SATU

5.5K 196 20
                                    


Bismillah, Assalamualaikum! Ini dia part 1 nya sahabat pembaca ❤ Happy reading!
And don't forget
to vote and comment yaw ~

---

Kring!!!

Bel berbunyi, menandakan jam pelajaran pertama telah masuk. Namun, suara cekikikan dan obrolan kosong masih terdengar jelas.

"Guys! Pak Arham ga masuk!"

Suara teriakan itu disambut riang para penghuni kelas. Suasana kelas yang awalnya riuh kini semakin kacau. Suara tepuk tangan serta sorakan menggema menjadi satu.

Mendengar suara-suara itu membuat kepala Aisyah berdenyut keras. Aisyah memijat pelipisnya pelan sebelum kemudian menyandarkan diri pada sandaran kursi.

Aisyah menatap nyalang namun, kepalanya tak kunjung berhenti memikirkan sesuatu yang mungkin tak akan menjadi nyata. Aisyah menghembuskan nafas berat ketika melirik pada bangku kosong di sebelahnya.

"Laila mana sih?!" Rutuk Aisyah dalam hati.

Gadis yang bernama Laila itu sedang menjadi beban dalam kepalanya. Bagaimana tidak, mimpi yang dialaminya semalam bagaikan sebuah kenyataan. Laila tiba-tiba berubah dan meninggalkannya. "Yang benar aja!" Aisyah langsung membungkam dirinya sendiri ketika menyadari kelakuan bodohnya. Pandangannya mengedar. Barulah ia bisa menghembuskan nafas lega ketika menyadari bahwa tak ada yang memperhatikannya.

Beruntunglah karena suara gerutuan Aisyah tenggelam oleh kekacaun di kelasnya ini. Karena jika tidak, maka dirinya sekarang mungkin telah menjadi pusat perhatian. Dan Aisyah benci itu.

Aisyah kini terus merutuki dirinya sendiri karena terlalu membawa beban sebuah bunga tidur. Katakan saja Aisyah gila. Tetapi, Aisyah hanya takut menghadapi kenyataan yang mengatakan bahwa ketika ia bermimpi maka mimpinya akan segera menjadi kenyataan. Entah itu anugerah atau kutukan, sekarang Aisyah tak ingin memikirkan itu lagi. Sebab, Aisyah sudah mulai terbiasa menghadapi situasi seperti itu. Tetapi, sekarang masalahnya berbeda. Mimpi ini terlalu berlebihan. "Pistol, darah dan mayat?!" Aisyah tak habis pikir. Apa ia baru saja menonton film action? Rasanya tidak. Lalu, mengapa mimpi itu hadir? Biasanya Aisyah bermimpi karena terlalu memikirkan sesuatu. Namun seingatnya, ia sedang baik-baik saja dengan isi kepalanya sebelum terlelap.

Aisyah benci keadaan seperti ini. Keadaan disaat ia dihadapkan pada situasi yang tidak pasti. Sangat konyol baginya memikirkan hal seperti ini. Namun, Aisyah pun tak tau bagaimana caranya untuk berhenti.

Nafas beratnya kini kembali terbuang saat kertas yang telah disulap menjadi pesawat mainan itu menabrak bahunya. Aisyah menatap lelaki itu dengan wajah datarnya. Lalu beralih pada kertas tadi. 'Ini lagi?!' rutuknya dalam hati.

"Eh? Maaf yah ca" Ucap lelaki itu sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

Hening. Tak ada jawaban. Aisyah sengaja tak menjawab. Ia benar-benar muak dengan lelaki ini. Lelaki ini kembali berakting lagi Sama seperti hari-hari sebelumnya.

Bukannya pergi lelaki itu kemudian tersenyum pada Aisyah. Aisyah diam dan menatapnya lama dan tak disangka Aisyahpun ikut tersenyum.

"Tunggu dulu, Aisyah tersenyum? Benarkah?" pikirannya kini telah berlari ke 'masa itu'. Sekian lama ia menanti hari ini. Hari dimana ia dan Aisyah akan kembali dekat seperti dulu.

Melihat Aisyah yang terus tersenyum seperti ini membuatnya membatu dan senyumannya kini lenyap. Bukan, bukan karena senyuman Aisyah jelek atau pun menyeramkan, lelaki itu hanya terkejut, itu saja.

"Ka-kamu... Ingat ca?" Akhirnya pertanyaan itu keluar setelah lama tersangkut di lehernya.

Aisyah mengerutkan kening tak mengerti. "Lo ngomong ama gue?"

Yang ditanya hanya diam. Nafasnya seolah tertahan. Ia melirik kesampingnya ternyata Laila sudah berdiri disana sedari tadi.

"masih belum ingat ya?" Katanya membatin. Bahunya merosot bersama dengan harapannya yang telah pupus. Ia menatap nyalang. Tak ingin menatap siapapun. Ia kecewa. Sangat kecewa. Bukan pada Aisyah, tapi pada dirinya yang tak kunjung berhasil membuat Aisyah ingat akan semuanya.

"Fiz? Hafizh? Kenapa? Kok bengong?" Laila melambai-lambaikan tangannya guna menyadarkan Hafizh dalam lamunannya, tetapi tak kunjung berhasil. Tatapan hafizh masih sama. Kosong.

Tak ingin berlama-lama, Hafizh akhirnya menyeret kakinya pelan meninggalkan kedua gadis itu dengan raut wajah yang tak terbaca.

"Itu si Galon kesurupan ya? Serem banget!" Aisyah meringis seraya memeluk dirinya sendiri.

"GA-LEN SYAH! HAFIZH GALEN FATHURRA!" Laila sudah bosan ketika harus mengingatkan Aisyah lagi dan lagi mengenai nama Hafizh.

"Mau Galen kek, Mau Galon kek, apa bedanya sih? Sama gedenya juga. Heran gue masih SMA badannya udah gede kayak gitu. Mirip bagong" Laila menepuk jidat setiap kali mendengar jawaban yang sama dari Aisyah.

"La! Duduk dulu deh! gue mau nanya-nanya!" Aisyah menepuk-nepuk bangku disebelahnya.

"Nanya apa? Muka lo kayak ibu-ibu komplek lagi beli sayur" Ucap Laila santai setelah melepas tas ranselnya yang kemudian digantungnya pada sandaran kursi.

"Gue serius La!"

"Iya iya! apa? Ngegas mulu ih"

"tunggu setelah pesan-pesan berikut ini!"

Laila menatap Aisyah datar dan akhirnya ia pun diam. Diam-diam dongkol dengan tingkah Aisyah-_-

14:00 - Sabtu, 11 Mei 2019
- Ziwew

Semoga syukaaa😂

AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang