7

279 31 11
                                    


(Luke Hemmings on mulmed).


Aku berjalan menuju kelas sejarah. Ketika aku masuk, semua mata tertuju padaku. Aku hanya mendesah dan segera mengambil tempat duduk yang paling belakang. Ya, hanya murid yang 'populer' yang dapat duduk di depan.

"Ei slut! where've you been?" aku menghembuskan nafas dan menunduk. Hey! siapa yang pelac ur disini? Ia bahkan telah ditiduri banyak lelaki, tidak bisa dihitung jumlahnya. Ia adalah Taylor. Mantan kekasih Harry. Cih, sebenarnya mereka pasangan yang serasi. Sama-sama tidak punya hati dan kejam.

"Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Apakah kau terlalu malu untuk menjawab bahwa kau telah ditiduri beberapa lelaki se-pekan ini?" katanya sambil tertawa licik. Semua murid yang ada di kelas juga ikut tertawa.

Bel berbunyi, menyelamatkanku dari olokan dan tawa dari semua murid kelasku.

Sejarah termasuk pelajaran yang kusukai. Karena Mr. Steward, guru sejarah kami, termasuk guru yang paling asik. Ia selalu bisa membuat seisi kelas tertawa karena lelucon yang ia buat.

"Selamat pagi, semuanya!" sapanya dengan hangat. 

"Well, kelas ini kedatangan murid baru dari Australia. Aku harap kalian bisa menghargainya. Silahkan masuk, Hemmings." Mr.Steward mempersilahkan masuk.

Ketika murid baru itu masuk kelas, seluruh isi kelas berseru

'Ooohhh'

'Oh my gosh'

'Ya Tuhan, dia tampan sekali'

Memang benar, ia sangat tampan, dengan rambut blonde dan menjambul keatas. Matanya berwarna biru dan sangat indah. Ia memiliki lip piercing di sudut bibir bawahnya, membuatnya terlihat...seksi. Ya Tuhan. Aku yakin setelah ini pasti perempuan di sekolah mengelilinginya. Tak heran jika ia pasti akan menjadi murid baru terpopuler di sekolah ini.

"Hi. I'm Luke. Luke Hemmings. Senang bertemu dengan kalian." sapanya pada seluruh kelas dan memberikan senyuman mautnya.

'Aww bahkan namanya sangat tampan'

'Aku suka namamu'

'Jadilah kekasihku!'

"Okay, Luke, kau bisa duduk di sebelah..." Mr. Steward mengedarkan pandangannya dan tertuju padaku.

"Aha, kau bisa duduk di sebelah Lia. Lia, bisakah kau mengangkat tanganmu?" seketika itu juga seluruh murid berseru

'REALLY'

'Kenapa harus jalang itu'

'Ia tidak pantas duduk dengan lelaki tampan seperti Luke!'

'No fucking way'

'Luke, kau bisa duduk denganku!'

'Slut slut slut' 

Aku mendesah dan mengangkat tanganku. Kemudian Luke menghampiriku dan duduk di sebelahku.

"Hi..."

"Lia." sambungku sambil tersenyum.

"Oh Lia. Aku Luke." sapanya sambil mengulurkan tangannya.

Aku menjabat tangannya, lalu tertawa kecil.

"Aku tahu. Kau baru saja memperkenalkan dirimu di depan kelas, dan tentu saja aku kasih ingat namamu, Luke." kataku. Ia terkekeh.

"Mengapa kau memilih tempat duduk paling belakang?" tanyanya polos. Aku menghembuskan nafasku.

"Karena aku bukan termasuk murid yang populer." jawabku dengan suara yang mengecil.

"Maksudmu?"

"Hanya murid yang populer yang bisa duduk di bagian depan kelas." jawabku.

Luke membuka mulutnya lebar-lebar.

"Jadi, kau bukan termasuk murid yang populer, dan karena itu kau duduk di bagian belakang kelas?" aku mengangguk dan tersenyum lemah.

"Aku harap kau tidak menjauhiku hanya karena aku bukan termasuk murid yang populer."

"Hey! Aku bukan orang yang ingin berteman hanya untuk mencari ke-popularitasan. Dan tentu saja aku tidak akan menjauhimu. Aku yakin kau anak baik-baik." ujarnya sambil menyengir. Aku hanya tersenyum kepadanya.

---

Bel istirahat berbunyi. Aku segera merapikan buku-buku milikku dan hendak pergi ke loker. Aku hampir tidak pernah pergi ke cafeteria lagi. Lagipula untuk apa? Aku tidak memiliki siapapun untuk menemaniku pergi kesana, selain itu disana aku hanya dijadikan bahan tawaan. Kau tahu? Harry dan teman-temannya sering kali melempariku makanan jika aku menginjakkan kakiku di cafeteria.

"Hey! Kau mau kemana?" aku menoleh dan mendapatkan Luke berlari kecil menghampiriku.

"Ke lokerku. Menaruh buku-buku ini." jawabku sambil berjalan lagi.

"Kau tidak ke cafeteria?" tanyanya membuatku mendesah mengingat apa yang pernah dilakukan Harry dan teman-temannya kepadaku di cafeteria.

"Tidak. Aku lebih memilih untuk pergi ke taman belakang sekolah daripada harus pergi ke cafeteria."

"Kenapa?" seandainya kau tahu, Luke. Seandainya.

"Aku tidak punya teman untuk menemaniku pergi kesana."

"Aku disini. Ayolah, temani aku pergi kesana. Kau akan aku traktir, bagaimana?" ajaknya. Aku terdiam.

"Ayolah Liaaa. Please please please?" bujuknya seraya berpura-pura manyun. Aku tertawa kecil melihat tingkahnya.

"Baiklah. Aku akan menemanimu." Luke berloncat dan memelukku singkat, lalu meletakkan satu lengannya di pundakku, dan kami pun berjalan menuju lokerku untuk menaruh buku-bukuku ini.

Saat kami hendak berjalan ke cafeteria, tiba-tiba saja aku mengingat Zayn. Kemana dia? Aku belum melihatnya lagi sejak pertengkarannya dengan Harry.

"LIA!!!" seseorang meneriakki namaku. Aku menengok dan ternyata itu adalah Zayn. Ia berlari ke arahku dengan cengiran di wajahnya. Aw.

Zayn memelukku singkat, dan tiba-tiba senyumannya memudar ketika melihat ke arah Luke.

"Siapa dia?" tanya Zayn dingin.

"Oh, dia murid baru di kelas sejarahku. Namanya Luke."

"Luke." Luke hendak 'brofist' dengan Zayn, tetapi Zayn mengabaikannya.

"Zayn." ucap Zayn dingin. What the hell is wrong with him?

"Aku dan Lia akan pergi ke cafeteria. Apa kau ingin ikut dengan kami, Zayn?" ajak Luke kepada Zayn. Zayn segera menggenggam tanganku.

"Tentu saja, aku ingin selalu bersama kekasihku." Luke ber-'ooohh' ria.

"Hei! Kau bicara apa? Tidak, kami bukan sepasang kekasih." elakku sambil tertawa kecil. Seketika itu Zayn mempererat genggaman tangannya. Tetapi kali ini bukan ketenangan dan kehangatan yang aku rasakan, kali ini ia seperti mencengkeram tanganku. Ada apa denganmu, Zayn? 

.

.

.

.


Aww Zaynnn. Maap ya chapter 7 nya dikit banget : (  

Thanks for reading! Jangan lupa Vote dan Comment yaaa. TerimaKasih x





why me? ↠ one directionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang