TIGA

2.6K 122 12
                                    

-Aisyah Naurah Rahadatul Aisy

Aku melangkah menuju meja tempat dimana aku dan Laila akan segera makan. Namun, sesampainya disana yang kulihat malah sosok menyebalkan itu. Dia Hafizh, lelaki yang selalu menghiasi pagiku dengan pesawat kertas bodohnya.

Tanpa diperintah wajahku membatu. Tak suka dengan keberadaan lelaki ini. Jelas sekali tadi aku sempat melihat Laila yang menempati meja ini tetapi, kenapa tiba-tiba meja ini malah diisi dia- si orang yang sangat tidak ingin kutemui.

"Eh itu, hmm Laila tadi duduk disini. Tapi, dia buru-buru pergi karena dipanggil bu Rahma dan aku disuruh nunggu disini supaya kamu dapat tempat duduk." ujarnya buru-buru. Masih baik dia begitu peka membaca situasi. Jadi, Aku tak perlu susah-susah mengeluarkan energi untuk sekadar bicara padanya.

Tetapi, ada hal yang salah. Mengapa Laila tiba-tiba dipanggil bu Rahma. Anak itu berbuat apa lagi sih sampai harus dibawa ke ruang BK?!

Aku kembali melirik ke lelaki menyebalkan ini. Hanya dia yang tau jawabannya. Sebab, tak mungkin aku begitu berani mendatangi ruang BK. Bu Rahma tak akan membiarkan orang yang tidak berkepentingan masuk ke dalam ruangannya.

Aku akhirnya memilih untuk duduk setelah cukup lama berkutat dengan isi kepala. Lagipula, makanan yang kubawa butuh tempat untuk segera ditaruh, bukan?

"Hm. Penting banget ya?" tanpa ingin berlama-lama akhirnya aku buka suara.

"Apanya?"

"Bu Rahmanya"

"Oh. Ibu Laila datang. Ada di ruang BK. makanya disuruh kesana" Aku sedikit terkejut.

Ibunya Laila? Ibu yang super sibuk itu? Yang harus bolak balik luar kota bahkan luar negeri hanya karena urusan bisnis itu menjemput anaknya di sekolah? Yang benar saja? Tidak salah? Bahkan dalam acara besar sekolah saat orang tua diwajibkan datang, ibu Laila pasti akan menolak dengan alasan bisnis.

"Ibu Laila? Tumben. Ngapain?" Aku mencoba untuk tetap tenang dengan memasukkan suapan pertama mie ayam yang ada di hadapanku. Aku tak mau saja jika lelaki ini sampai tau isi hatiku lagi hanya dengan melihat perubahan ekspresi wajahku.

"Kata bu Rahma sih, Laila harus pulang. Ada urusan keluarga" Tanganku seketika tertahan. Suapan mie ayam keduakupun tidak jadi kumakan.

Apa? Urusan keluarga katanya? Lelucon macam apa itu? memangnya bagi wanita itu-ibu Laila-masih ada kata keluarga? Anak semata wayangnya saja sedari dulu harus ia tinggalkan di rumah bersama pengasuh hanya karena urusan pekerjaan. Lalu sebenarnya ada apa? Kebohongan apa yang terjadi disini.

Lalu, bagaimana dengan Laila? Apa gadis itu masih memilih bersabar menghadapi ibu yang super sibuk itu? Apa reaksinya ketika mendengar hal ini? Apa ia buru-buru lari kesana? Atau apa? Jangan sampai gadis itu kembali luluh hanya dengan satu sikap baik ibunya. takkan kubiarkan.

Dadaku sesak. Rasanya sangat kesal. Ingin marah tetapi, tak bisa. Kini, mataku lebih memilih untuk mengeluarkan air bening. Namun, nasib berkata lain. Air itu hanya menggenang, tak bermaksud keluar. Lagipula, aku tak mungkin menangis depan lelaki ini.

"Kenapa Ca?" lagi dan lagi. Ia berhasil menangkap perubahan sikapku. Namun, lidah ini masih keluh. Belum bisa menjawab. Aku diam dan menunduk.

"Btw Ca, kamu makan mie ayam sama nasi goreng sekaligus? Emang bisa habisinnya?"

Beruntung karena lelaki ini malah mengalihkan pembicaraan. Aku menatapnya sedikit lama. Ingin mengetahui diriku akan sekuat apa jika berada di hadapannya. Dan ternyata berhasil. Air mataku menolak turun jika lelaki ini masih ada.

"Itu punya Laila. Lo makan aja"

Yah, Daripada mubazir mending kuberikan saja padanya, kan?

"Makan disini? Bareng kamu? Gapapa nih?"

"Terus? Lo mau dimana? Emang ada meja lain yang kosong?" benar kok. Sudah tidak ada meja kosong. Lagipula aku menahannya bukan karena benar-benar ingin. Tidak akan ada adegan romantis seperti ftv atau sinetron di tv. Ini semata-mata karena aku sedang tidak ingin menangis. Tidak lucu jika aku harus diperhatikan seisi kantin. Lelaki ini hanya berfungsi sebagai penahan air mata agar tidak jatuh. Tidak lebih. Sungguh.

Akupun tetap menyantap mie ayam ku meski rasanya sudah berubah menjadi hambar karena perasaan berkecamuk dalam dada. Hafizh yang awalnya diam akhirnya ikut memakan nasi goreng Laila dengan lahap.

"Ini udah dibayar?"

Aku mendongak dan sedikit terkejut karena ternyata nasi goreng Laila sudah habis. Ini orang laper atau rakus sih.

"Belum yah? Aku bayarin aja yah sekalian." Hafizh kemudian berlalu.

Hah? Apa? Tunggu dulu! Katanya dia mau bayarin? Tidak boleh! Aku tidak akan mau berhutang budi pada lelaki modus macam dia. Akupun buru-buru berlari menuju tempat jualan Kang Maman. Kantin sudah sepi, jadi sudah bisa leluasa ketika berjalan apalagi berlari. Dan syukurlah waktunya tepat! Aku sampai sebelum dia sempat membayar.

"gue bayar sendiri aja"

Hafizh sedikit terkejut mendapati diriku yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya.

"eh? gapapa lagi, sekalian kan?"

"Gausah" jawabku dengan tatapan tajam seperti biasa.

Kurogoh saku baju, kemudian rok ku. Tak ada. Akhirnya aku memeriksanya dibalik case handphoneku. Namun, tetap tak ada. Dimana? Uangku dimana?

"ini pak. Nasi goreng sama mie ayamnya Aisyah"

Aku melotot tak suka. Sudah kubilang kan tidak usah! Kenapa lelaki ini begitu memaksa!

"Asiyap dek" jawab kang maman sambil hormat dan sedikit tertawa.

"Eh kang maman, jangan diterima dong!"

"Rejeki ga boleh ditolak neng. Lagian eneng pasti lupa bawa dompet lagi. Biasanya kan neng Laila yang selalu bayar." ucap Kang Maman sedikit menasehati.

"Iya Ca. Aku ga minta diganti kok. Aku cuma mau bantu. Ga modus seperti yang kamu pikirin" aku terdiam. Kok seakan-akan aku malah terlihat jahat sekarang. Dengan perasaan canggung akhirnya aku menatap lelaki ini lagi. Dan berusaha untuk tidak melotot seperti tadi.

"Makasih" ucapku pelan. Mungkin hanya aku yang mendengar. Tapi,  masa bodoh lah. Pokoknya ke kelas saja sekarang! Sebel!

---

Tas berwarna baby blue itu sudah tidak ada, artinya Laila benar-benar sudah pulang. Aku membuang nafas kasar.

Gadis itu benar-benar membuatku frustasi! bukan hanya karena kepulangannya yang terkesan tiba-tiba, tetapi karena dia juga, aibku terbuka di depan Hafizh! Si Galon yang menyebalkan! Kenapa dia harus tau sikap cerobohku sih?! Nanti kalau aku sampai di ejek bagaimana?! Pokoknya ini salah Laila! Aku harus segera menyerangnya dengan kata-kata pedas sekarang!

Akhirnya kuputuskan untuk menghubunginya. Kurogoh saku seragamku dan mengambil benda pipih itu lalu segera menghubungi kontak yang bertulis "Laila Lemod"

"LA! LO DIMANA!" capslock dan boldku jebol saking kesalnya pada gadis ini. Pesannya masuk dan sudah ada tanda centang biru di pojok kanan bawahnya, jangan lupa ada tulisan online di bawah namanya tetapi, selang beberapa menit tetap tidak dibalas. Gadis ini benar-benar cari masalah!

Karena semakin kesal, akhirnya kutelpon saja dia. Sedetik, dua detik, tiga detik, tersambung! Namun, ada yang aneh.

"Drrtttt drrtttt drrttt"

Kulirik meja di sampingku. Asalnya dari sana. Segera Kurogoh lacinya dan-

"Ini kan, HP Laila!"

---

13:30-Senin, 20 mei 2019
-Ziwew

Semoga kalian suka part ini yah😂
Selamat membaca! Jangan ikutan marah kek Aisyah! Ingat puasa!  Hoho! 😂

AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang