9

248 24 11
                                    


Happy reading!

--

Zayn's POV

Aku berjalan di koridor sekolah sambil mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Tetap saja, batang hidungnya pun tidak muncul-muncul.

Sudah 45 menit aku menunggunya. Tetapi ia masih tidak muncul juga. Aku menghela nafasku berat.

"Ugh.. kenapa ia tidak muncul-muncul juga?" gumamku.

"Menunggu seseorang yang mengkhianatimu huh?" aku menoleh ke sumber suara itu. Not again, Harry.

"Apa yang kau inginkan?" semburku.

"Kenapa kau bisa sebodoh itu Zayn? Kau rela menunggu seseorang yang mungkin sekarang sudah mengkhianatimu." kata-kata Harry membuatku bingung.

"Apa maksudmu?"

"Kau sedang menunggu gadis itu kan?" Harry berjalan mendekat ke arahku.

"Sayang sekali, aku rasa sekarang ia sedang bermesraan dengan anak baru itu." bisik Harry. Aku dapat merasakan seringaiannya dari kata-kata itu. Aku mendorong tubuh Harry.

"Dimana dia sekarang?!" aku berteriak padanya. Aku yakin sesuatu telah terjadi dengan Lia. Dan itu semua pasti ulah Harry. Ia tidak menjawab pertanyaanku, melainkan berjalan pergi meninggalkanku.

Aku berlari keluar gedung sekolah dan hendak pergi ke halaman sekolah. Seketika itu tubuhku membeku melihatnya sedang berciuman dengan anak baru itu. Hatiku nyeri. Bagaimana bisa ia melakukan itu padaku? Aku menggelengkan kepalaku kecewa, dan segera berlari menuju parkiran. Aku melajukan mobilku ke klub.


Lia's POV

Aku membuka pintu rumahku- maksudku Zayn. Aku menyelinapkan kepalaku ke dalam. Rumah Zayn tampak sepi.

"Hello?" sahutku. Tidak ada jawaban. Aku menghela nafas dan masuk ke dalam rumah Zayn, tidak lupa untuk menguncinya. Kemudian aku berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air putih lalu berjalan ke kamarku.

Segera aku mengganti bajuku yang kotor akibat darah Luke tadi. Aku merebahkan diriku di kasurku yang empuk. Memikirkan kejadian yang barusan aku alami. Aku menyentuh bibirku, dan tersenyum mengingat hal itu- Luke dan aku. Aku memejamkan mataku sebelum akhirnya jatuh tertidur.

***

Aku terbangun dari tidur nyenyakku. Melirik jam dinding yang menunjukkan pukul...8 malam?! Apa aku selelah itu sampai tidur lama sekali seperti ini? Aku bahkan belum membersihkan tubuhku.

Aku mengambil handphone ku yang tergeletak di atas kasur ku dan segera keluar dari kamar. Apa Zayn belum pulang? Kenapa rumahnya masih sama sepi nya seperti aku pulang tadi? Aku segera mengecek handphone ku. Tidak ada pesan ataupun panggilan. Aku akan menelepon Zayn kalau begitu.

'Halo?!'

'Zayn?'

'Apa yang kau inginkan?!'

'Zayn, ini aku, Lia. Kau dimana?'

'Peduli apa kau tentangku hah?!'

'Z-zayn kenapa kau-'

Tut Tut Tut

Zayn memutuskan sambungan teleponnya. Ada apa dengannya sebenarnya? Mengapa ia membentakku? Apa mungkin ia mabuk? Aku mendengar suara bising di seberang sana, sepertinya ia sedang di klub. Ahhh. Aku mengacak rambutku frustasi.

**

Aku mencoba untuk melupakan kejadian Zayn tadi dengan menonton televisi. Setelah kurang lebih satu setengah jam aku menonton televisi, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Aku yakin itu pasti Zayn. Aku segera berlari ke depan pintu dan membukakan pintu untuk Zayn.

why me? ↠ one directionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang