Juu Go

1.7K 155 3
                                    


Malam di musim dingin memang senyap. Kebanyakan orang memilih berada dibalik selimut dan kotatsu (meja penghangat) dibanding keluar rumah. Teorinya seharusnya seperti itu. Akashi tadi juga sudah berpamitan pada Momoi-san bahwa dia akan mengantarku pulang ke rumah. Tapi, kenapa dia malah mengajakku ke sini?

Sepanjang yang kulihat, hanya hamparan rerumputan. Bulan sedang purnama, sehingga aku bisa melihat sekelilingku dengan baik. Akashi masih membelakangiku, membiarkan aku terenggah-enggah mengatur nafas sendirian di belakangnya. 

"Apa kau mengingat sesuatu tentang tempat ini, Shinomiya-san?" tanya Akashi kemudian. 

Aku terdiam. Mengedarkan pandangan mencoba mencari petunjuk untuk mengenali tempat ini. Dan perhatianku terhenti pada sebuah pohon yang diliit tali putih. Pohon keramat yang kabarnya ditunggui oleh Dewa Keberuntungan. Aku tersenyum. Dia memang Akashi-ku yang dulu. "Tentu saja aku ingat. Tidak, aku tidak akan lupa." jawabku. 

Akashi berbalik, menyunggingkan senyum hangat yang sangat menawan tertimpa sinar rembulan. Lagi-lagi, perasaan itu muncul. Perasaan hangat menyeruak di dalam dada. Jantung yang berdebar setiap menata wajahnya itu. 

"Shinomiya-san." Akashi berkata pelan. "Panggil namaku."

Aku terpaku. Sedikit bingung dan bimbang. Tapi sorot matanya seakan menyiratkan kesenduan. Seperti rasa rindu yang sudah tertahan lama. "Akashi..-kun." kataku. Akashi tak bergeming. Tetap diam menatap dengan senyumannya. "Aka..shi-kun..." suaraku sedikit tercekat. Ini buruk, aku sangat payah! Aku hanya mengucapkan namanya, dan aku mulai menangis. Betapa cengengnya aku!

Akashi tersenyum semakin lebar. Dengan tatapan sayunya. "A..kashi...-kun.." tangisku pecah. Sedetik kemudian Akashi memelukku. Mendekapku dengan erat. Aku semakin tersedu. Kuucapkan namanya berkali-kali meski terputus-putus. "Ya, aku di sini Shinomiya-san. Ini aku. Akashi Seijuro." kata Akashi lembut. 

"Akashi-kun...hiks! Akashi-kun..." aku seperti kerasukan, terus menangis meneriakkan nama Akashi. Tangan Akashi membelai rambutku. "Maaf aku baru kembali. Kau sudah melewati banyak hal. Aku benar-benar minta maaf, Shinomiya-san." 

Tangisku tak terhenti. Aku ingin meluapkan semuanya sekarang. Rasa sakit, rindu, sedih, takut, lega, senang, dan berbagai perasaan yang berbaur menjadi satu ini ingin aku luapkan. Aku ingin Akashi tahu bahwa aku, amat-sangat mencintainya, sampai kapanpun.

"Kau bahkan mengalami hal buruk. Aku minta maaf."

Tangisku semakin menyurut, menjadi sebuah isakan kecil. Kurasa semuanya sudah terlampiaskan. Tapi aku masih membenamkan diri di pelukan Akashi. Aku malu jika dia melihatku dengan wajah seperti ini. Akashi kembali mengusap rambutku.

"Aku mencintaimu, Shinomiya-san." ucapnya pelan disertai kecupan ringan dikepala. Aku tak lagi bisa berkomentar. Akashi terlalu hebat meluluhkan hatiku. Kuakui aku tergila-gila padanya. Bahkan kalimat pendek itu, seketika menghangatkan hatiku. Membuat wajahku bersemu merah, sehingga kubenamkan wajahku lebih dalam ke pundaknya yang kecil namun kokoh itu. 

Dulu, ditempat ini, Akashi pernah menangis sendirian di bawah pohon saat ibunya pertama kali masuk rumah sakit. Tentu saja dia akan terus seperti itu jika aku tidak menemukannya. Itu adalah pertama kalinya aku melihat Akashi sekacau itu. Dia bahkan tidak sekacau itu saat pemakaman ibunya beberapa tahun kemudian. 


10 Tahun yang lalu...


Angin berhembus kencang di hamparan rerumputan itu. Akashi kecil menangis tersedu di balik pohon besar yang dianggap keramat oleh masyarakat sekitar. Tangisnya bahkan tidak terhenti saat seorang gadis menghampirinya dengan meneriakkan namanya berkali-kali. Gadis itu berusaha menenangkan, tapi Akashi kecil sangat ketakutan.Tangisnya malah semakin lebih kencang dari sebelumnya.

"Ibu tidak akan mati, kan? Tidak akan, bukan? Aku... aku tidak akan sendirian, bukan?"

"Akashi-kun bodoh! Kenapa bicara hal buruk seperti itu?!", akhirnya gadis itu membentaknya dengan teriakan yang hebat. 

"Tapi... tapi..."

"Kita sedang di depan Dewa tahu! Bicaralah yang baik-baik supaya dia bisa mengabulkannya." 

"Dewa? Di pohon ini ada Dewa?"

"Ada yang bilang ini pohon keramat. Pohon ini dihuni oleh Dewa Keberuntungan. Jadi kalau ingin do'a kita dikabulkan, kita harus berkata dan memohon yang baik-baik."

"Itu hanya rumor, kan?"

"Rumor atau bukan, aku tidak tahu. Tapi, tidak ada salahnya dicoba, bukan? Aku berharap Bibi bisa kembali sehat, sehingga bisa menemani Akashi-kun bermain lagi."

Akashi kecil menatap takjub pada gadis di depannya yang berdo'a untuk kesembuhan ibunya, sedangkan dia malah menangis dan tidak melakukan apa-apa. Dengan segera dia menyeka air matanya dan menyusul disebelah sang gadis untuk berdo'a bersama. Ditengah do'anya, dia membuat sumpah. Jika ibunya dapat kembali sehat, dia akan melindungi gadis itu kelak, membalas kebaikannya, sampai kapanpun.


******************************************************************************************

Anim_FUI

Yosha! Akhirnya keburu juga update. Telat banget ya? Maaf2....

Sudah selesai tapi belum sempat publish, hehehehe

#dikeroyokpembaca

Jangan lupa vote dan kometar ya?

Kritik dan saran anda sekalian sangat kami harapkan dan nantikan

Ikuti terus kisah cinta Akashi dan Aika, ya?

Jaaa~~~

Bye-bye....

Beside You (Fanfict Story of Akashi Seijuro)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang