Flashback
Hiks..hiks..hiks...
"heii, apa yang terjadi?" tanya gadis kecil keci itu kepada gadis kecil yang menangis di bangku taman kota.
Gadis yang menangis itu mendogak melihat gadis kecil yang menyapanya dengan pandangan berkerut melihat penampilanny yang sedikit aneh namun terlihat cantik dan manis
"aku auntum Reagan Wilson, dan siapa namamu?" tanya auntum sambil duduk di bangku dengan anggunnya
"a..a..aku Emily corner.." guman Emily
"ohh.. hay Emily, kenapa kau menangis?" tanya auntum sambil merangkul bahu Emily, seakan menenangkan dan itu yang selalu ibunya lakukan jika dia mengeluh dengan pelajaran kerajaan yang menjelaskan tentang etika dan aturan-aturan lainnya yang sedikit membuatnya pusing dan jengah, wajar saja seharusnya di usia 5th anak-anak lainnya masih bahagia dengan kegiatan bermainnya namun auntum terjebak dengan pelajaran etika dan tetek bengek lainnya.
"seluruh teman-temanku mengataiku jelek seperti seekor itik buruk rupa yang di tinggalkan ayahnya.." tangis Emily mulai pecah lagi ketika dia mulai bercerita "padahal kata bibiku ayahku pergi ke luar negri untuk melanjutkan sekolahnya dan aku tinggal di sini bersama bibiku, tapi teman-temanku selalu mengolokku. Mereka selalu bilang kalau ayahku tak ingin mengurusku Karena ayahku benci melihat wajahku yang buruk rupa.."
Auntum mengeryit bingung mengapa anak-anak itu mengatainya buruk rupa padahal Emily cantik dengan rambut coklat bergelombagnya dan kulit putih bersihnya dia dapat masuk ke dalam kategori cantik, namun mengapa mereka mengatakan Emily buruk rupa?
Auntum bangkit meninggalkan Emily yang masih menangis sesegukan.
"bahkan dia berpi meninggalkanku" guman Emily dan kembali menagis, sampai ada setangkai bungga lily putih berada di hadapannya, Emily mendogak melihat siapa yang telah memberinya bunga itu
"kamu cantik Emily, kamu cantik seperti bunga lily putih ini. Jangan pernah dengarkan mereka yang mengolokmu, karena belum tentu mereka lebih baik darimu" kata auntum dengan senyum manisnya, yang membuat Emily itu tersenyum dan langsung memeluk auntum.
"terimakasih auntum, terimakasih karena untuk datang kembali dan tak pergi meninggalkanku. Seperti ayahku" kata Emily setelah melepas pelukanna dan kembali menunduk
"Emily!"bentak auntum dengan suaraa kecilnya, membuat Emily menatapnya dengan pandangan bertanya "seorang putri tak boleh menundukan kepalanya seperti itu, tegakkan badanmu, akat kepalamu setinggi mungkin, jangan pernah sekalipun kau menundukan kepalamu karena seorang putri tak pantas untuk menunduk seolah membiarkan mereka mengijak harga dirimu" kata auntum mengikuti ucapan mis.lea guru etikanya di kerajaan
"tapi auntum aku bukan seorang putri" kata Emily namun tetap mengikuti apa yang di ucapkan auntum
Auntum baru teringat tentang itu, dan dia jadi sedikit berfikir apakan Emily yang bukan seorang putrid boleh melakukan apa yang dia ucapkan? Sepertinya dia harus menayakannya kepada mis.lea nanti
"aku lupa soal itu" kata untum sambil menaruh telunjuknya di bibir mungilnya "baiklah, dengarkan kata-kataku okey" Emily mengaguk "satuhal yang perlu kau ingat, jangan biarkan orang lain mengijak-ngijak harga dirimu, jadi angkat kepala tinggi-tinggi dan lawan mereka dengan otakmu bukan dengan ototmu" Emily yang saat itu masih kecil terlihat kebingungan dengan ucapan auntum
"apa maksudmu?" tanyanya polos
"entahlah itu yang selalu guruku kataan jika aku menundukan kepala saat berjalan atau di pelajarannya" jawab auntum sambil terkekeh
"yang mulia.. saatnya pulang ke istana" ucap salah satu pelayan yang baru turun dari mobil
"baiklah" jawab auntum dengan senyum lebarnya, membuat Emily ikut tersenyum
"okey lily saatnya aku pulang, mungkin kita ajan bertemu lagi lain waktu" kata auntum sambil memeluk Emily
"kenapa kau memangilku lily?"
"karena kau cantik seperti bungga lily"
"ohh, kalau begitu aku akan memangilmu ibu peri" kata Emily polos "tapi kau tak setua itu" korekasinya "aha.. aku akan memangilmu peri kecilku karena hatimu sangatlah baik dan kamu cantik dan selalu tersenyum"
"ide bagus, sampai jumpa lily"
"sampai jumpa peri kecilku"