masih bayi." Bahu lelaki brengsek itu merosot membuat Louisa berhenti bergerak-gerak. "Ia meninggal karna menyelamatkan dirimu. Ia tertabrak mobil. Tewas di tempat." Lelaki brengsek itu mencengkram lengan Louisa kuat-kuat membuat Louisa meringis kesakitan sambil menahan air mata. "DIA MENINGGAL KARNA MU!!"
Louisa menutup matanya. Istrinya? Meninggal? Karnaku? Oh ayolah... Bilang ini bercanda.
"Cih, pembohong."
Lelaki brengsek itu tertawa sinis. "Kau tak percaya, eh? Kau bisa tanya pada Louis."
"Louis? Louis Tomlinson maksudmu?"
Lelaki brengsek itu menganguk sambil menghidupkan rokoknya.
"Apa hubungannya dengan Louis?"
Seketika lelaki itu menoleh. "Kau tak tau? Serius?" Louisa menggeleng tak mengerti.
"Louis itu kakak mu."
DEG!
Louisa mengerjapkan matanya. Louis? Kakaknya? Astaga, lelucon dari mana lagi ini? Apa sekarang bulan April? "Pembohong."
"Lihat saja nanti," balas lelaki itu cuek sambil berjalan keluar ruangan--maksudnya gudang.
Louisa hanya diam sambil menatap ke arah pintu keluar dari gudang yang sudah tertutup itu dengan tatapan kosong. Oh ayolah, mengapa masalah dihidupnya tak pernah kelar? Lagipula, lelucon dari mana yang dibuat lelaki brengsek itu sampai mengatakan bahwa istrinya meninggal karna menyelamatkan dirinya. Lucunya, lelaki brengsek itu juga mengatakan bahwa Louis adalah kakaknya. Lucu sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Complex [NEW VERSION]
Fanfiction#1 : narry Iya, aku memang menyukaimu, tapi memilikimu adalah hal yang mustahil. Lantas, apakah aku masih boleh menaruh harapan, sekalipun itu hanya bisa menyakiti diriku sendiri? Cover by: kagraph