Diary Hari Kedelapanbelas + Komentar Minggu Ketiga

7.6K 573 19
                                    

Hari Kedelapanbelas 

Babak I 

Ruang kelas yang baru berisi lima orang anak 

Omega : (meletakkan tas) 
“Aku kaget sekali, Freya menelponku di tengah malam. Menyampaikan Cherry kecelakaan. Bagaimana kejadiannya sih?” 

Gio : “Gio sendiri masih shock sampai saat ini…” 

Imban mendekat. 

Imban : “Katanya kalian membuntuti si nomor 25 ya?” 

Omega : (kaget) 
“Apa? Membuntuti gadis itu!?” 

Gio : (takut-takut) 
“Iya…” 

Omega : “Nah… kalian menemukan fakta mengerikan darinya kan?” (dengan nada menuntut) 

Radith : (mengunyah roti pemberian Gio) 
“Buoduoh! Satu-satunya hal mengerikan yang terjadi ya kecelakaan itu!” 

Omega : (mendengus) 
“Siapa yang tanya pendapatmu!?” 

Gio mundur perlahan. Menghindar terlibat dalam pertengkaran. Menabrak Sarah. 
Gio : “Ma’af Sarah-chan…” 

Sarah : “Ya.” 

Imban : “Gio, rotimu masih ada?” 

Gio : “Ada. Imban-kun mau?” 

Imban mengangguk. 

Omega : “Aku juga mau Gio!” 

Radith : “Dasar tukang minta.” 

Omega : “Tutup mulutmu!” 

Keduanya bertengkar hebat. 

Gio menyerahkan kotak bekal rotinya ke Imban. Lalu menawarkan satu ke Sarah. 
Gio : “Sarah-chan mau?” 

Sarah : “Tidak.” 

Babak II 

Pelajaran keempat, bahasa Jepang, sedang berlangsung. Diajar oleh Pak Benny yang tidak pernah memalingkan wajah dari papan tulis. 

Diana : (menatap Cherry) 
“Kamu baik-baik saja kan?” 

Cherry : “Heh? Cherry? Gak pa-pa kok. Masih shock sih…” 

Jhan menyorongkan kepalanya. Mengagetkan Silvia dan Cherry. 
Jhan : “Kau pasti berubah pikiran kan Silvia? Sebagai salah satu anggota penentang ramalanku kau harusnya bisa meyakinkan yang lain bahwa ramalanku bukan omong kosong belaka.” 

Silvia : “Sebaliknya aku malah bingung.” 

Diana : “Bingung kenapa?” 

Silvia : “Homogenitas. Kenapa ramalan Jhan selalu berhubungan dengan musibah? Apa dia tidak punya stock ramalan indah barang satupun.” 

Carada : (tersenyum nakal) 
“Walah… bener juga tuh…” 

Jhan : “Meramal hal yang ‘baik’ itu tidak menarik. Buang-buang tenaga dan waktu. Tanya saja Sarah. Ya kan, Sar?” 

Sarah memutar kepalanya. Yang lain terdiam menunggu jawaban. 
Sarah : “Tergantung.” 

Babak III 

Jam istirahat. Ada tugas akuntansi. Beberapa anak yang lupa mengerjakannya mencegat Rudy untuk mencontek tugasnya. 

Rudy : (mengamuk) 
“Apa-apaan kalian ini?! Aku mau ke kantin!” 

Andy : “Ma-ma’af kami mau pi-pinjam buku PR akuntansimu.” 

Rudy : “Kerjakan sendiri!” 

Ken : “Mana sempat! Pelit amat sih.” 

Rudy : “Kamu kan biasanya nyontek punya Micah.” 

Ken : “Kalau akuntansi kan mahiran kamu. Udah! Biar kami ambil sendiri. Meryl bongkar tasnya!” 

Meryl membuka tas Rudy. Menghamburkan semua isinya ke atas meja. 

Rudy : (mengamuk) 
“Hei! Ini tindakan kriminalitas namanya. Masukkan lagi barang-barangku!” 

Ken : “Tunggu dulu. 
(mendorong Rudy supaya menjauh) 
Bukunya yang mana Andy?” 

Andy : “Ya-yang sam-sampulnya kotak-ko-kotak.” 
Ken mengambil satu buku. 

Ken : (melambaikan sebuah buku) 
“Yang ini?” 

Andy : “I-iya yang i-itu.” 

Ken : (menyerahkan buku Rudy dan bukunya sendiri ke Sarah) 
“Sarah, istirahat sisa 10 menit, aku sudah ditunggu di kantin. Apa kau bisa menyalinnya ke bukuku juga dalam waktu segitu?” 

Sarah : “Mungkin.” 

Babak IV 

Ruang audio. Subjek listening bahasa Inggris. 

Ling : (melepas headphone) 
“Aurora, kita perlu bawa perlengkapan mandi nggak sih saat darmawisata nanti?” 

Aurora : (melepas headphone juga) 
“Aku belum tahu. Mungkin perlu kita tanya ke Rudy lagi barang-barang apa saja yang harus dibawa.” 

Haya : “Kalian berdua! Dilarang ngobrol sewaktu pelajaran masih berlangsung.” 

Ling : “Hayyah… Cuekin aja dia, Aurora.” 

Aurora : (tersenyum pada Haya lalu melanjutkan obrolan) 
“Terus jangan sampai lupa kita tanya juga barang-barang apa saja yang boleh dibawa dan yang tidak boleh dibawa.” 

Frans : “Oh kalau daftar barang yang boleh dibawa dan tidak boleh dibawa itu sudah ada kok. Baddy sedang mengerjakannya diminta Rudy.” 

Ling : “Loh, kok baru bilang. Boleh kami lihat?” 

Baddy : “Belum selesai, nanti kutempel di papan pengumuman kalau sudah rampung.” 

Frans : “Nah kalau barang yang harus dibawa kayaknya nggak ada. Perlengkapan mandi pun sudah disiapkan tersendiri.” 

Haya : (melotot pada Frans dan Baddy) 
“Kalian jangan ikut-ikutan ngobrol di tengah jam pelajaran!” 

Ling : “Aduh Haya, kamu marah karena obrolan kami atau sewot gara-gara gagal pergi ke Bali sih!?” 

Aurora menulis sesuatu di buku catatannya. Memberikannya ke Ling. 
Aurora : “Baca, kalau sudah selesai estafet-kan ke Diana.” 

Ling membacanya. Geleng-geleng sebentar. Menyodorkan buku itu ke Sarah. 
Ling : “Sar, tolong kasihkan ke Diana ya.” 

Sarah : “Ya.” 

Babak V 

Gerbang sekolah. Dalam gelombang siswa yang berlomba pulang secepatnya. Zeany dan Micah mengejar Ajeng yang pulang bersama Gina. 

Zeany : (terengah-engah) 
“Hosh… Ajeng saya mau menanyakan sesuatu.” 

Ajeng : (memasang wajah masam) 
“Apa!?” 

Zeany : “Ukh… Ajeng kok jadi sinis sekarang.” 

Ajeng : “Makanya cepetan!” 

Gina : (memanas-manasi Ajeng) 
“Jeng, kita pulang aja yuk, nggak penting kayaknya.” 

Zeany : (mendelik ke Gina) 
“Itu loh… Gelang manik-manik yang dipakai Sarah, kata Micah itu buatanmu ya?” 

Micah tersenyum. Ajeng ingin balas tersenyum tapi ditahannya. 

Ajeng : (menantang Zeany) 
“Kalau iya kenapa!?” 

Micah : “Ajeng… Zeany kan bertanyanya baik-baik.” 

Ajeng : (menghela nafas) 
“Gelang yang mana?” 

Zeany : “Gelang yang—“ 
Mata Zeany menangkap sosok Sarah yang bersembunyi di belakang pohon. 

Zeany : “Sarah. Kesini sebentar.” 
Sarah mendekat lambat. 

Gina : “Kamu menguping pembicaraan kami ya?” 

Sarah : “Mungkin.” 

Zeany : (mengangkat tangan kiri Sarah) 
“Gelang yang ini. Cantik sekali. Apa Ajeng yang membuatnya?” 

Ajeng : (tersenyum sombong) 
“Ya, aku yang membuatnya.” 

Sarah : (memiringkan kepala) 
“Benarkah?” 

(Sarah Julianetta) 






Komentar minggu ketiga 

Diana : kepalaku berputar-putar membaca catatan minggu ini, terutama gaya menulis Meryl yang menurutku ‘ajaib’ 

Sarah : - 

Ling : bisa juga ya ternyata Sarah menulis (meski tulisannya berupa percakapan yang tidak jelas sekaligus tidak penting; untuk apa menulis hal-hal yang cenderung basa basi seperti itu? membosankan banget, dan dia menjadikan dirinya sendiri sebagai si tokoh utama), padahal kukira perbendaharaan katanya cuma ‘ya’, ‘tidak’, ‘mungkin’, ‘benarkah’, dan ‘tergantung’ hi…hi… 

Aurora : darmawisata! horeeee… 

Haya : jangan sampai terlambat datang pagi senin nanti, catat Aurora, JANGAN TELAT! 

Imban : kuulangi… Jangan Telat Semuanya (sesuai kata-kata Haya) 

Silvia : semoga darmawisata itu dapat menghapus kenangan minggu-minggu buruk yang kita alami 

Cherry : Cherry juga berharap begitu Silvia 

Frans : perhatian semuanya… jangan lupa bawa jaket atau payung, sekarang kan musim hujan 

Baddy : - 

Meryl : D-A-R-A-H 

Zeany : Meryl! 

Carada : Sarah… Sarah… Sarah… hebat sekali gaya tulisan lue berbentuk drama gitu, keren loh, meski gue bingung apa maksud dan tujuan dari tulisan lue 

Jhan : masih ada satu ramalan lagi 

Freya : jangan ngehancurin semangat kami dong Jhan! 

Omega : ooo… aku mendapat firasat hebat, wooo… 

Ken : firasat? wah rupanya kau ganti profesi dari detektif berubah jadi dukun ya, Omega? ha… ha… ha… 

Giovani : sudah ada yang nyoba resep Gio? 

Rudy : so far so good 

Andy : - 

Gina : kapan giliranku mengisi diary ini? 

Ajeng : - 

Micah : aku belum pernah ke Bandung 

Radith : siiip… gue bawa semua perlengkapan olahraga nih 

25th (Oleh : Hein L. Kreuzz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang