“People always change after being hurt” -- @KamusWanita
***
Backsound : Stitches - Shawn mendes feat Hailee Steinfeld (Acoustic Version) - Album Handwritten
***
RAKA duduk di gazebo rumah Kila, ia bersandar pada dinding. Penampilannya sudah tidak serapi tadi. Dua kancing kemeja teratasnya sudah lepas, dasinya sudah menggantung longgar, dan kemejanya sudah di gulung hingga siku. Sebelah tangannya menggenggam segelas jus jeruk.
“Apa yang kamu lakukan disana? Kenapa kamu jadi bodoh kayak gini sih” , Raka terus menggerutu sambil menatap lekat Kila. Ia tidak habis dengan Kila, bagaimana dia bisa ke cafe di saat berita tentang dirinya sedang berkembang. Seharusnya dia tahu, kemana pun perginya dia akan selalu diikuti para pemburu berita. Dan bersosialisasi tanpa bodyguard adalah pilihan yang salah. Bagaimana jika tadi Raka sedang tidak ada di daerah Kemang. Demi Tuhan!!! Raka tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan Kila.
“Aku hanya lapar dan aku ingin mencoba makanan di cafe itu” , Kila memilin ujung kaos longgarnya. Dia sangat takut jika Raka sudah marah seperti ini. Ia tahu dirinya bersalah dan keras kepala.
“Demi Tuhan ,Kila. Bagaimana jika tadi aku tidak ada disana. Mungkin kamu akan membusuk di cafe itu dan tidak bisa keluar dari sana. Banyak wartawan yang menunggu mu di parkiran dan banyak pula fans mu di dalam cafe itu yang mungkin saja salah satunya adalah fans mu yang sangat fanatik. Bagaimana jika kamu di kroyok dan terhimpit di puluhan tubuh besar wartawan-wartawan yang berlomba mengambil gambar mu.”
Raka meletakkan gelas itu dan menghela napas panjang.
“Maaf” , Kila menatap Raka sambil menunjukkan puppy eyes andalannya.
Raka memutar bola matanya jengah namun tetap saja ia kalah dengan puppy eyes Kila. “Jangan ulangi lagi”
Raka mengusap lembut puncak kepala Kila. Sementara perempuan itu memeluk erat Raka penuh sayang. “Terimakasih sudah ada untukku. Kamu tahu, aku menyayangimu”
“Aku juga menyayangimu , Princess”
***
Aldrin benar- benar tidak fokus hari ini. Setelah pertemuan tidak terduga tadi di cafe, semua fokusnya kabur bersama Kila yang jauh meninggalkannya. Pikiran Aldrin berkecamuk, ribuan tanya mendesak di otaknya.
Siapa pria itu sebenarnya? Siapa pria yang menolong Kila tadi? . Kila pernah menyebut jika pria itu sudah ia anggap seperti kakak laki-laki. Aldrin adalah seorang Pria dan ia tahu betul arti tatapan pria itu untuk Kila. Itu bukan tatapan sahabat apalagi kakak. Dari tatapan pria itu , Aldrin bisa menyimpulkan jika pria itu punya perasaan lebih untuk Kila.
Aldrin mengusap rambutnya dengan gusar. Ia mengumpati dirinya sendiri, betapa bodohnya dirinya. Membiarkan pria lain menyentuh gadis yang ia sayangi.
“Apa yang sedang kamu pikirkan?” , Vanessa duduk di dekat Aldrin. Vanessa tahu betul jika calon suaminya dalam keadaan buruk. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran dan hatinya.
“Apa kau bertemu wanita itu?”
Ya. Vanessa memang sudah mengetahui semua cerita cinta masa lalu Aldrin namun satu yang belum ia ketahui. Dia belum pernah melihat foto Kila, jadi saat mereka bertemu di cafe tadi Vanessa benar-benar tidak tahu jika Kila adalah wanita itu.
“Hanya memikirkan pekerjaan yang ku tinggal di New York”
“Tenanglah semua sudah di handle anak buah Papa.” , Vanessa mengusap lembut lengan Aldrin.