Ini adalah malam paling indah.
***
Lily sedari tadi mematut dirinya di depan cermin, menilai-nilai penampilannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Semuanya harus sempurna," begitulah gumamnya.
Malam ini adalah hari spesial untuknya. Kekasih barunya akan mengajaknya berkencan, itulah kenapa ia berusaha untuk berpenampilan secantik mungkin. Agar semua berjalan lancar.
Tak berapa lama kemudian, suara sepeda motor yang menderu terdengar di depan rumahnya. Gadis itu segera bergegas keluar dengan senyum yang merekah di bibir merahnya.
Tyler menyeringai kecil kala melihat Lily sudah ada di hadapannya. Jika dilihat-lihat, Lily memakai pakaian yang manis,namun sedikit terbuka. Tapi sayangnya, Lily tak menyadari maksud dari seringai Tyler itu.
"Ayo, kita berangkat!"
Gadis itu segera menaiki boncengan yang ada di sepeda motor hitam milik Tyler, dan langsung melaju menembus gelapnya malam. Tangannya yang mulus sekaligus putih memeluk mesra perut sang kekasih dari belakang, kepalanya ia sandarkan pada punggung Tyler, mencari kenyamanan. Lily memejamkan matanya, menikmati setiap alunan detak jantung kekasihnya. Alunan yang indah baginya.
Lily mendongak, lalu tersenyum memandang langit malam. Purnama merah sedang menyinari perjalanannya, sinarnya yang cantik menerangi wajahnya. Dan ia merasa bulan merah itu juga tengah tersenyum kepadanya.
Mereka berdua sampai di sebuah taman. Gelap dan sepi. Tyler mengajaknya turun, dan Lily menurutinya.
Pemuda itu menuntunnya di sebuah bangku yang sudah disediakan di sana, mendudukannya dan langsung merangkulnya.
Pasangan itu bercanda ria sepanjang malam, tak lupa juga Tyler yang mengeluarkan kata-kata manis untuk merayu, dan Lily hanya membalasnya dengan senyuman ataupun tawa kecilnya.
00.00
"Lily?"
"Apa?"
Tiba-tiba Tyler menarik kasar tangan Lily menuju kegelapan di antara pepohonan, gadis itu meronta namun tak berguna. Pasrah. Hanya itu yang ia lakukan sekarang.
Semakin dalam mereka masuk, semakin gelap pula keadaanya. Brugh! Tyler membanting tubuh Lily pada salah satu batang pohon di taman itu. Lalu mengurung tubuh mungil gadis itu di antara lengan kokohnya.
Lagi-lagi Tyler menyeringai, namun kini lebih menakutkan. Wajah tampannya berubah bengis dalam sekejap.
Badan Lily bergetar, bibirnya bergemeletuk ketakutan. Tyler semakin mendekat. Dan jantung Lily semakin berdegup kencang.
"A-apa yang akan kau lakukan?!" Lily memekik saat melihat Tyler mengeluarkan sebilah pisau yang berkilat tajam dari saku celana. Ia mundur selangkah, tapi terhalang batang pohon besar di belakangnya.
Tyler semakin maju. Keringat dingin meluncur begitu saja dari pelipis Lily, badannya kian bergetar.
Jleb!
Tiba-tiba tubuh itu ambruk. Genangan darah mengucur deras dari luka yang menganga di dada. Wajahnya yang rupawan pucat seketika. Ia mati.
Orang itu menyeringai keji, lalu tak lama kemudian tawa gilanya membahana di taman yang sepi itu. Ia berhasil.
Dengan perlahan, ia menyeret langkah keluar dari kegelapan. Di tangannya membawa jantung milik sang korban. Masih berdetak, namun tak akan lama lagi.
Cahaya dari purnama merah perlahan meneranginya. Ia mengangkat tangan, menunjukkan jantung beserta tangannya yang berlumuran darah.
"Untuk sang dewi malam. Aku pengikutmu yang setia selalu ada untukmu. Sebagai balasannya, aku meminta keabadian wujudku saat ini. Purama merah akan menjadi saksi pengorbananku."
Tanpa rasa jijik ia memakan jantung itu dengan laha dan beringas. Seolah tak merasa puas, ia menjilat bersih darah yang ada di tangannya.
Ajaib. Bulan semakin memerah, semerah darah.
Namun tugasnya belum selesai.
"Cih, pemuda bodoh. Akting seperti itu saja sudah percaya."
Lily segera melangkah dari tempat itu. Menebarkan pesona sekali lagi untuk memikat hati pemuda malang yang lainnya.
Tamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare Viruses
TerrorSaat semua begitu ... abu-abu dan menakutkan. Mereka ada. Mereka selalu ada.