Chapter Five : Fate

289 15 4
                                    

"!!!" sejenak bulu kudukku berdiri. Aku memandang ke sekitarku namun tidak menemukan apa penyebab dari kejadian barusan "apa itu tadi?" gumamku pelan. "oy jangan malas" teriak Marjoleine dari kejauhan. Aku kemudian meneruskan berlatih spell-spell tingkat dasar yang selama ini jarang aku gunakan.

"latihan ini membosankan" ucapku yang tanpa sengaja terdengar oleh seorang perempuan yang kuberi julukan nenek sihir ini "bukankah kau hanya memiliki 3 buah spell? Jangan malas latihan ya, tingkat satu" lalu dia tertawa persis seperti seorang nenek sihir tertawa "dasar nenek sihir"

Latihan seperti ini sudah menjadi tanggung jawab tiap murid dari akademi ini. "di rumah belajar, di sinipun belajar. Tidak adakah waktu untukku bersenang-senang?" di Eienryuu gakuen aku menduduki peringkat kedua setelah Kaito. Karena anggota clan dididik harus menempati peringkat atas dimanapun mereka berada hal yang sama juga dialami oleh Kaito ketika kami masih berada di Jepang.

"Vincent, ada apa? apa kau sedang sakit?" Marjoleine mendekatiku yang nampak lesu tak bersemangat. "aku bosan" jawabku singkat "adakah hal yang lebih menyenangkan?" imbuhku. Marjoleine tertawa kecil kemudian mengeluarkan tongkat miliknya 

"apa kau ingin melawan monster milikku lagi?" 

"tidak terima kasih aku tidak sebosan itu untuk menyerahkan nyawaku" ucapku yang kemudian melanjutkan latihan.

Sesudah kelas Marjoleine ada kelas yang dibimbing oleh Master Rudolph, sang maestro itu sendiri. Kelas ini terdiri dari murid-murid yang belum memahami asal muasal dari Mage dan juga tentang Spell apa saja yang kelak akan mereka gunakan. "Hari ini kita akan mempelajari tentang penggolongan jenis mage" Master Rudolph mulai menerangkan beberapa jenis penggolongan mage. Di dalam Zenovia penggolongan ini termasuk dalam kategori Sub-class yang dapat diambil seorang pemain ketika dia memenuhi syarat-syarat tertentu.

Aku, yang sudah mendengar hal ini ratusan kali meletakkan kepalaku di atas meja dan memandang ke luar jendela ruangan sedangkan Master Rudolph masih menerangkan panjang lebar tentang penggolongan ini. Agnes yang duduk di sebelahku pun menyimak dengan seksama penjelasan dari sang Master.

"yo..." bisikku pelan

Tapi Agnes tidak merespon panggilanku.

"aku bosan lakukan sesuatu" bisikku lagi

Namun bisikkan keduaku ini tidak juga mendapat respon dari Agnes. Aku memunggut secarik kertas dan membulatkannya seperti bola.

"oy"

-tuk

Lemparan pertama mengenai tepat ke kepala Agnes.

"kau dengar?"

-tuk

Lemparan kedua juga tepat mengenai kepalanya.

"Agnes"

Lemparan ketiga.

"kau bisa diam?!"

Ditangkapnya bola kertas itu dan dibantingnya ke lantai.

"E-ehem... Agnes, Vincent. Berani benar kalian tidak mendengarkan kelasku?"

"geh"

Master Rudolph menatap kami berdua dengan pandangan sedikit marah. kapur tulis yang di pegangnya pun terlihat melayang dan siap menghantam kami berdua dengan kerasnya.

"dia yang memulainya"

Agnes menunjuk kearahku. namun Master Rudolph seakan tidak perduli dengan alasan yang diberikan oleh Agnes "Vincent, sebutkan kembali apa yang dimaksud dengan penggolongan jenis Mage" ucap Master Rudolph kearahku.

Zenovia : Fantasy Beyond the Horizon (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang