Lovely

17 1 0
                                    

Entah kenapa pemerintah nggak pernah menggalakan info atau sosialisasi yang kayak beginian 😌 Jadi gue gugel, Suicide prevent hotline buat Indonesia 500-454
WARNING! Berisi mature content, such as suicide, rape, dll.
---------------------------------

Namaku? Tidak penting.

Namun ini adalah kisahku, dan satu hal yang perlu kalian tahu adalah secuil rahasia yang berhasil kusembunyikan hingga kini.

Aku bisa melihat wujud perasaan seseorang.

***
Hari ini terasa lebih berangin dari biasanya. Saat pintu atap terbuka, semilir sejuk udara sore menerpa mataku yang sudah tidak lagi basah.

Oke, inilah waktunya.

Namun belum sepenuhnya melangkah keluar dari tangga, derit pagar besi yang cukup keras mengejutkanku. Ada orang lain di atap ini?

Lalu kulihat dia. Seorang gadis dengan kepang rambut berpita merah, masih memakai seragam SMP yang lusuh. Matanya merah dan bengkak, jelas sekali dia telah menangis selama berjam-jam.

"Hey!" si gadis kepang sedikit terlonjak, untung saja ia sempat menyeimbangkan diri pada pagar yang ia duduki.

Tanpa bertanya aku tahu apa yang akan ia lakukan.

Makhluk abu-abu dengan bercak darah, manik bulatnya hitam kelam seolah kosong, bukan pertanda bagus apabila ada di samping gadis itu, karena hal tersebut menjelaskan cukup banyak hal.

Dia ingin bunuh diri.

Aku berlari, kutarik kerah seragamnya kuat-kuat hingga ia terjerembab ke lantai. Gadis itu meronta, namun pada akhirnya menyerah.

Tanpa diminta ia menangis sambil bercerita.

"Kupikir kami cocok satu sama lain, tapi tiba-tiba dia ...."

Ah, patah hati.

Aku bisa saja bersikap tidak acuh dan meninggalkan gadis kecil ini melakukan apapun yang ia ingin lakukan. Namun entah kenapa aku merasa ... marah.

"Serius?! Masalah sepele seperti itu mengakibatkan kau ingin berbuat hal ini?!"

"Sepele?! Jangan bersikap seolah masalahmu lebih berat dariku!"

"Hah! Setidaknya kau masih punya beberapa teman yang bisa diajak menangis bersama, kan?"

Mulut gadis itu terbuka, tapi tidak ada sangkalan yang keluar. Ia tertegun. Mungkin syok dengan fakta yang kujejalkan pada otak naif tersebut, atau kemungkinan besar hanya terkesiap dengan sikap orang asing yang galak dan sok tahu. Tapi sisi baiknya ia berhenti menangis, lalu tersenyum. "Kakak benar juga, sepertinya."

Kulirik makhluk di sampingnya, warnanya masih abu-abu, namun setidaknya luka berdarahnya mengering, pun matanya kembali bercahaya.

Lalu dia pergi.

***
Matahari masih dalam kejatuhannya saat aku menyusuri jalanan tebing yang cukup licin. Hanya mengandalkan penerangan langit, akhirnya aku bisa melihat rona jingga angkasa yang bersatu dengan garis datar lautan yang seolah tanpa batas.

Ini saatnya?

Tepat sebelum sepatuku terlepas, terdengar isakan lirih dari sisi lain jurang ini. Debur ombak dan angin senja yang sesaat terasa damai, kini menjelma horror. Aku meneguk ludah. Rambatan dingin menjalar pada tulang punggungku.

Hantu?

Tempat ini memang terkenal sebagai titik rawan bunuh diri, tapi ... benarkah?

Kuberanikan diri mengikuti asal suara tersebut, tindakan bodoh sebenarnya kalau mengingat semua film seram yang sering kutonton, tiap-tiapnya beramanat "curiosity killed the cat".

Nightmare VirusesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang