Tujuh

19 4 0
                                    

Ternyata itu mimpi.

"Dih, masa di mimpi bisa mimpi sih?" tanyaku. Pasalnya aku memimpikan diriku yang memimpikan aku yang berumur 8 tahun dan entahlah aku tidak bisa menjelaskannya karena sangat membingungkan. Maksudku, mimpi tentang mimpi; konyol kan? Oh ya, aku melihat Calum kecil dan Calum sekarang. Lama-kelamaan semua ini mengerikan: Calum (dan Thomas) hampir selalu mengisi hari-hariku. Kalau Thomas jangan ditanya. Begini, setiap kali aku pulang kerja, aku selalu bertemu dengannya dalam perjalanan pulang dan kami berdua jalan bersama. Anehnya setiap kali aku mendekati rumah, Thomas selalu ada dan Calum langsung menghilang. Sebenarnya ada apa sih?

"Aku lupa ngasih makan Chambers,"

Aku turun ke bawah mengambil makanan kucing dan menuangkannya di mangkok. "Hey, Chambers. Makananmu sudah siap," sahutku. Seketika seisi rumah langsung hening dan tak terdengar suara kucing. Nah, kemana lagi Chambers? Ya Tuhan, kalaupun dia hilang, hilangkanlah dia di tempat yang dekat agar aku bisa menemukannya. 

Mungkin siang ini akan terasa sejuk kalau aku minum lemonade. 

"Surat!" Sial. Baru saja ambil gelas tiba-tiba ada tukang pos. Aku kemudian keluar menghampirinya.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku.

"Ya," jawabnya, "kebetulan ada surat untuk Anda." Dia menyodorkan dua surat sekaligus. Aku mengambilnya dan kembali bertanya, "Surat untuk saya ada dua kah?"

"Oh tidak," ia menggeleng, "satunya lagi saya titipkan pada Anda -- Itu surat untuk tetangga sebelah."

Lah, kenapa dia memberiku itu? Kenapa gak dikasih aja ke orangnya langsung?

"Kenapa dikasih ke saya?"

"Tadi saya ketuk pintunya tidak ada yang menjawab," jawabnya, "Takutnya surat ini penting, maka dari itu saya titipkan surat ini pada Anda."

Dia hampir saja pergi dengan mobil boksnya sebelum aku mengganggunya lagi. "Ditujukan kepada siapa surat ini?" Kemudian dari dalam tas kecilnya, ia mengeluarkan gulungan kertas yang mungkin berisi nama-nama penerima surat. Tangannya sangat cekatan membolak-balikkan kertas itu. "Itu untuk Mr. Chambers -- Calum Chambers."

Duniaku berubah dalam hitungan detik. Hariku-hariku sudah lama berubah sejak pertama bertemu Calum. Aku belum pernah menceritakan ini pada siapapun, termasuk Thomas sendiri yang paling dekat denganku. Bukan, bukannya aku orang yang tertutup. 

Aku bertemu Calum hampir dua bulan yang lalu. Akhir-akhir ini, setiap aku pulang dari tempat kerja (di café maupun di grocery store), dia selalu ada dan selalu bilang kalau dia tak punya teman untuk pulang. Mungkin saja dia kebetulan berpapasan denganku, tapi maksudku mengapa harus aku yang selalu menjadi teman pulangnya? Apa dia tak punya teman yang tinggal di dekat situ? Tak masalah kalau aku menemaninya saat itu. Lah dia minta aku menemaninya pulang hampir setiap hari, bukankah itu bisa membuatku gila?

Eh iya, kebetulan surat yang ditujukan padaku ini dari siapa ya?

Aku kembali ke dapur untuk menuang secangkir lemonade dan duduk di couch semerdekaku. "Oh, dari Mika," kataku. Mika sedang berada di Brisbane dan dia mengirimku postcard bergambar koala. Aih, lucu sekali koala itu. Di postcard itu dia tak menceritakan kehidupannya yang sementara di Brisbane. Ya, Mika selalu berpindah tempat dikarenakan sering mengadakan penelitian di berbagai tempat. Dia pernah berhubungan denganku lewat Skype dari Mesir, mengirimku postcard dari Australia dan Jepang, dan memberiku tiga kantong plastik penuh dengan bawaannya dari berbagai negara di Eropa dan Asia. Kasarnya sih oleh-oleh. Mika tajir ya, batinku. Mika seorang peneliti dan kerjanya selalu mengunjungi tempat sejenis kebun binatang, penampungan hewan, margasatwa, hutan lindung, dan lain-lain. 

CalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang