5

314 30 7
                                    


Author's POV 

Zayn melajukan mobilnya menuju rumah sakit untuk melihat keadaan Lia, berharap ia segera sadar dari koma nya. Zayn benar-benar meninggalkan the boys demi Lia. Ia tidak peduli apa yang akan mereka lakukan terhadap dirinya besok. He doesn't give a fuck anyway.

Zayn memasuki ruangan Lia, menghampirinya dan mencium keningnya lembut. Seketika itu juga tubuh Lia bergetar hebat. Zayn panik, sangat panik. Ia kemudian memanggil dokter untuk menangani Lia. Pria itu terus berdoa untuk keselamatan Lia.

Saat dokter yang menangani Lia keluar dari ruangan, Zayn langsung menghampirinya.

"Apa yang terjadi pada Lia, Dok? Dia baik-baik saja kan?" tanyanya panik.

"Lia telah sadar dari koma nya, dan ia akan segera kembali pulih," ucap dokter itu tersenyum. Mata Zayn berbinar.

"Bolehkah saya masuk ke ruangannya?"

"Silahkan,"


Zayn's POV

Aku pun masuk ke ruangan Lia. Aku tidak bisa mendeskripsikan kebahagiaanku sekarang. Aku melihatnya sedang menatap langit-langit. Aku berdeham.

"Zayn?" ucapnya sambil menatapku tidak percaya.

"Yeah it's me," ucapku tersenyum lalu berjalan ke arahnya.

"Sedang apa kau disini?" That's it. Aku tahu dia tidak bermaksud kasar, tetapi pertanyaannya membuat hatiku sakit. Aku hanya tersenyum lemah dan menunduk.

"Maaf, aku tidak bermaksud begitu," ucapnya lagi. Aku hanya tersenyum dan mengangguk.

Lia's POV

"Sedang apa kau disini?" tanyaku dengan nada yang sedikit meninggi. Aku masih takut dengan apa yang akan Zayn lakukan kepadaku. Aku takut ia menyakitiku lagi. Zayn tersenyum lemah dan menunduk. God, aku jadi merasa bersalah.

"Maaf, aku tidak bermaksud begitu," ucapku lagi kepadanya. Ia hanya tersenyum dan mengangguk.

"Zayn?" ucapku memecah keheningan.

"Ya?"

"Boleh tolong ambilkan aku air? Aku haus," Ia mengangguk dan mengambil segelas air putih dan memberikannya kepadaku. Aku tersenyum dan berterima kasih.

"Eh...Lia?" ucapnya sambil menggaruk kepalanya.

"Kenapa?" Ia lalu menghampiriku dan menggenggam tanganku dengan lembut. Aku sedikit tersentak saat dia menggenggam tanganku. Hatiku berdebar sangat kencang, perutku penuh dengan kupu-kupu. Rasanya canggung sekali. Ada sedikit perasaan takut di dalam diriku. Takut ia akan menyakitiku lagi.

"Lia, aku ingin meminta maaf atas apa yang telah aku perbuat kepadamu. Aku menyesal, Lia, aku bersumpah aku menyesal telah menyakitimu. Aku ingin memulai dari awal lagi. Aku berjanji aku akan selalu menjagamu. Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu lagi, Lia. Maafkan aku," aku meneteskan air mataku, begitu juga Zayn. Ia memandangku dengan matanya yang merah. Tatapannya seperti ia benar-benar menyesal. Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku memaafkannya dan memberikannya kesempatan untuk memulai dari awal lagi? Tetapi aku takut, aku masih takut untuk percaya kepada orang lain.

"Zayn, beri aku waktu. Beri aku waktu untuk memikirkannya," aku menatap matanya. "Aku takut. Aku masih takut untuk percaya kepada orang lain, Zayn,"

"Baiklah Lia, dan aku ingin membuktikan bahwa aku ingin benar-benar berubah. Aku akan selalu menjagamu. Percayalah padaku," ia menggenggam erat tanganku.

why me? ↠ one directionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang