LIMA

1.7K 96 4
                                    

"Ih tunggu!" dia berhenti dan  berbalik.

"Ngapain lo ngerjain soal mtk gue!" lanjutku sedikit kesal

"Kuker" Sudah itu saja. Setelah itu iapun segera menuju meja nya dan memberikan kertas kecil pada Arsya lalu keluar kelas.

"Ih apaan sih! Ga jelas banget!"

Kriiiinngg!

Setelah bel pulang berbunyi, akhirnya semua menjadi jelas.

"Syah! Kumpulin kertas lo sini!" Arsya tiba-tiba datang merebut kertas jawaban matematikaku.

"Ih apaan sih! Gue belum selesai!"

"Kalau gitu cepetan lah syah! Gue harus kumpulin nih sebelum Hafizh balik kesini!" ucapnya sedikit heboh.

Setelah mengecek kertas matematikaku dan menuliskan nama beserta kelas, akupun mengumpulkannya pada Arsya.

Awalnya aku sempat tidak mau percaya dengan jawaban yang dikerjakan Hafizh tetapi, aku mengurungkan niat setelah mendengar Arsya berteriak sambil memukul-mukul papan tulis

"Hoi klean! Cepetan! Kalau telat nanti kumpul sendiri di Ibu Rahma yah!"

Takkan mungkin kita berani mengumpulkan sendiri. Kan sudah kubilang, Ibu Rahma tak suka jika ada orang yang masuk ke ruangannya tanpa ada kepentingan. Artinya, cuma Hafizh yang bisa mengumpulkan kertas-kertas matematika ini karena ia yang sudah diberi amanah oleh Ibu Rahma dan artinya sudah dapat persetujuan untuk masuk ke ruangan Ibu Rahma.

"Woy Sya! Rese lo!"

"Dikit lagi Sya! Tungguin!"

"Jawaban nomer 45 apaan dah?!"

"Kunci jawaban si Galen mana eh!"

Alhasil semua mengerjakan soal dengan tergesa-gesa dan harus lari terbirit-birit mengejar Arsya ketika ia berada di depan pintu kelas untuk memberikan kertas-kertas itu pada Hafizh.

---

-Hafizh Galen Fathurra.


"Bacot ah. Kerjain aja." aku kesal sendiri ketika mendengar keluhan mereka. Lagipula, mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah. Memangnya kalau mengeluh soal matematika tadi bisa terjawab sendiri? Tidak kan? Jadi kupikir mengeluh adalah hal sia-sia.

"Alhamdulillah, gue sebangku ama Galen" lagi dan lagi. Bocah di sampingku ini kembali membuat seisi kelas ramai.

"Oper-oper jawabannya bro!"

"Jangan lupakan aku dikala kamu senang Arsya!"

"Arsya jangan lupa potoin terus share di grup kelas!"

"Jangan jadi kawan gatau diri ya Sya!"

"Bacot klean" ucap Arsya dengan nada bangga.

"Kerjain aja" Sontak Arsyapun di hadiahi timpukan dan sorakan tidak terima oleh seisi kelas. for your information, salah satu timpukan itu berasal dariku.

"Gue gabisa ngerjain ini soal kalau lu berisik!" begini ucapku sambil memberi timpukan hangat pada Arsya.

"Yaudah maap. kerjain deh kalo gitu"
Akhirnya Arsya diam. Namun, setelah beberapa menit kemudian, suaranya kembali mengganggu indra pendengaran.

"Len, nomer 1 cara kerjanya gimana?"

"Nih"

"Kalau nomer 2 jawabannya apa? Gue kok ga dapet"

"A"

"Nomer 3 apa?"

"C"

"Kalau nomer 4 di kali masuk dulu kan Len? Tapi kok ga nemu?"

AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang