Hidup gue ga pernah bener semenjak anak setan pindah ke kelas gue terlebih anak itu sekarang duduk bareng gue. Kadang gue berfikir, kenapa mesti kelas gue? Dan kenapa mesti gue ketua kelasnya?
Oke kayanya gue mulai nyesel jadi ketua kelas lagi. Tapi, DEMI APA KENAPA MESTI GUE?!
Abaikan gue lagi frustasi.
"Va, lo kok kaya mayat idup?" Ana memiringkan badannya dan menatap gue heran. Btw dia duduk di depan gue bareng Dian.
"Stres gue Na," jawab gue seadanya.
"Kenapa lo? Tumben tau stres," Ana mencondongkan badannya mendekati gue.
"Tugas bahasa Indonesia, kenapa gue mesti sekelompok sama anak setan sih?" Gue mengacak rambut gue frustasi.
"Oh yang meresensi novel? Kayanya sih Rey ga bodo-bodo amat,"
"Yang bilang dia bodo siapa? Gue cuma ga mau satu kelompok sama dia, apa sih yang bisa di andelin dari si Rey? Menang cakep doang,"
"Lo ngeremehin gue?" Nah loh itukan sura Rey. Seketika gue terkesiap saat menoleh ke samping dan mendapatkan Rey tengah duduk menghadap gue sambil menatap gue dalam. Eyy.
"Itu FAK ta," jawab gue membela diri dengan menekankan kata'fak'.
"Fak?" Rey mengernyit sementara gue hanya tersenyum kecil.
"Gue bakal buktiin kalo gue ga sehina itu," kini giliran gue yang mengernyit.
"Oh ya? Anak suka bolos, masuk BK, terus ngerokok emang bisa apa?" Tanya gue memancing emosinya. Ini gue sengaja kayanya.
"Liat aja, lo bakalan ga bisa komentar apapun kalo lo tau kemampuan gue sesungguhnya." Rey tersenyum miring, senyum licik itu lagi. Tapi kadar kegantengannya itu sangat bertambah 100%.
Et ini kayanya gue udah gila.
"Buktiin," Tantang gue. Rey tersenyum simpul sambil menatap gue remeh.
"Apa yang bakal gue dapet kalo gue nunjukkin semuanya?"
"Gue bakal ngelakuin apapun yang lo suruh," ujar gue mantap.
"Apapun?" Tanyanya memastikan.
"Ya, apapun."
K E T U A K E L A S
"Pulang sekolah kita ke toko buku," gue mendongak, Rey sedang berdiri sambil memasukkan buku tulisnya ke dalam tas.
"Ngapain? Tobat lo?" Rey menghela nafasnya lalu menatap gue.
"Apa hubungannya?"
"Biasanya anak kaya lo kan sukanya ke club malam gitu," Rey menyentil jidat gue gemas lalu duduk di bangkunya.
"Sejelek itukah gue di pikiran lo? Oke gue emang berandal. But please, gue masih tau apa yang bener dan apa yang ga bener." Gue hanya mengangguk mendengar penjelasannya, setelah itu gue merapikan buku gue di meja.
"Iya gitu? Bodo," gue mengangkat bahu lalu berdiri. Sementara Rey menggeram marah, mampus lo gue balikin.
"Minggir lo." Gue tendang kursinya pelan lalu mencoba keluar dari celah kecil diantara bangku Rey dan meja Adit, untung gue kurus ya, jadi gue bisa nyempil-nyempil gitu.
"Gue belom selesai ngomong," Rey mengamit tangan gue lalu menarik gue mendekat dan ia berdiri.
"Apa? Buru dih gue laper," gue tepis tangan Rey lalu memasukkan tangan gue ke saku jas. Sekarang hari Senin dan sekolah gue pake jas. Rey berpikir sejenak lalu menatap gue lagi.
"Oke kita ke kantin," ujarnya sambil menarik tangan gue lagi, ini setan emang suka seenaknya. Untung gue sabar ya Tuhan.
K E T U A K E L A S
Bel berbunyi beberapa detik sebelumnya, anak-anak kelas gue dengan semangat 45 memasukkan buku ke dalam tas lalu menyalami guru dan dalam sekejap mereka sudah pergi.
Kalo urusan pulang mereka emang nomor satu, jadi jangan heran.
Tapi masih ada beberapa anak di kelas, entah piket atau nyari wifi gratis.
Selesai membereskan buku, gue berjalan keluar kelas menuju parkiran. Niatnya sih nebeng sama siapa gitu yang gue cegat nanti.
"Heh, lo ga lupa kan sama tugas kita?" Seseorang menarik tas gue ke atas, otomatis langkah gue terhenti dan gue ga bisa bergerak. Yaampun gue lupa tugasnya! Berarti gue gak jadi pulang dong?
"Ayo ikut," ujarnya lagi sambil menyeret tas gue, emang ya anak setan suka gitu. Kalian pasti tau dia siapa.
"Lepas woi, di kata kambing apa gue di seret-seret kaya gini." Tanpa menghiraukan gue, anak setan itu masih narik tas gue sampai di depan mobil, kayanya sih mobil dia. Oh tajir, eh.
"Masuk," ia melepaskan tas gue lalu membukakan pintu dan mendorong gue masuk ke dalam mobil.
"Woles bisa kali." Gue menatapnya garang sementara anak setan itu memutari mobil lalu membuka pintu dan duduk di samping gue.
"Lo manyun-manyun kode ya, minta di cium?" Ujarnya kepd-an. Kampret.
"Mimpi jangan ketinggian, jatuh mampus lo. Udah buru," dan tiga puluh menit berikutnya, gue dan anak setan itu sudah ada di dalam toko buku.
Gue berkeliling menelusuri rak-rak buku yang berjejer, sementara anak setan itu mengikuti gue sambil melihat-lihat tanpa mencari buku yang pas.
"Lo niat ga sih? Masa gue doang yang nyari, bantuin kek."
"Tenang aja," jawabnya santai, ni setan kalo ga ganteng mungkin udah gue buang ke kali Ciliwung dari kapan tau biar hanyut dan ga balik-balik.
Beberapa puluh menit berikutnya gue dan setan ini berada di kedai es krim dengan setumpuk novel. Perlu kalian tau, yang bayar novel ini si setan itu. Gue sih ada duit, tapi ya gitu, hemat.
"Jadi Tan, kita mau bikin yang mana nih?" Tanya gue sambil melahap sesendok penuh es krim vanila kesukaan gue.
"Tan?"
"Ho.oh, Setan."
"Kalo gue setan berarti lo lampir," gue melotot ke arahnya lalu menjitak kepalanya pake sendok yang gue genggam, mampus lo sakit kan, salah sendiri.
"Oke Rey, lo bawa dua terus gue dua. Nanti kita pilih yang mana yang paling bagus," kata gue memberikan solusi.
"Hell-o, please ini novel roman. Apa kata emak gue entar kalo tau gue baca ginian, gila ae." Rey mendorong novel itu lalu melahap es krim yang hampir masuk ke mulut gue, guepun melotot atas aksi nekatnya barusan.
"Heh, lo nyari kesempatan!" Bentak gue dan Rey hanya tersenyum miring, tapi itu bukan senyum licik biasanya. Melainkan senyum tebar pesona, ewwhh.
"Najiz tau ga."
"Siap-siap aja, minggu depan lo harus nurutin apapun yang gue suruh." Rey menyisir rambutnya ke belakang sambil tersenyum songong.
"Oh ya? Kalo lo ga bisa ngebuktiin, gimana? Masa cuma gue doang yang taruhan? Rugi di gue dong," Tantang gue sambil menaik turunkan kedua alis gue dan menirukan senyum miring ala Rey yang gue jamjn pasti gagal.
"Gue bakalan nurutin apapun yang lo suruh." Ujarnya yakin. Gue terdiam sejenak, kayanya gue mesti buat daftar tugas buat nagih janji dia. Pasti gue yang menang kan.
"Deal?" Gue mengulurkan tangan ke arah Rey yang di sambut semangat olehnya.
"Deal!"
K E T U A K E L A S
Gak banyak Ayu rubah, yang peka pasti tau mana yang Ayu rubah/?
Tinggalkan jejak~
2 April 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Kelas
Humor[CERITA INI SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU] *** Semenjak kedatangan murid baru itu, hidup gue yang tenang menjadi gila dan banyak cobaan. Apa lagi hobinya yang suka ngelanggar peraturan membuat gue ikut terseret ke ruang BK untuk mempertanggungja...