Emily melihat jam yang melingkar di tangannya yang telah menunjukan pukul 7 malam, ia mengendari mobilnya menuju ke waler kingdom dan tak sabar untuk bertemu dengan auntum atau lebih tepatnya peri kecilnya. Setelah berjam-jam mengemudi mobilnya ahirnya sampailah di waler kingdom, dengan tak sabar Emily melangkahkan kakinya menuju pintu utama istana dan langsung di sambut oleh pelayan wanita yang menyapanya ramah.
"selamat malam nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu seralah mungkin
"ohh ya, saya Emily corner, dan saya ingin bertemu dengan putri auntum"
"ohh nona coner, yang mulia putrid mahkota tak berada di sini. Dia masih ada di cambrigde kingdom"
"tak mungkin, saya ingin bertemu dengan pangeran hyden" kata Emily sedikit bingung
"baiklah saya akan mengantar anda"
Emily mengikuti pelayan itu sampai di depan pintu besar, pelayan itu mengetuk pintu sampai ada suara yang menyuruhnya masuk.
"yang mulia nona coner ingin bertemu anda" kata pelayan itu
"baiklah tinggalkan kami berdua di sini" kata hyden
"baik yang mulia, saya permisi" hormat pelayan itu lalu keluar dari ruang kerja hyden
"ada apa Emily?" tanya hyden yang kini tengah duduk di sofa besar bersama Emily
"auntum.. dia tdi sore sekitar jam 3 menelfonku dan dia bilang kalau dia tengah berada di perjalanan ke kerajaanmu.."
"apa? Mana mungkin jika dia bilang seperti itu harusnya dia sekarang tengah berada di sini bersamaku" potong hyden cepat
"itu yang aku bingngkan kenapa dia belum sampai di sini?" tanya Emily yang kini cemas, dengan kelakuan hyden yang mencoba menelfon auntum tapi tak ada hasil
"handphonenya mati, tak aktif" kata hyden semakin cemas
"terus sekarang dimana dia? Apa dia baik-baik saja? Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan auntum aku tak ingin terjadi hal buruk dengannya"kni Emily semakin cemas
"mahkota" setelah terdiam cukup lama ahirnya hydeden berbicara
"mahkota?" Emily membeo
"auntum selalu pergi kemanapun dengan mahkotanya"
"ya aku tau jadi kenapa?" tanya Emily gemas
"di setiap mahkota ada alat pelacak, untuk melindungi putrid mahkota ataupun putra mahkota"
"jadi itu alasan kenapa auntum tak pernah melepas mahkotanya sejak kecil"
"kita harus menemui raja carlos, dia yang dapat melacak auntum"
"tapi berarti kita harus ke canbrigde kingdom?"
"untuk apa?"
"bertemu raja carlos" geram Emily
"dia sedang di sini bertemu dengan ayahku, membahas pernikahan aku dan auntum" kata hyden lalu mengajak Emily ke ruang kerja ayahnya
***
Auntum mengerjabkan matanya beberapa kali, pening langsung menyerang kepalanya. Auntum baru tersadar jika kini dia berada di sebuah ruangan yang entah dimana ini, namun yang paling dia sadari bahwa kini dia tengah di ikat di sebuah kursi kayu ddengan tangan dan kakinya yang terikat kuang, dan pasti akan meninggalkan lebam di pergelangan tangan dan kakinya.
Seorang membuka pintu ruangan itu dan membuat auntum langsung waspada.
"veronica?"
"kenapa auntum?" tanya veronica
"apa yang kau lakukan? Kenapa kau ada di sini?" tanya auntum kebingungan
"takboleh kah aku berada disini untuk menolongmu?" tanya veronica dengan nada lembut lalu berjalan mendekati auntum dan berdiri di belakangnya
"ahh syukurlah kau ada di sini, aku ingin cepat keluar dari tempat terkutuk ini dan pergi menemui ayahku dan auntie rose di wale.."
"tak semudah itu auntum, tak semudah itu" potong veronica sambil mengancam auntum dengan pisau di lehernya
"a...apa yang kau lakukan veronica?" tanya auntum gugup
"hidupmu terlalu mudah, dan terlalu indah. Jadi mungkin aku akan sedikit membuatmu menderita di sini" bisik veronica tepat di telinga auntum
"veronica jangan bercanda!" kata auntum semakin takut
"apa kau takut auntum?"
"tidak, kenapa aku harus takut?" kata auntum pura-pura tenang
"kau tak bisa membohongiku, kau takut padaku?"
Auntum hanya mengelegkan kepalanya "kenapa kau melakukan ini ve?" tanya auntum
"kau ingin tau kenapa aku melakukan ini?"bisik veronica "karena.... Aku iri padamu!"
"iri?" beo auntum
"ya kau terlahir sebagai seorang putri mahkota, memiliki harta, pelayan pribadi, tahta, bahkan seorang pangeran yang mencintaimu berserta sifat dinginmu itu, sedangkan aku aku terlahir dari rahim seorang pelacur dan membuangku ke panti asuhan yang terkutuk itu!" jelas veronica dengan emosi yang tak di tahan lagi
"kau iri padaku karena takdir? Kau seharusnya mensyukuri takdirmu ve" kata auntum lembut
"aku harus mensyukuri takdir karena terlahir dari rahim seorang pelacur?" tanya veronica sinis
"aku juga iri padamu" guman auntum
"iri? Hah"
"ya aku iri padamu, akh.." auntum tak melanjutkan perkatannya ketika pisau veronica mengores leher auntum sehingga menimbulkan luka sayat di leher auntum
"jangan pura-pura iri padaku, hidupmu terlalu sempurna!"geram veronica lalu berjalan meninggalkan auntum
"aku iri padamu dan jika aku bisa memilih takdir, aku lebih memilih lahir dari keluarga biasa, aku iri dengan anak-anak biasa di luar sana. Ketika aku berusia 5th seharusnya aku bermain tapi aku tak memiliki waktu untuk bermain, yang aku lakukan hanya belajar dan terus belajar!"teriak auntum "seharusnya kau bersyukur karenaku kau dapat sedikit naik kasta, dari kasta rakyat jelata bahkan hina menjadi orang terhormat. Karena apa semua itu karena keluargaku yang membiyayai pendidikanmu, hina!" kata auntum dengan nada dinginnya
Veronica yang mendengar caci maki itu langsung datang menghampiri auntum lalu menampar pipi auntum hingga membuat sudut bibir auntum mengeluarkan darah
"jaga ucapanmu!"bentak veronica
"kenapa? Kau malu terlahir sebagai anak pelacur?" tanya auntum sinis
"kau.."
"ohh terimakasih tamparannya, karena kau menyadarkanku jika ku sahabat.."
"kita bukan sahabat!"geram veronica
"jelas kita bukan sahabat, karena aku tak akan bersahabat dengan anak yang terlahir dari rahim wanita kotor seperti ibumu!"desis auntum
"silahkan kau menghinaku sesuka hatimu, karena sebentar lagi kau akan bertemu dengan ibumu di neraka jahanam!" desis veronica
"kau tak akan pernah bisa membunuhku, karena hyden pasti akan menyelamatkanku" kata auntum banga
"tak akan ada yang bisa menemukanmu disini!" kata veronica dengan nada sinis
BRAKK....