Shichi

1.8K 153 7
                                    


Ayahku menatapku aneh begitu aku pulang. "Ada apa dengan rambutmu?" tanyanya. "Aku memotongnya. Hanya untuk merapikan." jawabku. Meski sebenarnya masih belum jelas, tapi ayahku menerima saja alasanku. Begitu aku menutup pintu kamarku, aku menghela nafas. Kuraba rambutku yang kini menjadi pendek. Masih teringat jelas wajah Akashi di bayanganku sesaat sebelum menghukumku. "Aku harus bertahan." kataku mencambuk diriku sendiri.

Setelah kejadian itu, Akashi semakin bersikap dingin padaku. Bahkan dia seperti tidak sudi menatapku. Dibanding hukuman yang dia berikan, itu terasa lebih sakit. Akhirnya, aku memutuskan untuk menjadi manajer di klub basket Rakuzan. "Aku tidak tahu apa lagi rencanamu. Tapi kalau kau berfikir caramu ini bisa menghentikanku, kau salah besar!" kata Akashi saat melihatku menata handuk di tempat loker klub.

"Kau tidak perlu khawatir, Akashi-kun. Aku tidak akan melakukan apapun. Aku hanya ingin bersamamu. Itu saja." kataku tanpa menoleh padanya. Tanganku sibuk merapikan tumpukan handuk.

"Silahkan saja. Tapi jika kau macam-macam, kau akan menyesal." kata Akashi lalu berbalik pergi. Aku menghela nafas begitu Akashi meninggalkan ruangan tersebut.

Kejuaraan Inter High kemudian berlangsung begitu saja. Waktu terasa sangat cepat berlalu. Aku terus berusaha membagi waktu antara klub musik dan menjadi manajer di klub basket. Kejuaraan kali ini cukup sengit. Kudengar, itu karena ajang SMA kali ini adalah pertarungan antar Kiseki No Sedai dengan timnya masing-masing. Tapi, Akashi sama sekali tidak turun selama pertandingan berlangsung. Dia hanya menonton timnya dari bangku cadangan. Karena pada dasarnya SMA Rakuzan itu kuat, maka tidak sulit bagi mereka untuk menjadi pemenang.

"Ayo pergi, Aika!" kata Akashi begitu acara pembagian trofi pemenang selesai. Aku menurut, mengekor di belakangnya. "Kau tak bertanya apapun?" tanya Akashi tiba-tiba. Aku berkedip bingung. Akashi seperti tidak peduli aku akan menjawab atau tidak. Tapi bagiku, itu peluang untuk memperbaiki hubungan kami.

"Aku tidak mau membuatmu marah." jawabku. Akashi tersenyum. "Baguslah. Memang begitu seharusnya!" katanya.

"Akan kuberitahu agar kau tidak salah faham." kata Akashi lagi. "Alasanku tidak ikut dalam pertandingan kali ini adalah karena tidak ada gunanya. Para pemain panggung belum lengkap. Aku tidak tertarik pada pertunjukan yang setengah-setengah."

"Maksudmu anggota Kiseki No Sedai yang lain?"

"Ya. Kurasa waktu yang tepat untukku turun adalah saat Winter Cup. Musim dingin kali ini akan memanas." kata Akashi dengan senyuman jahatnya yang menyeringgai. Melihatnya, aku teringat pada Kuroko. Kudengar SMP Seirin kalah saat melawan SMP Touho. Apa dia juga akan berpartisipasi pada Winter Cup? Pada hari selanjutnya, persiapan untuk pertandingan Winter Cup dimulai. Dapat kulihat Akashi serius dalam hal itu. Dia melatih fisiknya setiap hari. Berlatih sendiri setelah latihan klub selesai. Dan aku, selalu menemaninya. Tak peduli selama apapun dia berlatih, dan dimana pun dia berlatih, aku akan selalu ada di sana. Aku hanya berharap, jika Akashi terus berusaha seperti itu, semoga kecintaannya pada basket dapat mengembalikannya pada Akashi yang dulu.

Semoga....

Beberapa minggu kemudian, hari yang ditunggu tiba. Winter Cup! Akashi tampak sibuk mengotak-atik Hp-nya sejak datang ke gedung. "Aku pergi dulu, ada urusan sebentar." katanya padaku.

"Baik." kataku. Akashi tak mengajakku, artinya aku tidak diizinkan untuk ikut dengannya. "Shino-chan, tolong kemari sebentar!" seru seseorang. Ah~ , aku benci panggilan itu. Panggilan dari salah satu tim inti Rakuzan yang dulu bergelar Raja Tanpa Mahkota, Mibuchi Reo. Meski begitu, aku tak bisa menolak. Di saat seperti ini, aku harus lebih fokus pada tim dari pada satu orang saja.

Beberapa menit kemudian Akashi kembali. Aku mengerutkan alisku menatapnya. "Sebenarnya aku tidak ingin bertanya. Tapi, apa yang barusan terjadi?" tanyaku.

"Tidak ada, aku hanya menyapa rekan se-timku yang dulu."

"Lalu, ada apa dengan rambutmu?" tanyaku.

"Ah, aku memotongnya. Poniku terlalu panjang."

"Kenapa tidak bilang? Lihat, potongannya berantakan. Tunggu sebentar, akan kurapikan." kataku sambil mengambil gunting dari kotak serba guna. Akashi menurut saja. Dia diam saat aku mulai memangkas rambutnya yang mencuat tidak rapi.

"Yap, selesai!" kataku.

"Terima kasih." kata Akashi. "Apa pertandingannya sudah di mulai?" tanyanya.

"Iya. Saat ini Seirin dan Touho sedang bertanding. Mau melihat?"

"Tentu saja." kata Akashi sambil berdiri. "Ayo!" katanya lalu beranjak.

Aku dan Akashi menonton dari sisi lapangan. Akashi menyilangkan tangannya mengamati jalannya pertandingan. Dari yang kulihat, dia sangat tertarik. Senyumnya merekah mengerikan saat kedua ACE tim beradu kekuatan ZONE mereka. Pertarungan antara Aomine Daiki dengan Kagami Taiga. Kedua orang itu benar-benar menguasai jalannya pertandingan. Seolah musuh mereka hanyalah orang yang ada di depannya. "Zone, ya?" gumam Akashi.

"Siapa menurutmu yang akan menang, Aika?" tanya Akashi.

"Aku tidak tahu." jawabku apa adanya. Akashi tersenyum. "Seirin. Kurasa cahaya baru telah muncul. Ini semakin menarik." katanya. Sesuai perkataan Akashi, Seirin menang. Akashi pergi begitu saja setelah melihat akhir pertandingan. Dan seperti biasa, aku mengekor di belakangnya. Setelah ini Rakuzan akan bertanding. Aku melirik ke Kuroko yang sedang bersorak bersama rekan se-timnya. Ah, aku pernah melihat pemandangan itu. Saat Akashi bersorak bersama timnya dengan kemenangan mereka dulu.

Hei, Kuroko-kun. Kau akan menepati janjimu, kan?

*
*
*
*
*
*
*
*

Anim_FUI :

Chaptet selanjutnya akan dipersingkat saat Akashi melawan Shuutoku.

Jangan lupa follow Anim ya???
Vote dan komentar juga sangat kami nanti.

Beside You (Fanfict Story of Akashi Seijuro)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang