"You never know how much you really love someone until you watch them love someone else" -- @dailyteenwords
***
Backsound : Michelle Ziudith - Tentang Kau dan Aku
***
KILA menghapus airmatanya kasar. Ia tidak ingin terlihat rapuh di depan orang lain. Biarlah dirinya sendiri yang menikmati sakit sembilu penyesalan itu. Biarkan penyesalan itu merajamnya hingga mati.
Perempuan itu kembali menatap layar televisi yang menampilkan sosok pria masa lalunya. Masa lalu yang membuatnya kalah sebelum memulai. Membuatnya marah akan kebodohan nya sendiri.
Layar televisi itu menampilkan pria itu tengah mencium sayang dahi perempuan di sampingnya. Kila mengalihkan pandangannya. Dia memang pengecut. Dia belum siap melihat pasangan itu berbahagia dan menari di atas lukanya. Wanita mana yang sanggup melihat orang yang ia cintai bersanding dengan wanita lain. Tidak ada.
"Mereka serasi sekali" , Raka mengomentari sepasang kekasih di layar televisi itu. Matanya teralih menatap Kila yang sedang menyesap black coffee.
"Mereka serasi ya, Kil. Dan mereka kelihatan sangat bahagia". Kila tertegun, darah segar perlahan keluar dari bibir bagian dalamnya. Ya, sedari tadi yang di lakukan Kila adalah mengendalikan emosinya.
Aku kuat..
Aku kuat..
Aku kuat...
Mantra itulah yang sedari tadi terucap di hati Kila. Waktu belum benar-benar berakhir, masih ada satu bulan lagi untuk memperbaiki segalanya.
"Ya. Mereka-- sangat--serasi". Kila berucap sangat lirih. Jemarinya menggenggam erat cangkir itu, berharap hangatnya black coffee itu bisa tersalur ke hatinya.
Raka terdiam dan menyesap kopinya perlahan. Ia bisa merasakan perubahan mood sahabatnya itu. Semua terlihat jelas dari mata Kila. Ada sesuatu rahasia yang tersimpan di balik mata onyx kuyu itu.
"Ada masalah apa princess?" , Raka meraih jemari Kila. Di genggamnya jari itu dengan erat.
Kila mendongak dan tersenyum samar pada Raka. Masih terdengar jelas suara pria itu di layar televisi itu. Suara itu mendominasi dirinya. Semua berputar layaknya rekaman rusak. "Tidak apa-apa. Hanya masalah pekerjaan. Aku bisa meng- handle nya"
"Benar cuma itu? . Jangan memforsir dirimu sendiri. Kamu itu manusia bukan robot yang di kendalikan oleh mesin. Pikirkan kesehatanmu. Ambillah pekerjaan yang setidaknya tidak memforsir banyak tenaga."
"Iya Raka. Aku tahu batas kemampuanku. Terimakasih sudah mengkhawatirkan ku"
Raka hanya tersenyum dan mengusap lembut punggung tangan Kila. Jauh di dalam hatinya, ia meyakini jika Kila sedang tidak baik-baik saja.
***
Kila adalah lukisan sosok Andromeda. Tak terjamah. Dia menutup segala akses pada semua orang untuk mengenal dirinya seutuhnya. Hanya pria itu lah yang mampu merobohkan semua pertahanannya.
Namun kini Sang galaksi masih berkelana mencari pengganti. Dan yang di lakukan Kila hanya berdiam diri di Andromeda. Menunggu nya kembali.
Sosok Kila adalah gambaran Andromeda. Jika dilihat dengan mata telanjang, Kila terlihat baik-baik saja. Namun jika di telaah lebih dalam, maka yang ada pada dirinya hanyalah kabut kesedihan dan penyesalan.
Kila mengendarai Mercedez Benz sport nya menembus jalanan Ibukota. Pagi ini dia ada photoshoot di salah satu Hotel di Jakarta. Kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya. Kacamata itu menutupi matanya yang terlihat sayu. Semalam suntuk Kila tidak dapat memejamkan matanya. Wajah pria itu terus muncul menganggu ketenangannya.