"REY!" Teriakan gue sukses membuat anak satu kelas terhenti melakukan aktivitas pagi mereka.
Emang ini si Rey kayanya ga ada sehari aja tanpa nyulut emosi gue. Semenjak dia gue masukin ke ruang Kepsek, semenjak itu dia selalu bikin ulah. Tiada hari tanpa teriakan gue di kelas.
"Apa lagi sih?" Tanyanya dengan raut wajah malas.
"Sekarang hari rabu!" Bentak gue sambil menatapnya dari atas sampai bawah.
"Iya terus?"
"Jatah pake sepatu warna-warni itu just only hari jumat! Sekarang itu harusnya lo pake sepatu item, ngerti peraturan gak sih?" Tanya gue dengan nada frustasi. Rey melirik sepatunya lalu menatap gue datar.
"Sesuka gue elah," Rey langsung berjalan acuh tak acuh menuju bangkunya, gue hanya melongo melihat reaksinya yang sama sekali ga memperdulikan omelan gue.
"Lo itu ya, kapan sih ga bikin naik darah?!" Teriak gue lagi dengan nada frustasi.
"Salah sendiri merhatiin,"
"Gue ini ketua kelas, udah kewajiban gue merhatiin segala tingkah laku menyeleweng makhluk sekelas!" gue berkaca pinggang sambil menatap Rey dengan tatapan laser yang mungkin kalo murid lain bakalan langsung tunduk tapi Rey engga! Dia malah natap gue tepat di mata gue, buru-buru gue membuang wajah gue ke lain arah. Alis gue berkerut lalu dengan cepat gue kembali menatap Rey, ini kenapa gue yang takut sih?
"Yaudah mundur, ribet amat sih hidup lo." Gue terdiam, baru kali ini gue susah ngadepin anak berandal.
"Pokoknya gue ga mau tau, kalo sampe lo di panggil guru Bk," gue menggantungkan kalimat gue. Dengan tatapan tajam gue menatap Rey dari atas sampai bawah. "Say good bye aja buat sepatu yang lo pake sekarang!" Ancam gue sambil menunjuknya dari tempat gue berdiri, di depan kelas, sementara Rey di belakang karena bangku dia di sana.
"Gampang, tinggal beli baru." Gue membelalakkan mata mendengar jawabannya.
Wah songong.
K E T U A K E L A S
Sesuai dugaan, Rey beneran di panggil guru BK, dan coba tebak gue di mana? Di ruang BK! Watdepak.
"Kamu sebagai ketua kelas seharusnya bisa memberi tahu kalao sepatu berwarna itu hanya boleh di gunakan di hari jumat." Ujar Bu Nina untuk ke sekian kalinya dalam dua minggu ini.
Ya, udah dua minggu si Rey terus-terusan budeg make sepatu berwarna.
"Saya sudah memarahinya bu, tapi Rey tetap tak mau mendengarkan saya." Ujar gue dengan nada mengadu, ini saatnya buat menghukum Rey.
"Kapan lo marahin gue? Bu, asal ibu tau ya, si Ava itu yang kemarin nyuruh saya make sepatu berwarna. Padahal saya udah ga mau tapi dianya maksa sih," anjir itu bohong banget!
"Benar begitu Ava?" Tanya Bu Nina dengan wajah yang lumayan seram.
"Bohong! Untuk apa saya menyuruhnya seperti itu? Bu, coba pikir, selama ini kan saya anak baik, mana mungkin saya menyuruh teman sekelas saya seperti itu." Gue melirik Rey sekilas, ia tersenyum miring saat tau Bu Nina percaya ucapannya. Sial.
"Pokoknya Ava, kalo sekali lagi Rey kena masalah yang sama, nilai kamu saya potong." Kampret ini kenapa gue yang kena?
"Lah kok gitu bu?" Protes gue. Ini gak adil. Kenapa Rey yang kena masalah tapi gue yang malah kena hukuman?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Kelas
Humor[CERITA INI SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU] *** Semenjak kedatangan murid baru itu, hidup gue yang tenang menjadi gila dan banyak cobaan. Apa lagi hobinya yang suka ngelanggar peraturan membuat gue ikut terseret ke ruang BK untuk mempertanggungja...