Aerial

14 3 0
                                    

Air tenang (biasa) menghanyutkan.

Aku kenal betul dengan seorang yang cocok dengan peribahasa itu. Dia pendiam, dan sesuai makna peribahasa itu, pengetahuannya banyak. Saking banyak pengetahuannya, aku telanjur cinta padanya. Telanjur? Tadinya aku bukan mendekati karena suka pada rupanya—dia memang enak dipandang. Aku mendekatinya karena Pak Guru memasangkan kami buat tugas kelompok—satu kelompok berdua. Waktu itu pun aku sempat kesulitan menyesuaikan diri dengannya karena, ya itu tadi, dia banyak diam.

Tak sepatah kata pun ia katakan ketika bertemu denganku jika aku tak mulai duluan. Ia pula jarang menatap mataku, tetapi juga sering 'tertangkap basah' sedang memandangku. Namanya Aerial. Aerial berarti 'pemandangan'—dalam bahasa Inggris. Bukankah begitu?

Jika benar namanya berarti pemandangan, maka ia termasuk kategori 'indah'. Pemandangan indah. Terutama matanya yang selalu bersinar, meskipun ia jarang mendongakkan kepalanya untuk menatapku. Namun, setiap kali ia berbicara, aku selalu memperhatikan bukan saja perkataannya, tetapi juga caranya berkata; sudut bibirnya menukik ke atas, seperti juga cara Drew Barrymore bicara; senyuman samar yang entah disengaja atau tidak; sepasang mata yang seolah menatap langsung gambaran di dalam kepalanya—aku tidak pernah bisa menduga apa yang muncul di kepalanya ketika kami ngobrol tentang film, misalnya.

Kadang sulit membedakan apakah seseorang yang tidak pandai berkata-kata itu pendiam atau pemalu, tapi Aerial jelas bukan orang yang tak pandai berkata-kata. Ia punya perbendaharaan kata yang banyak, dan baru terdengar jika diminta. Itu patut disayangkan. Menurutku, ia bisa menjadi seorang orator ulung.

Only when we get to see / the aerial view... Sejak mengenalnya, kata 'aerial' yang kudengar, baik itu lagu atau sekadar kata yang diucapkan orang di tv atau kata yang kubaca dari mana pun, memori visualku hampir selalu merujuk pada Aerial. Sekali, tentu saja, ketika sensasi itu belum mulai muncul dan 'mengganggu'.

Kini aku seperti seorang pembosan; tiba-tiba saja tak ada sehari pun tanpa keinginan mendengarkan lagu yang baru, film yang baru, kegiatan baru, bahkan imajinasi baru, tetapi kepalaku selalu mandek di satu hal: Aerial. Lagu-lagu yang kudengar di radio kedengaran usang, padahal lagu itu belum lama masuk playlist; lagu-lagu yang tersimpan di PC apalagi. Film-film di televisi juga tak menggugah seleraku, seperti kaset-baru lagu-lama. Satu-satunya penghibur hanya buku-buku fiksi pernah kubaca. Ada beberapa buku yang terasa 'baru' karena adanya kesan tambahan saat dibaca ulang, meski aku sudah tahu akhir ceritanya.

Hmmmm. Aku mau Aerial, si penghilang rasa bosanku. Mungkin. Pokoknya, aku butuh berkomunikasi dengan seseorang. Seseorang yang...seperti Aerial. Hah! Dia lagi. Tidak bisakah aku memikirkan yang lain saja, yang bukan berwujud manusia? Yang bukan... Aerial?

Aku menyesal menyimpan nomer handphone-nya di hp-ku. Aku menyesal, terutama di saat seperti ini. Sungguh. Semestinya dari awal aku tidak sekelompok dengannya. Atau mungkin, semestinya aku tak bicara padanya. Tanpa kuajak bicara duluan ia takkan memulai percakapan, toh? Dan kini, aku menyesal telah membuka inbox SMS yang hampir kebanyakan dari Aerial.

Aku merasa tidak pantas mencintainya. Aku merasa bersalah. Rasanya hampir seperti berbohong ketika ditanya, "Kamu ya, yang mecahin guci Mama?", lalu kujawab, "Bukan!" padahal memang aku yang memecahkannya. Ada yang bilang, 'cinta itu tidak pernah salah', 'cinta itu buta' (aku pribadi sudah tahu kalau cinta itu baru dikatakan buta dari sudut pandang tertentu). Benarkah begitu? Benarkah cinta tidak pernah salah? Bagaimana kalau cinta itu muncul dari dan kepada orang yang tak sesuai?

***

Suatu hari, aku bermimpi.

Dalam tidur, aku mimpi berada di rumah dengan lanskap alam yang indah; hamparan hijau dengan bukit kecil, bunga matahari mekar semekar-mekarnya, pepohonan berbuah besar dan matang di kiri-kanan. Belum lagi danau tenang di tengah-tengahnya. Aku mendengar bunyi percikan air, tapi tak menemukan sumbernya.

Lelaki Bermantel PanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang