Panasnya terik matahari membakar kulit, namun itu tak menyurutkan niatku untuk membersihkan taman belakang rumahku siang ini. Dengan semangat kucabuti semua rumput-rumput liar, memotong dedaunan yang tidak simetris, dan tak lupa juga menanam beberapa bunga sebagai tambahan.
Ah, melelahkan tetapi menyenangkan.
Kunyalakan keran air, mengambil selang lalu bersenandung sambil menyirami taman milik ibuku ini. Aroma tanah basah menyeruak seketika, dan aku menyukainya. Terasa segar.
Kuputuskan berbaring sejenak untuk melepas penat. Di bawah pohon rindang ini angin yang menyejukkan berhembus pelan, menenangkan. Rasa kantuk mulai menyerang, dengan perlahan tanpa sadar mataku tertutup.
Namun ada saja yang mengganggu.
"Aw!" jeritku tiba-tiba saat merasakan gigitan kecil di tanganku. Aish, serangga sialan!
Kukibaskan tanganku dengan kesal, membuat serangga itu terbang entah kemana. Dengusan sebal keluar begitu saja saat melihat serangga sialan itu meninggalkan luka bentol memerah di punggung tanganku.
Aku benci serangga!
Kulanjutkan tidur siangku yang sempat tertunda. Dan berharap tidak akan lagi ada gangguan seperti ini lagi.
***
"Ugh!" lenguhku sembari meregangkan otot-ototku yang terasa kaku. Hari sudah sore, sepertinya aku tertidur terlalu lama. Aku segera beranjak, menuju kamar mandi di kamarku, tentu saja untuk membersihkan badanku yang bau dan gatal.
***
"Della, makan malam sudah siap!" itu teriakan ayahku. Dengan malas sekaligus terpaksa aku membalasnya dan segera menuruni tangga menuju ruang makan.
Di sana hanya ada aku dan ayah, namun aku melihat ibu di kamarnya, dengan tatapan kosong. Semenjak beberapa hari lalu dia tak pernah berbicara, hanya memandangi kami dengan wajah pucatnya yang dingin.
Apa kedua orang tuaku bertengkar lagi?
"Ayah, kenapa ibu tidak makan bersama kita?" tanyaku sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulutku.
Tapi ayahku hanya diam, seolah menulikan pendengarannya setiap kali kutanyakan hal yang sama.
Benar dugaanku, mereka bertengkar.
Tapi kenapa?
***
Acara makan malam yang senyap selesai. Kebetulan aku sedang lelah dan tak ada acara malam ini, jadi kuputuskan untuk tidur lebih awal.
Perlahan kunaiki undakan tangga menuju dapur, masih dengan menggaruk-garuk punggung tanganku yang gatal. Aish, ini gara-gara serangga sialan itu.
Kurebahkan tubuhku ke kasur, meluruskan punggung lalu menarik selimut hingga batas dada. Segera kusambar telepon yang ada di atas nakas, memasang headseat dan menyumpalkannya di telingaku. Lagu kesukaanku mengalun merdu, lagu yang lambat namun menenangkan, dan itu memudahkanku untuk tertidur saat malam hari semenjak beberapa hari lalu.
Kubiarkan lampu kamarku menyala terang. Aku tak suka kegelapan.
Aku takut gelap.
Rasa gatal itu menyerang lagi, dengan kesal kugaruk kulit putihku keras-keras. Namun semakn digaruk maka semakin panas bagian itu. Pasti besok pagi akan muncul ruam-ruam kemerahan di tanganku.
Huh!
***
Waktu merangkak maju perlahan, malam telah berganti siang. Kicauan burung bagaikan alarm alam bagi makhluk-makhluk yang masih terlelap dalam tidur nyenyak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare Viruses
TerrorSaat semua begitu ... abu-abu dan menakutkan. Mereka ada. Mereka selalu ada.