Laki-Laki Dingin dan Gadis Bermata Hazel

238 9 0
                                    

Laki-laki itu berdiri di kursi kebesarannya dengan papan nama Aditya Wiranto Kusuma dengan label CEO. Dia yang akan menjadi bos-ku benar-benar tampan tapi dingin sekali seperti serasa di kutub. Aku rasa dia memindahkan separuh es kutub ke sini. Salahku sendiri aku hanya memakai blouse tanpa lengan dan rok mini yang tidak cukup untuk menghalau aura dingin yang laki-laki ini pancarkan. Tapi aku benar-benar senang serasa bagaikan mendapat bonus akhir tahun bahkan sebelum aku memulai bekerja. Aku menscan laki-laki ini dari atas sampai bawah. Badannya tegap berisi dengan otot yang tidak terlalu berlebihan. Aku rasa produk gym. Pandangan matanya tajam membuat perempuan yang dipandanginya merasa panas dingin if you know what I mean dan hidungnya mancung. Kulitnya sawo matang tampak eksotis didepan mataku. Semua yang ada pada dirinya pas. Mirip dengan artis Indonesia kalo tidak salah namanya Ario Bayu. Tapi dia lebih tampan. Aku menebak sepertinya tinggi badannya di atas 180-an soal. Aku memakai stiletto yang membuat aku lebih tinggi 12 cm dari tinggiku yang hanya sekitar 153 cm. Tetap saja aku merasa terintimidasi. Belum lagi jika aku berbicara dengannya, aku harus mengangkat mukaku tinggi-tinggi. Hal ini benar-benar membuatku tidak percaya diri. Jangan salah sangka, aku menyayangi ibuku karena ibukulah yang memberikan gen putih pada kulitku, rambut hitam bergelombang, dan mata besarku, tapi ibuku juga yang memberikan gen pendek yang membuatku menahan pedih setiap kali aku harus bertatapan dengan Farah soalnya tinggi Farah 168 cm ditambah dengan killer heels-nya. Nah sekarang ditambah aku juga harus menatap laki-laki tampan ini, kepalaku jadi sakit dan leherku jadi encok dan pegal-pegal.
"Anda yang bernama Annindia Jenna, teman Farah?"tanya laki-laki itu memulai wawancaranya.
Aku meminta Farah untuk tidak menyebutkan nama belakangku. Aku malu jika orang lain tahu kalau anak satu-satunya pewaris tunggal PT. Agung Gandara diusir oleh ayahnya sendiri Agung Suwito sang miliarder. Laki-laki ini memandangku dengan pandangan meremehkan.
Papa seandainya Engkau tahu kalo laki-laki tampan ini memandang rendah putrimu. Oke, J. Tenang. Tarik napas. Pokoknya Kau harus mendapatkan pekerjaan ini. Gajinya lumayan untukmu berburu barang baru. Aku bermonolog pada diriku sendiri.
"Benar. Panggil saja Jenna, Pak Aditya." Aku memberikan senyum terbaik ala Miss Universe.
"Apa Anda yakin Anda bisa melakukan pekerjaan ini? Saya juga tidak yakin dengan kualifikasi Anda yang saya dengar dari Farah. Anda nampaknya belum pernah mengajar sama sekali. Dan Saya tidak yakin apakah memberi kesempatan pada Anda merupakan keputusan yang benar atau tidak?"
Tidak...Dia tidak boleh menolakku sebelum mempekerjakanku. Aku butuh tempat tinggal dan juga pekerjaan. Aku harus mencari cara.
"Mungkin saya bukanlah orang yang memiliki kualifikasi yang cocok seperti yang Anda inginkan. Tapi pepatah klise yang sering saya dengar sangat sesuai untuk keadaan seperti ini. Don't judge a book by its cover. Saya sarankan Anda memberi Saya kesempatan. Mungkin Anda bisa memberikan Saya masa percobaan tiga bulan. Jika dalam waktu tiga bulan Saya tidak cocok dengan pekerjaan ini, Anda boleh memecat saya."
"Baiklah. Saya memang harus adil dan tidak mudah berburuk sangka. Saya akan beri Anda kesempatan. Selama 3 bulan Anda dalam masa percobaan. Anda digaji 50% dari gaji yang pernah Saya katakan pada Farah. Jika Anda bisa membuktikan kemampuan Anda maka Anda akan mendapatkan gaji sebesar 10 juta setelah 3 bulan itu. Masalah kontrak kerja dan persyaratannya nanti akan Saya urus dengan pengacara Saya dan kalau setuju Anda akan Saya kirimkan surat kontraknya dan membaca atau merevisi isi kontrak kalo tidak sesuai dengan persyaratan yang Anda inginkan. Anda juga harus tahu kalo Anda harus tinggal di rumah saya selama bekerja dengan Saya. Jam kerja Anda mengajar anak saya mulai dari jam delapan pagi sampai jam dua belas siang. Saya meminta Anda mengajar anak saya membaca, bernyanyi, berhitung dan berbicara dengan benar. Dan satu lagi, Saya harap Anda tidak akan menggunakan pakaian kekurangan bahan seperti ini lagi. Saya lebih suka Anda menggunakan pakaian yang casual karena Anda membutuhkan pakaian yang nyaman untuk mengajar anak saya. Anda bisa memulai minggu depan setelah Anda teken kontrak.Nanti Saya akan hubungi Anda jika kontrak sudah dibuat oleh pengacara saya. Sebelum itu, Saya akan perkenalkan anak saya supaya Anda dan anak saya sama-sama tidak merasa asing. Dia sebentar lagi kesini. Anak saya bernama Kaitlin Chairunnisa Kusuma. Anda bisa memanggilnya Kaitlin. Umurnya tujuh tahun. Dia belum pernah sekolah. Oh ya, Anda harus tahu anak saya itu..."
"Daddy!"
Ucapan Aditya terpotong dengan kedatangan seorang gadis kecil cantik yang berlari memeluk Aditya. Aditya lalu menggendongnya.
"Hi, Daddy's little princess!"
"Who is she, Daddy?" Gadis kecil itu bertanya pada ayahnya sambil memandangku. Aku juga memandang gadis kecil yang bakal menjadi muridku. Dia benar-benar gadis cantik dengan kulit kuning langsat dan berambut hitam seperti ayahnya tapi matanya...benar-benar indah berwarna hijau kekuningan atau orang-orang menyebut warna matanya itu hazel. Gadis ini kelihatan jelas merupakan anak hasil perkawinan campuran.
"She is going to be your new private teacher! Her name is Bu Jenna. Say, hi to Bu Jenna."
"Oh, not again! No more tearche, Daddy."
Oh apa tidak ada lagi panggilan yang lebih enak didengar? Aku masih 26 tahun dan dipanggil ibu. Tapi aku tetap tersenyum kearah Kaitlin. Kelihatannya gadis kecil ini manis dan imut tapi aku tidak akan tertipu. Dari balik wajah malaikatnya yang polos, aku bisa melihat wajah anak yang tidak bisa diatur. Aku tersenyum. Tunggu! Gadis ini sudah berumur 7 tahun, tapi dia belum bisa membaca dan berhitung? Woah...kelihatannya ayahnya terlalu memanjakannya. Tapi itu hanya pemikiranku yang hanya bisa didengar oleh ku sendiri. Aku menyapanya.
"Hi, Kaitlin! My name is Jenna. Hopefully, we could work together." Aku menjabat tangan Kaitlin ibarat aku sedang bekerjasama dengan orang dewasa.
"Yes, Bu Jenna. I hope we could wrok togerthe!" Kaitlin tersenyum dengan wajah polosnya tapi aku tahu kalau dia hanya berpura-pura. Tapi ada yang aneh dari bahasanya. Aku mendengar dia mengucapkan beberapa kata terbalik. Mungkin cuma perasaanku.
"Little princess, I need to talk with Bu Jenna. Are you hungry? Go Find mbak Eka and order pizza!"
"Yes, Daddy!"
Gadis itu berlari keluar mencari pengasuhnya.
Aditya kembali memandangku.
"Anda sudah bertemu dengan anak saya, Kaitlin. Bagaimana pendapat Anda tentang putri saya? Anda pasti merasakan ada yang aneh ketika mendengarkan Kaitlin bicara?"
Aku bingung sejujurnya aku merasakan ada yang aneh. Aku mengangguk lalu menggeleng lalu mengangguk lagi seperti judul lagu angguk-angguk geleng-geleng.
"Anak saya menderita disleksia", lanjut Aditya.
Aku memberinya tatapan yang menunjukkan kalau aku bingung. Disleksia?Apa itu? Apa nama makanan baru?tanyaku dalam hati.

****

Precious Words for Kaitlin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang