Sirenes terkenal akan nyanyiannya yang memabukkan.
Duduk di atas salah satu gigi lautan yang tersembul di atas permukaan laut, sesosok sirenes tampak berkilau di bawah cahaya bulan. Di pangkuannya, sebuah alat musik yang terbuat dari karang laut yang telah mati, terbaring manis. Sirenes itu tertawa merdu sewaktu sejumlah sirenes lain menyembul di permukaan. Berkecipak riang seperti anak kecil yang menemukan mainan baru, sirenes-sirenes lain berputar di sekeliling sirenes yang duduk di atas karang; memintanya untuk bernyanyi sembari mengerling nakal.
Malam itu adalah Malam Nyanyian bagi kaum sirenes. Biasanya, kaum sirenes bergantian menunjuk salah satu dari mereka yang memiliki suara dan sirip terindah untuk bernyanyi. Ritual itu adalah kesempatan mereka untuk menghormati Dewi yang dipuja oleh kaumnya.
Malam ini, sirenes dengan tubuh elok serta rambut hitam sepanjang pinggang itu terpilih untuk bernyanyi. Wajah sirens itu tampak sangat ceria.
Dan dia mulai bernyanyi.
Mengenai kisah yang pernah terjadi dahulu kala.
Dengan alat musik petik dari karang yang telah mati.
Inilah kisah cinta seorang pendatang.
Arungi lautan , lintasi angkasa.
Sesat dalam kumpulan pinus beracun, tabir dari para pembuat permata.
Sang pendatang, jatuhkan hati pada keindahan tak terkira.
Namanya Jddan dan dia hanyalah seorang pelukis yang mencintai keindahan.
Berbekal buku sketsa, pensil dan roti serta beberapa jumlah uang dalam tasnya, dia menjelajahi dunia demi dunia demi memuaskan jeritan jiwanya untuk menemukan keindahan hakiki yang tak ada di mana-mana.
Setelah menjelajahi semesta Astrola dan bermasalah dengan penjaga di sana karena terjebak dalam masalah pelik penyulut perang besar-besaran, dia akhirnya memutuskan untuk bertandang ke lapangan terbang para penakluk angkasa agar dia bisa melintasi jarak jutaan cahaya dalam beberapa bulan saja.
Dan di sini lah dia. Di planet bernama Ghrunklesombe yang merupakan planet ketiga dalam semesta Phantassia.
Dan dia telah jatuh hati pada keindahan salah satu makhluk hidupnya. Velisiah, si alche-creator yang cacat.
Si alche-creator yang tak dapat kembali ke bentuk aslinya.
"Suku kami adalah makhluk hemafrodit," suatu ketika Velisiah bercerita dengan angkuh. Anak kepala suku alche-creator itu berujar sembari mengepang rambutnya. Dipandangnya Jddan dengan wajah yang mendongak congkak, lalu tersenyum separuh mengejek. "Kami tidak butuh makhluk lain untuk bereproduksi. Kalau kau ingin menikahiku, yakinlah itu hal yang sia-sia."
"Aku tahu itu," Jddan membalas sembari memandanginya lekat. Terpesona pada keindahan yang terhampar di depannya. "Dan aku tak peduli."
Dan mereka memadu cinta, dendang ria dengan jurang pemisah tanpa malu.
Sang pendatang, tanyai pujaan hatinya.
'Hai, bolehkah aku melukismu?'
Senyumceria menjadi jawaban atas rasa keduanya.
"Posehanya akan membuatku bosan."
Jddan menyeringai, "memang, indahmu takkan kubiarkan terkungkung dalam pose, Velisah.Bermainlah sesukamu." Dia mulai menyiapkan peralatannya dengan cekatan, sesaat terdiam sewaktu Velisiah memainkan bunga dengan ujung jemari kakinya, "kau sangat indah. Lebih indah dari apapun yang pernah kulihat."
KAMU SEDANG MEMBACA
August Nightmare G. Challenge
Fantasy"This is Ghrunklesombe. Welcome to August Nightmare G. Challenge. Sebuah tantangan yang diselenggarakan untuk membantu menghalau writer's block. Karya-karya yang diposting di sini adalah karya-karya anggota GKBF_Indo dalam tantangan Ghrunklesombe Ph...