Anas akhirnya dapat bernapas lega. Jika tak ada Dea dan Adhit di mobilnya, sudah pasti ia akan mendapat tatapan sinis Aisyah sepanjang perjalanan. Namun, Allah memang selalu menolong hamba-Nya disaat yang tepat. Sepertinya, besok-besok ia harus meneraktik Adhit dan Dea makan deh sebagai ucapan terimakasih.
"Maaf ya kak ngerepotin" Anas berbalik Melihat Adhit yang tampak canggung.
"Santai aja kali, gue malah seneng bisa pulang bareng gini, lagian kita juga searah" Anas tersenyum ramah. Itung-itung balas budi sih, dhit.
"Eh, kak Anas tau ngga?" suara Dea yang ada di belakang sontak membuatnya melihat kaca spion tengah.
"Apaan De?"
"Aku pindah rumah tau" pernyataan itu sontak membuat Anas sedikit terkejut. "Loh? Terus? kita ga salah arah kan?" Anas melirik Adhit yang hanya diam "Dhit gue mesti puter balik ga nih?" Anas memalingkan kepalanya kesana kemari dengan sedikit panik dan mencari tempat untuk memutar
"Eh saya gatau kak, Dea juga baru bilang kalau udah pindah rumah"
hening.
Jawaban Adhit yang tenang dan tanpa nada kebingungan, membuat Aisyah sontak tak dapat menahan tawanya, bagaimana bisa dua bersaudara ini saling tak tahu menahu, apalagi soal tempat tinggal mereka sendiri. "Dea jahat banget, haha"
"Soalnya kak Adhit ga pernah nanyain sih kak, makanya aku diem-diem aja" Dea ikut tertawa bersama Aisyah. Mendengar tawa renyah dari adik-adik mereka, membuat para lelaki itu saling menatap dan ikut tersenyum.
---
"Makasih ya kak!" Dea merunduk sedikit, menyejajarkan wajahnya dengan jendela mobil.
Anas dan Aisyah yang ada di dalam mobil sontak tersenyum, "Sip lah, tos dulu!" tangan Anas mengepal dan dibalas malu-malu dengan tinjuan pelan Dea di buku tangannya.
"Ga mau masuk dulu Kak? Syah?" tawar Adhit
"Gausah Dhit, Gue buru-buru mesti balik kampus, Kapan-kapan deh" Tolak Anas secara halus.
"Iya, lagian deket kok, besok-besok juga masih bisa ketemu" Aisyah ikut menimpali dan hanya dibalas anggukan pelan oleh Adhit. Setelah pamit, mobil Anaspun kembali membelah jalanan komplek.
"Ga nyangka ya, si Dea malah jadi tetangga kita gini, padahal dulu kalau mau main ke rumahnya susah bener, haha" Anas masih tersenyum menyadari kenyataan
"Hari esok memang rahasia, kita gabakalan tau kejutan apalagi yang bakal kita liat esok hari"
---
"Dea! Kamu suka kak Anas ya!" padahal, Dea belum selesai melepas sepatunya, tetapi malah sudah dituduh yang benar-benar oleh kakaknya.
"Enak aja, kalau ngomong sembarangan!" Dea melempar sepatunya asal "Kak Anas udah punya pacar tau" tapi boong, kak Anas masih jomblo, ini cuma biar kak Adhit ga nanya-nanya lagi.
"Gausah bohongin perasaan sendiri, kamu jelas banget tau sukanya" Adhit berusaha mencari kebenaran yang hanya dihadiahi tatapan jengah oleh Dea. Sabar Dea sabar.
"Seterah" Dea berdiri dan meninggalkan Adhit sendirian. Pipi Dea pasti tengah merah padam sekarang. Padahal, tadi di depan Kak Anas, Dea masih mampu mengendalikan situasi, tapi mengapa setelah sampai di rumah malah jadi ambyar begini.
"Heh! Yang bener ter-se-rah Dea! dimarahin bu Syidah loh, udah SMA masa gatau bahasa indonesia yang baik dan benar!"
For your information, Bu Syidah itu guru bahasa Indonesia Dea dan Adhit waktu SD, dari dulu memang suka marah-marah, apalagi kalau Dea salah eja, jadi tugas Adhit adalah membenarkan ucapan adiknya sejak SD dan keterusan sampai sekarang.
"Bodo" tapi, ya memang dasar Dea yang gasuka diajarin, ngucapin Bodo aja kurang H.
"DEA! H!"
"astaghfirullah, IYA BANG! IYA! TERSERAH, BODOH" Ucap Dea kesal dengan menekan setiap katanya. Kakaknya ini kadang memang tidak peka sekali, bisa-bisanya mengoreksi setiap kata bahkan huruf dalam ucapannya, padahal Dea sedang dalam mode salah tingkah setelah bertemu Kak Anas, Dea hanya mau masuk kamar dan membenamkan wajahnya di bawah bantal karena pipinya yang terasa panas.
"Lah, kok ganti sih, tadi kakak, sekarang abang? Apa karena kita di jakarta ya?"
"ada masalah idup apasih lo bang? Ga ngerti lagi" Dea mulai membuka tas lalu mengambil kunci pintu kamarnya.
"Dea, saya serius" nada suara Adhit merendah dan Dea mulai membatu "Dea-"
"IYA! AKU SUKA KAK ANAS. PUAS?!" Dea mengunci pintu setelah membantingnya dengan kuat. Rasanya malu sekali harus mengakui perasaannya di depan kakak sendiri.
"Ah gatau! Mau tidur aja!" sesuai rencana Dea akhirnya membenamkan wajahnya di bawah bantal sambil memeluk boneka minion kesayangannya.Sementara Adhit, ia masih terdiam sambil mengerjap berkali-kali lantaran tak paham maksud adiknya. Ia pun melangkah ke kamar Dea lalu menatap pintu kamar itu sedih "Padahal saya cuma mau nanya, kunci kamar saya mana, hiks"
22:21 - Minggu, 12 April 2020
-Ziwew