Suara baling-baling tedengar menggema di keheningan malam. Aku bersama dengan Lennesia dan yang lain tengah menaiki Drake milik kerajaan menuju ke Quantrum, tempat diadakannya turnamen terbesar se benua ini.
"masih belum tidur? tugasmu akan segera dimulai sesampainya kita di Quantrum" ucapku pada sosok laki-laki berambut putih panjang yang tengah membelai lembut serigala peliharaanya tersebut.
"tak perlu khawatir, aku tahu tugasku" ucapnya ringan. Tangannya yang sebening embun masih membelai lembut serigala perak yang baru aku ketahui memiliki nama yang sama dengan laki-laki tersebut, Fenrir.
Aku menghela nafas lantas duduk bersandar di samping Fenrir. Serigala putih tersebut berdiri tegak dan menatapku dengan matanya yang berwarna keemasan. Namun tangan Fenrir memaksanya untuk kembali berbaring di atas pangkuannya.
"siapa bilang kau boleh duduk disitu?" ucapnya.
"siapa juga yang melarang aku duduk disini?" jawabku
Mata kami beradu, namun segera aku alihkan agar tidak menimbulkan perkelahian yang mungkin bisa berakibat hancurnya Drake.
"aku tidak menyangka kau akan menerima secepat itu, Yuu?" tanyaku pada Yuuta, sang pemilik karakter Fenrir tersebut.
Namun bukanlah jawaban yang aku dapatkan, melainkan sebuah tawa mengerikan terdengar dari mulut Yuu saat itu. Matanya memandang ke arahku lantas ia pun berkata "itu bukan untukmu, itu untukku" ucapnya
Aku hanya terdiam mendengar kata-kata yang terlontar dari mulutnya barusan. Prajurit haus darah, dan tidak akan berhenti membunuh dan bertarung sampai dia sendiri terbunuh dalam medan pertempuran adalah kesan pertama yang aku dapatkan ketika aku pertama kali berjumpa dengannya di dojo Nimbu beberapa tahun yang lalu.
Waktu itu aku bersama dengan kakek dan ayahku berkunjung ke kediaman Nimbu ketika aku masih berusia muda. Seperti biasa dojo tersebut berisi penuh dengan para petarung tangguh yang konon di seleksi khusus oleh kepala keluarga Clan Nimbu, ayah dari Yuuta.
Yuuta kecil masih belum mengerti benar makna dari clan Nimbu pada saat itu dan hanya memfokuskan diri untuk berlatih dan terus berlatih. Namun pemandangan dojo waktu itu berubah drastis ketika sang kepala Clan yang merupakan ayah Yuuta memasuki dojo.
bukan sebuah pelukan atau usapan kepala yang saat itu diberikannya pada Yuuta kecil namun sebuah tendangan yang melemparkannya ke dinding dojolah yang mendarat ke perut bocah malang tersebut.
Darah segar pun tak mampu di bendungnya dan dia muntahkan ke lantai dojo yang bersih itu.
"aku tidak menyuruhmu berlatih, aku menyuruhmu bertarung. apa kau tidak mengerti itu?" ucap sang kepala clan.
Tak hanya itu dia juga menyuruh dua orang anggota dojo untuk menghajar Yuuta sampai dogi miliknya yang berwarna putih mulai memerah akibat darah. Aku yang tak kuasa menahan emosi perlahan memalingkan wajahku namun Ayah dan kakekku yang saat itu berada di sampingku mencegahku.
"Jangan kau palingkan wajahmu Kaito. Ini adalah salah satu pelajaran berharga yang keluarga Ichijou tidak sanggup berikan kepadamu" ucap Kakek saat itu.
Seberapa kerasnya Yuuta berteriak dan berdarah para anggota dojo yang mengeroyoknya itu tidak kunjung berhenti menghajarnya. Terlempar kesana-kemari hingga lantai dojo yang berkilau tersebut berlumuran noda merah darah seolah menjadi hiburan para anggota doj yang lain.
-Brak
Tubuh kecil Yuuta terlempar ke dinding dojo sekali lagi. Aku rasa dia telah sampai ke penghujung batasnya.
"bangun Yuuta!! aku tidak mendidikmu menjadi seorang pecundang!" teriak ayahnya.
Yuuta perlahan bangkit namun kali ini pandangan matanya seakan-akan telah mati. Kedua anggota dojo itu saling melihat satu sama lain kemudian berpaling ke arah Ayah yuuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenovia : Fantasy Beyond the Horizon (Discontinued)
AdventureApa kau pernah bermain game? Apa kau suka bermain game? Apa yang terjadi apabila permainan tersebut dapat membuat nyawamu menghilang Sebuah kisah yang menceritakan tentang sekelompok anak SMA yang terjebak dalam dunia permainan. Ichijou Kaito, Juumo...