Blue Whale

2 0 0
                                    

btw, ini based on true story, ada kasusnya juga viral waktu itu di US, jadi kalo penasaran bisa gugel, walaupun beberapa platform itu udah dibanned dari topik ini.
Warning! 18+! Bocah menjauh, gue nggak mau jadi pengaruh buruk.
Judul: Blue Whale Game
By East
Aku hanya ingin berpesan bahwa sebuah permainan tidak pernah sepadan dengan nyawamu, seharusnya begitu, tapi ....
Jantungku semakin berdetak cepat ketika angin berhembus kian kencang, membuat pijakanku mulai goyah. Pipa pagar pembatas yang kujadikan sebagai pegangan terakhir hidupku yang berada dalam ambang kini terasa licin akibat keringat dinginku sendiri, aku sadar aku bisa jatuh kapan saja.
Kubuka lagi mataku yang masih buram karena air mata. Tenggorokanku tercekat ketika sadar aku bisa turun 30 lantai langsung, cepat, dan tanpa rasa sakit, yah kuharap.
Siapa sangka hari-hariku yang dulu monoton akan berakhir seperti ini?
****
Sudah lebih dari seminggu aku hanya tiduran di kamar sembari menonton Youtube. Aku sudah bosan, tapi juga terlalu malas untuk pergi keluar. Ketika itulah suara "ping" nyaring terdengar bebarengan dengan pop-up notifikasi dari sahabat lama SMA-ku, Ditya, yang menandakan bahwa ia telah mengirim suatu foto pada aplikasi WhatsApp. Ketika terbuka dan sudah kuunduh, terlihat gambaran paus biru yang sedang berenang di dalam laut yang gelap. Gambarnya memang cantik, tapi aku tidak tau maksud gadis itu, maka hanya kubalas dengan sebuah tanda tanya. Belum sempat aku membuka lagi video dari Markiplier di Youtube, Ditya memberi tanggapan. Sebuah link.
Sudah jelas anak ini memang tidak berniat memberitahuku apa-apa. WiFi rumahku cukup cepat sehingga sebuah web langsung terbuka dari tautan yang ia kirimkan. Hanya ada latar belakang hitam dengan kartun berbentuk paus biru pada tengah layar, dan tepat di bawahnya sekotak ikon yang bertuliskan "Blue Whale Game" siap diunduh.
Permainan apa ini?
Aku kembali pada laman WA untuk sekali lagi mencoba menanyakan hal ini kepada Ditya, tapi tidak ada balasan, dan kurasa sekarang .... tidak akan pernah.
****
Apa yang dikirimkan Ditya awalnya tidak aneh. Aplikasi berbentuk game itu adalah sekumpulan tantangan yang akan diberikan oleh game master selama 50 hari ke depan dan para pemain diwajibkan mengirim foto bukti bahwa tantangan tersebut telah terlaksana. Selain itu, para pemain dijanjikan hadiah berupa koin yang bisa ditukarkan dengan uang asli di dunia nyata. Berhubung ini adalah game online, pemain juga dapat mengecek peringkatnya pada papan skor yang terus di-update oleh game master rayon setempat. Namun terdapat satu hal yang membuatku bertanya-tanya. Kenapa kita tidak boleh memberitahu orang lain mengenai aplikasi ini beserta tantangan di dalamnya? Dan kenapa semua orang pada peringkat teratas hanya mampu melakukan permainan ini hingga hari ke-49?
Ah, entahlah.
Pada hari pertama aku mendapat dare untuk memposting foto lucu mengenai kucingku di Facebook. Done, meski aku cukup curiga mengenai spesifikasi "kucing" di dalamnya, bukannya "hewan peliharaan" seperti permainan bot lainnya.
Hari kedua giliranku untuk membuat bentuk paus biru di taman belakang menggunakan kelopak mawar kuning. Done, sekali lagi, terlalu spesifik hal yang kebetulan kumiliki.
Hari ketujuh aku diminta membuang sampah sisa makanan tadi malam di kolam renang tetanggaku yang menyebalkan. Done. Kecurigaanku menjadi-jadi.
Dimulai pada hari ketiga belas, aku diwajibkan bangun tepat pada pukul 4.20 dan malamnya aku diharuskan menonton satu film panjang yang dikirimkan oleh game master, kebanyakan genre yang ia kirim adalah horror thriller. Hal ini jelas mengubah drastis hidupku yang kebanyakan berisi kesiangan dan romansa komedi.
Dan ketika akhirnya ketika aku bisa masuk dalam peringkat seribu besar dalam papan skor, tantangan yang diberikan kian ngeri.
****
Hari kedua puluh lima, aku harus membunuh kucingku sendiri. What the hell?! Jelas sekali aku tidak akan melakukannya. Aku adalah seorang gadis yang rela mendonasikan uang sakunya tiap hari untuk membantu organisasi pecinta hewan, selain itu rasa takutku pada darah belum juga hilang meski dijejali dengan film thriller tiap malam.
Tapi ternyata game master tidak terima. Pada 11 PM hari itu, pesan tidak biasa muncul dalam kotak pesan yang tersedia dalam aplikasi Blue Whale Game.
Game Master
Kenapa kau belum mengirim bukti terlaksananya tantanganmu, LolyGirl234?
LolyGirl234
Aku tentu saja tidak bisa membunuh kucing yang kubesarkan sejak kecil.
Game Master
Kau harus melakukannya atau kau akan dihukum.
Aku tidak berniat menanggapinya setelah itu. Kupikir, hukuman yang ia maksud hanyalah berkurangnya poin yang sudah kukumpulkan, tidak apa-apa untukku, toh niat awal aku mendownload aplikasi ini hanyalah sebagai penawar kebosanan, bukannya mencari uang. Namun dugaanku salah.
Game Master
Mungkin hal ini dapat menambah motivasimu?
Kukira saat itu juga jantungku berhenti, tapi kemudian organ tersebut berdetak tidak karuan hingga menyesakkan dadaku.
Ia mengirimkan foto tampak depan rumahku.
Seketika serangan panikku kambuh.
LolyGirl234
What the f**k!?
Game Master
Bunuh kucingmu sebelum jam berdentang dua belas kali atau orang lain akan terbunuh malam ini, Eliza.
Dia tahu nama asliku! Tanpa sadar aku mengenggam erat selimut yang menutupi tubuhku yang mendadak menggigil. Tremor yang melanda menyusahkanku untuk membalas.
LolyGirl234
Oke.
Saat itu terdapat orang tuaku yang tertidur nyenyak di lantai bawah, sedangkan saudara laki-lakiku mungkin sedang bermain game online perang bersama teman-temannya di seberang lorong. Aku tidak tahu apakah hal ini cuma gertakan belaka atau betulan, tapi yang jelas aku tidak berani mengambil resiko.
Kutatap nanar Kitty yang mendengkur damai dalam ranjang kecilnya di sudut ruangan. 11.35 PM. Waktuku tidak banyak.
Kusambar gunting dari laci riasku. Semakin cepat kematiannya, semakin baik.
"Maaf, Kitty." Kutebas lehernya, tapi lenganku yang tidak begitu kuat tidak bisa langsung mengakhiri penderitaan kucing kesayanganku itu. Hangat darahnya merembes dari lenganku dan menetes-netes hingga membanjiri karpet, langsung merubah kapas sintetis putih menjadi gumpalan merah lengket di bawah kakiku. Hatiku tersayat ketika ia merintih sakit setelah hampir setengah lehernya putus. "Maaf, Kitty," sekali lagi kuucapkan kata itu. Gorokan ketiga, yang terakhir. Putus.
11.56 PM. Foto buram akibat gemetar tangan dari smartphone yang berlumur darah segera kukirim sebelum batas waktu terlewat.
Game Master
Good girl.
Kuharap tidak ada yang terganggu dengan isakanku malam itu.
****
Hari keempat puluh sembilan.
Hujan begitu deras turun dari pagi hingga gelapnya malam menyambut. Hanya berbekal jas hujan plastik sekali pakai dari toko terdekat dan sebuah smartphone, aku menunggu sendirian di halte bus jauh dari rumahku.
Kulit serta bibirku telah membiru dan keriput. Tubuh yang tidak henti-hentinya gemetar masih belum beranjak dari tempatnya sejak tadi pagi. Apalagi ditambah dengan dare untuk tidak makan 3 hari bertururt-turut Selasa lalu masih membuatku lemah.
Aku harus menunggu, kemudian melakukan hal yang paling kubenci, konfrontasi.
Seperti yang dibilang game master, pukul 11 PM tepat sebuah bus datang dari arah selatan, dari antah berantah. Seorang gadis seumuranku turun dari kendaraan tersebut, penampilannya pun persis seperti yang kukenakan, kaos biru, hoodie putih, celana jins hitam, tanpa apapun lagi selain smartphone serta jas hujan transparan.
Ia turun, lalu diam. Bus tua yang badan bagian bawah sepenuhnya berkarat itu pun pergi tidak lama kemudian. Aku ikut berdiri, meski kurasakan lututku yang nyeri akibat terlalu lama duduk. Untuk sesaat hanya hujan yang mengisi menit-menit kesunyian malam itu.
Namun saat alarm kami berdua berbunyi menandakan jam 11.30 PM, sebelum aku dapat bereaksi, gadis itu menerjang. Sayangnya aku tidak bisa menghindar sempurna, kakiku masih kesemutan dan lutut berkedut perih. Kini posisiku sangat rentan, telentang dengan badan yang kaku kedinginan. Seperti yang kukira rivalku tidak menyia-nyiakan kesempatan. Sepasang tangan yang sama-sama kurusnya denganku berusaha meraih batang leher yang terpampang lemah di depannya. Aku berguling mengelak, membuat badanku terjatuh dari pijakan halte dan telungkup tepat dalam kubangan air.
Sial! Aku berusaha bangkit meski tangan dan badanku masih gemetar lemah serta kedinginan, tapi gagal. Kepalaku diinjak, kembali pada air kotor yang tidak bisa membuatku bernapas maupun melihat.
Tanganku menggapai-gapai putus asa, tapi ia tetap bergeming.
Dadaku mulai sesak, entah sudah berapa kali aku tidak sengaja menghirup kubangan tersebut.
Tidak ada jalan lain.
Kuraih saku hoodieku susah payah, dan setelah itu ... menyayat kulit pada kaki yang menahanku. Ia berteriak kesakitan sekaligus marah, "Kau curang!"
Maka kubalas, "Game master hanya memberitahu apa yang harus kita bawa, bukan yang tidak boleh kita bawa."
Mata lawanku membulat, ia meradang, bingung, lalu akhirnya ketakutan, sadar nyawanya sedang dalam bahaya. Tertatih-tatih gadis itu melangkah mundur. "Tolong," melasnya beberapa detik kemudian.
Setengah menit berlalu dan tidak ada bunyi notifikasi, artinya aku benar-benar tidak melanggar peraturan. Thank god! Meski aku berlagak sok beberapa saat lalu, aku sendiri pun tidak terlalu yakin.
Kuacungkan pisau dalam genggaman, mengancam. Sekali lagi ia menarik langkah, tapi sebuah batu besar menghalanginya mundur lebih jauh lagi. Kini dia yang jatuh telentang, rentan.
Malam itu gelap, namun jelas sekali aku melihat kilatan kesedihan dalam tatapan putus asanya. "Tolong!"
"Maaf, keluargaku harus tetap hidup."
Sepertinya aku harus berterima kasih pada alam, setidaknya teriakan kepedihan yang tidak ingin kudengar tertutupi dengan guntur yang menggelegar.
****
Hari kelima puluh, hari terakhir. Untuk sesaat pesan itu kupandangi miris. Akhirnya aku tahu alasannya tidak pernah ada yang bisa menamatkan permainan ini.
50th Day
Dare: Suicide
Karena para pemain tidak akan bisa mengirimkan foto bukti pada game master.
Tamat.
#EastStories
Kritik sama sarannya mangga atuh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nightmare VirusesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang