Letters of 6 Days

440 24 24
                                        

Sebuah cerita dari junpino

--------

Stabilo

Ibarat stabilo, kamu telah membuat bagian hidupku berwarna

Fokusku hanya menjadi satu-Kamu

Kamu yang tampak terlalu bersinar di dunia ini

Tanpa kusadari karena kamu bersinar,

Kamu telah membuat ingatanku melayang padamu ketika mataku terpejam

***

Erin melipat kertas berwarna hijau muda itu dan meletakkannya kembali ke dalam loker. Erin mendesah pelan dan memijit kepalanya yang sedikit pusing akibat mengingat rangkaian kata yang ada di dalamnya.

"Dapet surat dari secret admirer lagi?" tanya Ana sambil menaikkan dagunya ke arah kertas itu.

Erin pun menoleh cepat ke arah Ana dan tersenyum, "Iya, gak tahu nih dari siapa."

Ana tertawa pelan sambil menepuk pundak dua kali, "Yang sabar yah, aslinya aku juga penasaran siapa sih yang kirim ke kamu." Ana pun mengerucutkan bibirnya ke depan.

Erin tertawa pelan sembari menutup pintu loker yang bertuliskan '707'. Berbaliklah dirinya menghadap Ana yang kini matanya membulat layaknya boneka.

"Hayu, kita ke kelas."

Ana mengangguk dan membuka mulutnya, "Udah ngerjain PR?" tanyanya sambil menyengir lebar.

Erin pun menangguk dan Ana pun langsung mengkedipkan mata melihatku-mulai mengkode, "Pinjem yah."

Baru saja Erin ingin merespon sebuah tangan yang besar menarik kerah baju Ana ke belakang. Ana pun terbatuk-batuk dan memaki-maki ketika melihat orang yang menariknya itu. "Setan! Dasar kutil ih! Bisa-bisanya kamu nyakitin aku, Kita putus!!" jerit Ana dengan wajah yang memerah karena kesal.

Geo pun dengan segera merubah air mukanya dari tersenyum lebar menjadi wajah yang ketakutan. Dia berusaha memegang tangan Ana, "Please beb, jangan marah sama aku. Aku bercanda aja tadi, maaf yah. Tapi tolong jangan putusin aku." Ana langsung mencibir dan berjalan cepat menyusuri lorong sekolah. Diiringi teriakan Geo yang meminta maaf.

"Geo nyebelin! Aku benci! Buat apa juga aku di panggil 'say' kamu pikir aku sejenis sayuran hah?!" marah Ana ketika Geo berhasil menangkap pergelangan tangannya. Geo pun mengacak-ngacak rambutnya dan menengadah ke arah langit. "Oh Tuhan, tabahkan hati hamba!" keluh Geo terdengar frustasi. Erin pun tertawa menatap drama bergenre roman-komedi tersebut pagi-pagi. Menurutnya, kedua orang itu sangat lucu ketika berantem.

Tiba-tiba, Erin merasa pengin punya pacar. Pikirannya pun melayang ke arah surat yang berasal dari 'secret admirer'nya. Siapa sih cowok itu?. Batin Erin bertanya-tanya akan misteri itu. Dia pun menggelengkan kepala, "Nggak, jangan di pikirin Rin! Astaga, jangan baper pagi-pagi akh!" gumamnya pada diri sendiri sambil menepok jidatnya berulang kali.

Ia pun menghampiri Ana dan Geo yang sekarang berpeluk-pelukan manja. Erin tertawa kecil dalam hati. "Tadi berantem sekarang malah peluk-pelukan. Mungkin kalau kisah mereka di jadikan film, orang-orang bisa muntah lihat adegan mereka. Eh, tapi kalau yang jones sih pasti bakal gigit jari." ucap Erin dalam hati sambil menggelengkan kepala menatap dua sejoli tersebut.

"Guys, stop that drama okay, we should go to the class now."

Ana dan Geo pun melepaskan pelukan dengan wajah yang memerah.

AnalogiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang