Chapter Seven : Expectation

235 8 6
                                    

Kepalaku berdenyut kencang, seperti seseorang baru saja mengguncang-guncang kepalaku dengan keras.

"nnghh"

Aku mencoba membuka kedua kelopak mataku, pemandangan pertama yang aku dapati waktu itu adalah sebuah langit-langit yang di hiasi oleh ukiran-ukiran yang mewah.

"Ah anda sudah bangun?"

Aku menoleh ke arah sumber suara, seorang maid lengkap dengan seragam dan hiasan kepalanya tengah menuang air ke dalam sebuah gelas "di manakah aku?" tanyaku pada sang maid.

Namun bukannya menjawab pertanyaanku, maid tersebut menyodorkan segelas air yang baru saja ia tuang kepadaku "anda pasti haus, silahkan di minum" ucapnya sopan

Sebuah gelas besi... ah tidak emas mungkin lebih tepat, aku genggam di kedua tanganku. Di dalamnya terdapat air yang terlihat sangat menggiurkan.

"jangan khawatir itu hanyalah segelas air" ucapnya sembari tersenyum

-glug glug glug

Layaknya sebuah gurun pasir yang terkena hujan, sensasi menyegarkan tersebut aku rasakan setelah segelas air yang segar mengalir melewati kerongkonganku yang kering.

Tanpa berkata apa-apa sang maid keluar dari kamar dan meninggalkanku sendirian "tung-tunggu" ucapku namun tidak digubrisnya.

"dimana aku?"

Aku mengamati ke sekelilingku, ranjang besar dengan tirai, hiasan dinding dan lukisan yang terlihat mahal, kamar tidur yang sangat luas "apa aku telah log-out?" pikirku, namun aku singkirkan seketika ketika melihat diriku yang masih menggunakan armor seorang Priest.

-tok tok tok

Tiga buah ketukan dan seorang paman yang berumur cukup tua memasuki ruangan yang aku tempati "ah... kau sudah bangun?" nampak hiasan menyerupai sebuah mahkota melekat di kepala sang paman tua tersebut "dimanakah saya?" ucapku sopan, sang paman kemudian menggelus janggutnya yang panjang dengan pelan dan balik bertanya kepadaku "apa kau yakin tidak mengetahui dimana ini sekarang?"

Aku mengangguk pelan, sang paman kemudian menggelengkan kepalanya "nampaknya kau berbohong kepadaku atau kau mengalami amnesia. Jika yang terjadi adalah yang di awal maka aku harus memenggal kepalamu"

"me-memenggal?" ucapku yang terkejut dengan apa yang di ucapkannya

"ahahaha... aku hanya bercanda" paman tua tersebut tertawa lepas, jubahnya yang berwarna merah nampak berkibar ketika dia berjalan mendekatiku "jawaban untuk pertanyaanmu adalah kau sekarang berada di Kastil milikku" imbuhnya

"Kastil? Apa aku masih berada di Erebus?" Aku masih ingat ketika Gerr....

"ngghg" kepalaku berdenyut lagi, tapi kali ini lebih keras dan menyebabkan pandangan mataku sedikit berputar.

"hmm.... kau baik-baik saja nona?" tanya sang paman "apa aku perlu memanggil tabib kemari?"

"tidak terima kasih. Tapi... bagaimana aku bisa sampai ke tempat ini?" Sang paman lantas membuka tirai kamar tidur tersebut, sinar mentari yang masuk melalui celah-celah jendela, masuk dan menerangi seluruh isi ruangan "Apa kau percaya akan takdir anak muda?" ucapnya

"Ya..." Takdir, sebuah hal yang mustahil untuk di jelaskan namun aku percaya bahwa takdir itu ada "aku... telah melakukan kejahatan yang sangat besar" ucap paman tersebut, sorot matanya menunjukan sebuah kesedihan yang mendalam.

"hahaha... mungkin aku terlalu banyak meracau" paman tersebut mengambil sebuah kristal berwarna biru muda dari dalam laci dan meletakannya di atas meja "ini adalah saat ketika aku menemukanmu"

Zenovia : Fantasy Beyond the Horizon (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang