Solidaritas

246K 11.5K 364
                                    

Bagi kalian yang masih penasaran dengan kelanjutan cerita Ketua Kelas, kalian bisa baca di Joylada, aku publis full walau agak beda dikit dikit hehe.

***

Gue mendesah frustasi di bangku gue, sedari tadi Bu Ajeng terus mengomel di kelas gue. Kenapa? Soalnya kemarin pas gue di hukum, temen sekelas pada pulang semua. SEMUA, tak terkecuali.

Anjir, gue ga habis pikir. Emang mereka kira besoknya ga bakal di hukum apa? Main pulang seenak jidatnya aja.

"Ava! Kamu itu ketua kelas. Seharusnya kamu memberikan contoh yang baik, bukan malah pergi dan tidak menyelesaikan hukuman! Kamu itu maunya apa sih? Ibu pusing liat catatan BK kamu, kamu itu MANTAN Ketua kelas teladan, kenapa sekarang kamu menjadi Ketua kelas yang urakan?" Gue hanya menunduk pasrah, salah gue apa Tuhan.

Gue melirik Rey sekilas, bukannya merasa bersalah malah tiduran seenaknya. Coba aja gak ada Bu Ajeng yang lagi ngamuk, mungkin ni anak setan udah gue bunuh.

Setan bisa di bunuh emang? Tau ah gelap.

"Kamu dengerin Ibu gak sih Ava?" Gue tersentak lalu beralih menatap Bu Ajeng yang sudah bertanduk.

"Mam-pus lo Va," bisik Adit di belakang gue. Seketika bulu kuduk gue berdiri, Bu Ajeng menatap gue berapi. Alamat bakal kena hukum nih.

"Kalian satu kelas Ibu hukum membersihkan lingkungan sekolah!" Bu Ajeng mendengus marah sementara anak-anak lain mendesah pasrah, ini bakalan memakan waktu yang sangat lama.

K E T U A K E L A S

"Bersih-bersih, kelas kita anti mainstream yak." Oceh Adit sedari tadi, ia sibuk mencabuti rumput liar di tembok dekat gudang.

"Untuk pertamakalinya kita di hukum kaya gini," Arga bergumam, tangannya sibuk menyapu dedaunan kering yang berjatuhan.

"Sejak kapan kelas kita jadi kelas ternaka seantero sekolahl?" Tanya Dito, ia sibuk mengelap jendela gudang.

"Ini semua dimulai sejak Reynand pindah ke sekolah kita." Ujar Ana, seketika seluruh anak kelas yang sedang sibuk melakukan kegiatan bersih-bersih menoleh ke arah Rey yang sedang berjongkok memainkan pasir di dekat gudang.

"Apa?" Tanya Rey dengan wajah polos tanpa dosa.

"Iya ini gara-gara Rey!" Seru anak lain.

"Tau nih Rey ngajarin yang engga-engga ke kita!" Sahut Chika.

"Rey sih yang mulai," Keluh Dina.

"Rey yang buat kelas kita terkenal karena nakal." Dan masih banyak lagi perkataan yang menyalahkan Rey. Rey tercengang, ia terdiam sejenak lalu bangkit dan membersihkan tangannya.

"Kok kalian nyalahin gue?" Tanya Rey sambil berkaca pinggang.

"Emang salah lo kali!" Sewot anak-anak sementara Rey mengangkat sebelah alisnya.

"Emang gue yang nyuruh kalian buat pulang duluan?" Tanya Rey, seketika anak-anak mengatupkan mulutnya lalu kembali sibuk ke kegiatan bersih-bersih mereka. Rey menyunggingkan seringaian lalu ia menarik tangan gue dan mengajak gue pergi.

"WOI! KALIAN MAU KABUR KEMANA?!" Teriak Arga, anak-anak lain menatap ke arah gue dan Rey dengan tatapan 'berani kabur mati lo!'

Gue memasang tampang polos, sebenernya gue ga tau kenapa nurut aja di tarik sama Rey. LAh kenapa gue nurt? Mungkin karena udah kebiasaan ditarik ke sana ke sini sama Rey jadi gue gampang nurut.

"Yaelah, yang pulang duluan kan kalian, jadi ini salah kalian. Gue sama Ava bebas dong mau pergi kemana, kan kita ga salah." Bela Rey. Arga nampak berpikir lalu kembali menatap Rey ganas.

Ketua KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang