Subject Stein by Aninsane - Thriller

174 20 26
                                    


Lonceng peringatan memantul di keheningan. Mereka datang. Pintu-pintu dikunci, jendela ditutup rapat, lilin dan obor dimatikan, dan semua orang bersembunyi dalam kegelapan.

Tok... tok... tok...

Seseorang mengetuk pintu, tapi Stein tidak tertipu. Di luar, seorang gadis meminta pertolongan. Stein menggeleng, karena ia tahu semua suara itu tidak nyata. Kemudian terdengar suara kuda meringkik panjang. Suara aneh lain berteriak bersahutan, "Aku. Akan. Membunuh. Mu. Kami. Akan. Membunuh. Kalian."

Makhluk-makhluk itu membunuh orang tuanya. Kini Stein sebatang kara dan tak berguna. Terlalu menyesakkan menghadapi sepanjang malam seorang diri.

Mereka datang sejak satu tahun yang lalu. Seperti mayat hidup, berkulit kelabu menjijikkan dengan tubuh mirip Inere. Monster itu menghisap jiwa manusia, kemudian mencabik tubuh dan memakan organ-organnya.

Ketika matahari terbit, penduduk desa keluar dan menyiapkan pemakaman. Selalu ada korban. Mereka yang terbujuk dan bertemu makhluk itu ditemukan tak bernyawa, dengan tubuh berkoyak dan darah berantakan.

Hari ini Kepala Desa mengumpulkan semua orang di balai. Jika pembantaian ini terus terjadi, mereka akan punah. Mereka adalah ras manusia yang memilih tinggal di Authere, ketika semua manusia bermigrasi ke Alterium. Dengan tinggal di daerah terisolasi dekat hutan terlarang, jika mereka menghilang, dunia pun tak akan sadar.

"Kita harus mencari bantuan," Kepala Desa mengumumkan. "Dukun Tetua mendapat pengelihatan bahwa seorang alche-creator akan membantu kita," Kepala Desa berbalik menatap Stein. "Dan seorang pemuda akan menyelamatkan desa. Itu adalah kau, Stein."

Stein tidak percaya ramalan itu tentang dirinya. Ini luar biasa! Pada akhirnya dia akan berguna bagi orang lain, maju sebagai orang terpilih. Sebagai pahlawan yang menyelamatkan kaumnya.

"Jadilah orang yang berguna bagi orang lain, Stein." ayahnya pernah berkata. Itulah yang dipegang teguh kedua orang tuanya, hingga mereka mati dalam perlawanan pertama umat manusia.

Jika dia mati, dia ingin mati dengan keteguhan hati yang sama, untuk perjuangan yang sama.

Bersama mimpi orang tuanya, dan harapan seluruh penduduk desa, dia berangkat mencari Sang Penyelamat.

Hari demi hari dia menyusuri hutan terlarang seorang diri. Dia tidak takut. Dia yakin semangat seluruh penduduk desa bersamanya. Dukun Tetua mengatakan dia akan menemukan apa yang ia cari di timur. Dia tidak menyerah meskipun pencarian ini seperti mencari jarum di antara jerami. Dia hampir mati belasan kali, melarikan diri dari hewan buas dan dehidrasi, hingga pada suatu badai besar dia mencari tempat berteduh dan menemukan sebuah pondok kecil di tengah hutan.

Stein mengetuk pintu pondok, dan seorang pria membukakan pintu. Hal pertama yang dilihat Stein adalah mata biru pria itu, yang bersinar penuh kehidupan dan memiliki pupil seperti kadal. Dia bukan manusia.

"Aku tersesat." Stein mengatakan hal pertama yang terlintas di pikirannya.

Pria itu melihat Stein dari ujung kaki, sambil menyipitkan mata dan keraguan di dalamnya. Tapi dia berkata, "Masuklah."

Pondok itu seperti rumah biasa, tertata rapi dengan dua kursi dan perapian hangat di tengahnya. Stein duduk menghangatkan diri. Pria itu membawakannya handuk, kemudian menyuguhinya minuman dan roti.

"Apa yang membawamu kemari?" tanya pria itu setelah mengambil tempat duduk.

"Aku mencari seorang alche-creator."

"Aku Sang Alche-creator. Untuk apa kau mencariku?"

Stein membenahi posisi duduknya. Ini adalah bagian terpenting. "Aku datang kemari untuk meminta bantuan anda. Desaku sedang diserang oleh mayat hidup pemakan jiwa. Dalam ramalan, anda akan membantu desa kami."

August Nightmare G. ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang