Bismillah, Assalamualaikum
sahabat pembaca! Sesuai janji tadi,
ini dia update Aisyah-nya yah!
Masih prolog sih, tetapi
Insya Allah part 1
akan segera Menyusul ^^
Selamat Membaca~Langit pagi tidak bersahabat. Mentari kurang memamerkan sinarnya. Kaki itu melangkah menuju kursi paling pojok. Ia menghembuskan nafas berat ketika mendapati gerombolan gadis tengah bergosip ria sambil sesekali terkekeh geli. Ia duduk dan langsung membaca buku yang dibawanya dari rumah guna menghindari suara-suara disekitarnya.
"Masa yah! Kemarin gue ngeliat Laila ga make hijab terus jalan berduaan ama cowok lagi!"
Ia yang awalnya tidak tertarik mendengar ocehan gadis-gadis centil itu tiba-tiba memasang telinga karena mendengar nama sahabatnya diseret-seret.
"Ga percaya" kata gadis lain acuh.
Sementara yang lain hanya mengangguk setuju.Gadis yang tadinya bercerita memamerkan foto yang terpampang di layar ponselnya. Sontak gerombolan gadis itu menjadi riuh sambil menatap tidak percaya.
"Ga nyangka deh ternyata Laila gitu"
"Iya, padahal keliatannya alim banget"
Mendengar gosip tidak jelas dari gadis-gadis itu membuat telinganya memanas. Mana mungkin sahabatnya-Laila melakukan hal seperti itu.
Ia bangkit dan segera mencari keberadaan Laila. Dadanya naik turun menahan tangis yang akan segera pecah. Matanya mengedar mencari sosok yang memenuhi pikirannya. Hingga tatapannya terhenti pada seorang gadis di depan gerbang sekolahnya, itu Laila.
Rambut yang tergerai sampai punggung itu seakan menusuk matanya. Perih yang ia rasakan di mata tak dapat menandingi rasa sakit yang terpatri di dada.
Ia membeku melihat pemandangan di hadapannya. Pria itu datang entah darimana dan langsung mencium pipi Laila.
"Apa dia sudah gila?!"
Ia bukan hanya merutuki pria itu tapi, Laila juga. Gadis itu-Laila nampak menyunggingkan senyum setelah mendapat kecupan singkat di bibirnya.
Ia sudah tidak tahan. Ia segera menarik Laila menjauh, menghentikan kegilaan yang telah Laila perbuat bersama pria itu.
"What the hell bitch!"
DUAR!!!
Ia terkejut. Bukan karena Laila yang memakinya ataupun suara petir yang memekakkan telinga. Namun, karena tubuh Laila yang telah terjatuh di atas tanah bersama dengan cairan merah yang sangat ia kenal-darah.
Tatapannya ia alihkan. Pria itu masih disana. Berdiri dengan wajah tak bersalah dan tangan yang masih memegang pistol.
Badannya bergetar menahan isak dan amarah yang menjadi satu. Ditatapnya kembali sahabatnya yang sudah tak berdaya. Setetes air pergi tanpa permisi meninggalkan matanya.
"LAILA!!!"
21:19 - Jum'at, 10 Mei 2019