12

273 17 21
                                    




Aku menggigit donat milikku dan mengunyahnya dengan malas. Masih memikirkan suara yang meminta maaf padaku tadi. Apa mungkin itu hantu? Aku bergidik ngeri, suara tawa Luke menyadarkanku dari pikiran itu.

"Apa?" aku menatapnya bingung.

"Wajahmu sangat lucu. Kau seperti sedang memikirkan sesuatu yang mengerikan. Apa yang kau pikirkan?" tanya Luke. Ia masih berusaha untuk menghentikan tawanya. aku hanya memutar bola mataku.

"Kau tahu? Saat kita berjalan menuju cafeteria, aku mendengar suara samar yang mengatakan 'i'm sorry'. Itulah apa yang aku pikirkan tadi. Apa mungkin itu hantu? Bagaimana menurutmu?"

"Aku tidak tahu. tapi bisa saja itu hantu." ucap luke sambil menyeringai.

"Hi Luke." aku tersentak melihatnya yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapan ku dan luke.

Si alis tebal aka Arzaylea.

"Oh, hey. what's up?" kata Luke ramah. perempuan beralis tebal itu langsung menunduk malu. what the f?

"Apa kau ingin mengerjakan tugas Mr.Brown hari ini?" tanyanya sambil membenarkan rambutnya centil. ya tuhan.

"Uh, sure." ucap Luke sambil tersenyum.

"Di rumahmu?"

"Kalau kau mau."

"Tentu saja aku mau."

"Okay, nanti kita pulang bersama ke rumahku."

"Okie. see ya later Luke." Arzaylea melambaikan tangannya ke arah Luke lalu berjalan menuju toilet untuk melukis alisnya lagi, mungkin?

"Dia terlihat baik." ucap Luke tiba-tiba. Aku hanya memutar kedua bola mataku. Hm, aku tidak yakin.

"Oh ya, kau tak apa dengan Liam?" tanya lelaki berambut blonde ini.

"It's okay. Aku rasa ia tidak seburuk teman-temannya." aku tertawa kecil, diikuti dengan luke.

**

Finally, bel pulang telah dibunyikan. Aku merapikan buku-bukuku dan memasukkannya ke dalam tasku. Baru saja aku ingin mengajak lelaki berambut pirang ini berbicara, ia sudah buru-buru keluar kelas. Mungkin ia tidak ingin telat menjemput si alis tebal itu.

"Hey." merasakan seseorang menepuk pundakku, aku menoleh.

"Oh hai. Ada apa?" tanyaku.

"Astaga, kau lupa? Tugas dari Mr.Brown tadi." Liam menggelengkan kepalanya. Ya tuhan, aku lupa.

"Ohh ya, aku lupa. Erm, kapan kau mau mengerjakannya?" tanyaku lagi.

"Sekarang. Di rumahku ya?" aku mengangkat bahuku enteng. "Tentu."

"Ayo."

**

Tugas kami sudah selesai dari satu jam yang lalu. Sekarang aku hanya duduk dan memperhatikan Liam memainkan ponselnya.

"Liam? Boleh aku pulang?" ia mendongakkan kepalanya dari ponselnya dan menatapku.

"Tunggu sebentar." ucapnya.

"Menunggu apa la-" ucapanku terpotong oleh sahutan mama Liam dari bawah. "Liam! Mom akan pergi keluar sebentar! Jangan tinggalkan rumah!" Liam menyahut balik dari lantai atas.

"Dia akan kemari 5 menit lagi." ucap Liam. aku mengernyitkan dahiku bingung.

"Siapa?" Liam mengabaikan pertanyaanku. mungkinkah itu... Harry? No no no this can't  be good.

"Liam, apa Harry akan kemari?" tanyaku khawatir. Liam hanya melemparkan senyumannya kepadaku. aku menggenggam lengannya, "Li, jawab aku. Harry akan kesini kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

why me? ↠ one directionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang