Perpustakaan Kota

255K 12.4K 538
                                    

Jam menunjukkan pukul 12 siang, satu jam tiga puluh menit lagi kelas bubar, dan gue bakalan jalan bareng Clara dan Ana. Biasa, cuci mata, alias nyari cogan wks.

Tangan gue mencorat-coret buku tulis tak minat. Ini pelajaran Sejarah, dan baru beberapa menit guru itu mengajar gue udah bosen.

Gue lipat lengan gue di atas meja lalu membenamkan wajah gue. Ngantuk gila.

"Biasanya lo bakalan jitak jidat gue kalo gue tidur di jam pelajaran, lo mau gue kasi jitakan sayang gue?" Suara Rey terdengar sangat dekat di telinga gue.

Saat mendongak ingin melihat keadaan guru, ternyata wajah Rey ada di depan wajah gue. Jarak yang tipis membuat mata gue membulat lalu berteriak.

"SETAN MESUM LO, NYARI KESEMPATAN YE?!" Gue mendorong wajah Rey sambil memukul badannya, bodo amat mau dia kesakitan.

"Salah gue apa neng," ujar Rey menahan sakit. Gue berhenti sejenak lalu menatap Rey garang, coba aja membunuh itu ga melanggar hukum, mungkin Rey udah jadi mayat dari pertama gue pergok dia di Rooftop.

"Ava! Rey! Kalian ribut sekali. Jika kalian tidak ingin belajar, silakan angkat kaki dari kelas saya." Tegur guru Sejarah itu sambil membenahi letak kaca matanya.

Gue terdiam di tempat duduk gue sementara Rey sudah pergi keluar sambil memasang earphone, anjir tu anak demen amat di nyari masalah.

"Ava, kenapa masih diam? Silakan keluar dan temui guru BK." Apa? BK lagi? Mampus mak salah Ava apa sampe masuk BK terus?

K E T U A K E L A S

Coba tebak gue di mana?

Di dalem mobil.

Dan tebak gue mau kemana?

Yang pasti rencana gue sama Clara dan Ana gagal total! Ini gara-gara si setan Rey nyeret paksa gue supaya ikut dan duduk di mobilnya.

"Kita mau kemana sih?" Tanya gue untuk ke sekian kalinya.

"Entar juga tau," jawabnya acuh. Sumpah, ni tangan udah gatel pengen jambakin rambut hitam tebal acak-acakan si Rey. Kalo boleh sekalian noh gue cakar wajahnya biar jelek.

"Manyun-manyun lo, kebelet di cium gue ya?" Ujarnya kepd-an dan langsung gue hadiahi cubitan maut ala Ava di pinggangnya, Rey mengusap bekas cubitan itu sambil meringis.

"Mampus lo, emang enak di cubit!" Ledek gue.

"Lo pikir gue kue apa dicubit!" Gue bersandar kembali pada kaca mobil, males banget dah ladenin nih bocah setan. Bisa-bisa meledak nih mobil gara-gara gue ngamuk.

Sabar Ava, suatu saat lo pasti bisa bikin dia nurut dan ga berani macem-macem!

Gue hanya mengangguk meyakinkan ucapan gue sendiri.

Kurang dari dua puluh menit, gue dan Rey pun sampai di sebuah gedung tinggi yang di hiasi pilar-pilar kokoh. Widih tempat apaan nih?

Setelah gue dan Rey turun, gue menatap sekeliling, kesan pertama yang gur lihat tempat ini rame. Lalu gue menatap Rey penuh tanya, Rey menoleh sekilas lalu kembali menatap ke arah gedung tinggi itu.

"Tempat apaan nih?" Tanya gue sambil menyenggol lengan Rey.

"Bego amat, masa ga tau?" Ejeknya membuat gue geram, lah salah ya gue ga tau? Gue aja ga pernah ke sini.

Ketua KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang