Handphoneku berdering dan langsung kuangkat. "Pagi, Shelby." sapa orang itu.
"Ini siapa?"
"Ignacy." Terdengar seperti 'Ignazi' dan aku sadar Thomaslah yang sedang menelponku.
"Tumben kau nelpon, Tom. Biasanya kau malah sering ngomong langsung ke rumah."
"Ya, tadinya aku ingin ke rumahmu," jawabnya, "cuma untuk sementara waktu aku tidak bisa."
"Aku diajak ke Leeds bersama temanku untuk bermain bersama Leeds Rhinos. Katanya Matthew Lewis akan ada di sana juga."
"Dan mungkin aku akan berada disana kurang lebih seminggu," tambahnya.
"Okedeh," jawabku. "Kau yakin tidak minta oleh-oleh?"
"Tidak."
"Dari sini kau terdengar seperti sedang kesal. Ada apa?"
"Ya Tuhan, Tom, aku baru bangun."
"Oh maaf deh," katanya, "Ya sudah kalau begitu lanjutkan saja tidurmu." Aku mendengar ada tawa kecil dan aku juga jadi ikut tertawa.
"Eh, temanku sudah datang. Cya" dan sambungan terputus setelah itu.
Aku tidak ingat sudah berapa hari sejak Thomas tidak main ke rumah. Hari-hariku seperti tidak ada gunanya.
Oh iya kenapa aku tidak jalan-jalan saja dengan Chambers?
"Hai, Chambers." aku duduk sambil memperhatikan betapa lahapnya Chambers yang sedang makan ikan Salmon. "Apa kau mau ikut ke Emirates Stadium bersamaku?"
Chambers mengeong. Itu tandanya dia mau hahaha.
Kukalungkan tanda pemilikku di sekeliling lehernya. "In case kamu hilang di sana, aku sudah menulis catatan kecil di belakang kalungmu." Aku menempelkan kertas kecil berisikan nama dan alamat rumahku, seandainya dia hilang.
Sesampainya aku di sana, parkiran hampir penuh. Gah. Aku lupa parkiran di sini sedikit.
Aku hendak menggendong Chambers tetapi dia menggigitku. "Argh!" teriakku kesakitan. Ia pun lari sedangkan aku masih menutupi lukaku.
Susah sekali mengejar kucing di tempat publik. Ini semua salahku mengapa aku membawanya ke sini. Sementara dia terlihat masuk ke dalam stadium dan aku masih disini tertatih-tatih. Aku memang bukan orang yang tepat untuk masalah lari.
Ah sial, batinku.
Aku kemudian membayar £17.00 untuk tour sendiri selama 1 jam 30 menit. Jika aku ingin tour guide, aku harus membayar dua kali lipat. Bagiku sangat aneh jika aku dipandu oleh tour guide, kecuali kalau kau ingin ke Museum Arsenal di akhir tour. Atmosfer cukup terasa jika aku berkeliling sendiri.
"Chambers, oh Chambers. Dimana kau?" aku mengitari stadium ini dari barisan paling atas ke barisan paling bawah serta melewati terowongan yang selalu dilalui pemain Arsenal. Aduh, bagaimana ini? Aku bisa gila kalau dia benar-benar hilang.
"Eh, aku baru ingat," kataku, "kan dia punya tanda pemilik di lehernya." Akhirnya setelah berkeliling, aku memutuskan untuk membeli jersey, jaket, scarf, dan tak lupa: aksesoris! Biasalah, namanya juga fans.
Di tengah kesibukanku membawa belanjaan, aku ditabrak seseorang dari depan. Barang-barangku jatuh sehingga aku mengambilnya secepat mungkin. Orang itu juga membantuku.
"Maafkan aku, nona. Aku tidak sengaja menabrakmu." katanya, "Berapa uang yang harus kukeluarkan untuk mengganti semua ini?"
"Ini hanya barang biasa, tidak usah digan--" ia menyodorkan belanjaanku dan saat itu juga aku mengenalinya. "Chamberlain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cal
Short StoryAku Shelby. Sekilas hidupku masih normal sampai orang itu datang di kehidupanku dan menjadi bagian dari hari-hariku. // P E R S O N A L W O R K //