“We'll be home tomorrow. But a thousand miles too far away. Say you won't forget and i'll be okay” - Sam Tsui
***
Backsound : Don't want an ending - Sam Tsui - Acoustic Version
***
KILA berjalan di samping Aldrin, sebelah tangannya masih menggenggam erat tangan pria itu. Gadis itu tampak tidak enak badan hal itu dapat dilihat dari hidungnya yang merah dan matanya yang sedikit berair.
“Kita pulang saja ya. Kamu lagi nggak enak badan tuh” , Aldrin mengusap lembut puncak kepala Kila dengan sayang. Mendekap gadisnya erat. Menumpahkan kasih sayang yang selama ini tersimpan.
Kila menggeleng di dekapan Aldrin, “Nggak mau. Kita cuma punya waktu dua hari di sini. Aku pengen jalan-jalan sama kamu”
Aldrin tersenyum tipis. Kila memang sangat keras kepala. “Ya udah. Kamu pakai jaket aku aja ya”
Aldrin membantu Kila memakai jaket. Kila tersenyum melihat dirinya yang tenggelam di jaket besar itu. Aldrin terkekeh dan memeluk Kila. Terkadang juga menggoyang-goyangkan pelukan itu. Panas matahari pun tidak di hiraukan oleh keduanya.Aldrin melanjutkan langkahnya bersama Kila. Mereka ingin ke taman kota.
***
Rahang Raka mengeras ketika melihat pemandangan yang paling ia hindari. Sebelah tangannya mengepal kuat dan siap melayangkan tinjuan. Ia mengumpat tidak karuan, kemudian memejamkan mata sebentar. Nafasnya sudah mulai teratur.
Matanya menatap nyalang kedua insan yang di mabuk asmara itu. Kemudian beralih pada seseorang berpakaian hitam yang ada di balik pohon --- radius satu meter dari Aldrin dan Kila.
Mungkin salah satu anak buahnya.
Raka meraih ponsel yang ada di saku jaketnya. “Nick”
“Ya Tuan”
“Apa anak buah daddy sudah tiba?”
“Sudah Tuan. Mereka sudah berjaga untuk di mansion dan beberapa sudah mulai mengawasi Nona Kila”“Kerja bagus Nick. Pastikan tidak ada yang bisa melukai Princessku.”
“Siap Tuan”
Raka mengikuti langkah sepasang insan itu. Ia memakai kembali rayban untuk melengkapi penyamarannya. Bahkan ia tidak menyadari jika dia telah masuk ke taman kota yang sepi. Siapa yang mau ke taman disaat matahari sedang terik-teriknya. Tidak ada.
Raka mendengus. Ia mengejek dirinya sendiri. Terus kenapa dia kesini di siang hari. Hah persetan!! dia sedang tidak ingin berdebat dengan suara hatinya.
Raka memilih duduk di bangku yang sedikit terhalangi pohon. Namun ia masih bisa menjamin jika dia masih mampu melihat princess nya dari tempatnya berada.
***
“Sepi” , Kila bergumam dan merapikan anak-anak rambut yang tertiup angin. Rambutnya berkibar selaras dengan angin yang berhembus pelan.
Aldrin diam membeku. Ia cukup terpesona dengan pemandangan yang ada di depannya. Sungguh ciptaan Tuhan paling sempurna.
“Aldrin” , Pria itu tergagap. Sementara Kila tersenyum manis di depannya. Perempuan itu menyentuh wajah Aldrin perlahan. Mengamati setiap inchi wajah pangeran berkuda putih pujaannya.
Aldrin memejamkan matanya. Menikmati setiap sentuhan di wajahnya.
“One four three” , lirih Kila dan membuat Aldrin tersenyum lantas membuka matanya.