Dia yang kupanggil Ibu
Dia yang selalu ada saat aku merasa ketakutan
sendiri dalam tidurku dan berteriak histeris
Dia madrasah pertamaku
Dia yang mengenalkanku pada dunia
Dia yang kupanggil Ibu
Dia yang menghiburku saat aku jatuh terpuruk
Dia yang akan memarahiku pertama kali
saat kau melakukan kesalahan meski hanya seujung kuku
Dia yang mengajarkanku untuk menghargai sesama
menghargai orang tua
dan menghargai mereka yang muda
Dia yang kupanggil Ibu
Tubuhnya tak lagi kuat seperti dulu
untuk sekedar menggendongku dan menenangkanku
saat aku terbaring lemah
Wajahnya tak lagi cantik seperti dulu
garis kerut keriput kini sudah semakin memenuhi wajahnya
Namun bagiku,
Dia masih sangat cantik dan akan selalu begitu
karena kini ia telah menutup kepalanya
Senyumnya tak akan pernah pudar
segala amarah yang terlontar darinya justru membuatku rindu
saat aku harus berjauhan darinya
dalam tiap bait doanya selalu kunanti ia menyebut namaku
berharap sedikit keberkahan dari-Nya
Segala yang terbaik untukmu, Ibu
Dia yang kupanggil Ibu

YOU ARE READING
Goresan Tinta
PoetryGoresan pena kini tak bermakna, hanya tarian jari diatas tuts berwarna hitam dapat mewakilinya. sama, diatas sembuah bidang putih ia tertuang. Entahlah, hanya sebuah ungkapan hati agar tak menjadi beban.